Friday, 13 January 2012

GAJEE


Yihaaaa. Gue kaget cowok keren itu kecebur masuk got. Ahay malunya. Mukanya jadi merah, sambil lihat ke arah cewek seksi dengan body bohay ala gitar spanyol. Ala maak. Kebayang nggak gimana Muooontocknya itu cewek. Pasti deh semua cowok bakalan kayak gitu juga kalau lihat cewek bohay itu. Tapi yang pastinya kalau gue jadi laki-laki gue nggak bakalan bengong kayak sapi ompong lihat cewek bohay gitu sampai-sampai gue harus kecebur got juga. Sorry, gue nggak akan seperti itu, tapi gue bakalan nampar itu cewek dan bilang. “Lo napa sich sok seksi banget? Perasaan gue jadi cewek nggak gitu-gitu amat dah.” #ngiri ini ceritanya.
        Kan gue jadi laki nich bohongnya. Habis gue nampar dia, dia bakalan lari dan nangis. Eh nggak romantis ya kalau gitu ceritanya, hmm dia bakalan meluk gue kencang banget dan bilang sama gue “Lo kok Two Pack sich?” Gue kaget pas cewek bohay itu bilang TWO PACK. Maksudnya apa sich ini cewek? Perasaan gue nggak pernah dech denger ada TWO PACK, yang ada kan SIX PACK. Ya nggak cowok-cowok? Meskipun gue nggak segila Uchi yang penggila Six Pack tapi dikit-dikit gue tau lah tentang itu.
        Haha gue kan bingung tuh napa dia bilang gue gitu. Jadi gue nanya sama dia. “Maksud lo apa?” Dia agak marah gitu jawabnya dan ngebentak gue juga lah. “Lo kayak cewek.” Lha gue kaget lah, dia bilang gue kayak cewek. Padahal gue cowok. Aaaah gue ingat, gue kan emang beneran cewek ya, tadinya kan gue Cuma mikir kalau seandainya gue laki. Haha gue lupa. Pantesan aja dia bilang gue kayak cewek. GUE CEWEK
        Cerita cowok yang kecebur got tadi gue lanjutin ya. Cowok tadi masih saja bengong liatin cewek bohay itu. Nggak sadar-sadar juga kayaknya dia udah kecebur got. Bener-bener dunia berhenti berputar. Cewek bohay itu dengan gaya sueepeerrr seksinya megang pundak tuh cowok dan manggil cowok itu. “Lho nggak apa-apa?” Si cowok tadi langsung deh gelagapan malu seperti orang kencing di celana malunya. Tambah merah mukanya. Ngomongnya juga gag karuan. “Eh eh eh eng eeeeng enggak apa apa apaaa kok.” Bohong banget itu cowok. Gimana bisa coba dia bilang nggak apa-apa, pinggangnya serasa mau pecah gitu terbentur, Ditambah lagi celananya yang penuh dengan lumpur yang bau. Hoho #pintar ngebohong
        Kalau seperti ini, beneran deh yang dibilang Cangcuuuut kalau wanita itu racun dunia. Eh jangan marah dulu para ladies gue. Maksudnya racun pikiran para laki. Gimana enggak, coba? Kita bisa menghentikan otak mereka untuk berpikir tentang dunia mereka. Kita bisa menghipnotis mereka dengan pesona yang kita miliki. Ajjjjjiiiiieeee aseeek kita juga bisa ya kayak si Uya Kuya. Nggak perlu lah kita capek-capek pula belajar hipnotis. Toh kita secara alamiah udah punya kemampuan super itu.
        Dalam hatinya cowok itu ngomong “Adaaawwwh, coba kalau lho bukan cewek cantik, nggak bakalan mau deh gue bela-belain kecebur buat dapetin perhatian lho”. Waduuh ternyata ini cowok sengaja ya pura-pura jatuh buat narik perhatian itu cewek.  Pengen gue jitak juga ini cowok. Untung nggak gue yang dikibulin. Kalau gue, nggak tau lagi deh apa yang bakalan terjadi sama itu cowok, mungkin bakalan gue babak belurin kali ya. Haha nggak asyik ah mending gue lulurin aja.. hag hag hag
        Ternyata cowok itu memang buaya ya. Tapi kenapa juga ya cewek masih saja mau-maunya  sama buaya. #bingung. Haduuuh malu gue jadi cewek ini. #ngumpetin kepala. Mungkin udah ditakdirin kali ya cowok itu jadi buaya seperti lagu siapa ya? Cowok emang buaya dan suka sama cewek karena cewek punya #sensor. Gitu kalau tidak salah lagunya. Bukannya ditakdirin juga, tapi mereka yang bikin takdir sendiri kayak bikin lagu aja, sendiri-sendiri.
        Dunia ini sepertinya akan heboh terus ya kalau masih ada yang namanya Cewek dan Cowok. Karena mereka akan bakalan saling menyalahkan satu sama lain. Tapi anehnya, banyaknya perang hujatan begitu, mereka bisa-bisanya masih hidup bersama dan berdampingan bertahun-tahun bahkan berpuluh-puluh tahun. Hoho kenyataan hidup bikin bingung.
       

Sunday, 8 January 2012

AKU BAHAGIA, SKOCY


Gema takbir sudah mulai meresap sayup sampai ke telinga. Semua pemuda dan pemudi kampung berarak memukul tabuh dan bershalawat berkeliling sekelumit kampung mulai dari mesjid dan kembali ke mesjid. Semakin lama suara lantunan takbir dan pukulan tabuh semakin dekat terdengar, aku yang hanya diam di rumah ingin keluar dan mengikuti acara malam takbiran. Tapi sayang, kakiku seperti tergips hingga tidak bisa digerakkan. Bunyi takbir semakin jauh dan tidak terdengar lagi. Sunyi.
Aku ditemani teman setiaku, handphone masih sibuk membalas pesan yang masuk mengucapkan “Selamat Hari Raya Idul Fitri 1432 H, Mohon Maaf Lahir Dan Bathin”. Dengan berbagai macam gaya dan bahasa, memakai pantun, puisi, bahkan cerita panjang yang intinya tetap mengucapkan selamat. Sudah 45 pesan masuk, masih tentang tema Idul Fitri. Tidak ada telepon, hanya SMS. Sepi.
Ibu sudah tertidur karena kecapaian memasak seharian, Bapak dan abang ikut keliling kampung menggemakan takbir, Nenek juga sudah merebahkan badan di atas kasur meskipun belum terlelap. Aku sendiri hanya sibuk tidak menentu memegang handphoneku. Kurasa tidak ada yang spesial di malam takbiran ini. Semakin lama semakin sepi. Sepi hati ini, sepi jiwa ini.
Kubayangkan lebaran kali ini tidak akan ada lagi tamu spesial yang akan datang berkunjung seperti yang selalu aku idam-idamkan setelah kejadian tiga tahun yang lalu. Kejadian yang pertama kali dan tidak pernah kubayangkan. Kunjungan pertama teman spesialku ke rumah berakhir dengan perpisahan. Lebaran 3 tahun lalu itu berubah menjadi suram setelah Kiwe pamitan pulang. Semua keluargaku langsung menyuruhku memutuskan Kiwe karena penilaian mereka yang buruk terhadap Kiwe. Semuanya salahku, bukan Kiwe. Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa, aku hanya menuruti keinginan mereka. Aku dan Kiwe putus.
Kiwe sangat mempertanyakan kenapa aku tiba-tiba saja menginginkan perpisahan, padahal tidak ada masalah sedikitpun yang terjadi antara kita. Kami pun pernah mengakui kalau saling sayang. Aku hanya mengucapkan sebuah kalimat yang mungkin akan selalu membuatnya bertanya-tanya. “ Jangan tanyakan lagi kenapa Fitry menginginkan perpisahan ini.” Kiwe tidak pernah terima dengan keputusanku, namun aku terlalu kejam hingga tidak bisa mengerti perasaan Kiwe. Sampai akhirnya Kiwe menyerah dan menerima kenyataan untuk merelakan aku pergi.
Sejak kejadian itu aku tidak pernah lagi membawa pacarku ke rumah, karena menimbulkan trauma tersendiri kalau-kalau akan disuruh lagi memutuskan hubungan tanpa alasan. Tapi aku selalu bermimpi jika suatu saat nanti ada yang berani datang ke rumah dan dia tidak menjadi korban selanjutnya untuk diputuskan mendadak maka dialah arjuna yang kutunggu selama ini. Tapi aku tidak tahu siapa orang itu.
Treeeet treeet treeet handpone ku bergetar panjang memecahkan kesunyianku yang sedang melamunkan Kiwe . Sebuah nomor telepon seluler tidak ada namanya. Aku mengernyitkan kening dan bernapas kesal. “Pasti orang iseng lagi. Huft”  Aku menjawab telepon tersebut, tapi tiba-tiba saja langsung dimatikan. Sebelum aku kemudian menaruh handphoneku lagi handphoneku kembali bergetar, masih nomor yang sama. Aku mengangkat lagi. Tapi sama, telepon dimatikan lagi. Aku kesal. Aku menghubungi nomor itu kembali.
“Halo, ini siapa?” tanyaku kepada orang yang sedari tadi mengganggu saja. “Ipin” terdengar suara laki-laki yang rasanya pernah kudengar menyebutkan namanya. Tanpa kusadari aku langsung mematikan telepon. Aku merasa sedang bermimpi, aku mendengar suara orang yang selama ini aku rindukan kedatangannya. Orang yang selama ini menghilang tanpa kata perpisahan. Orang yang selalu kucari kabar dan berita tentangnya. Bagaikan mendapatkan durian runtuh, aku bahagia tak terduga.
Aku menghubungi kembali nomor telepon tadi dan memastikan kalau dia benar-benar orang yang aku tunggu selama ini. “Ini siapa?” Aku bertanya lagi dan ingin memastikan kalau dia benar-benar Ipin. “Aku Ipin, ini Fitry kan?” Dia balik bertanya kepadaku. “Iya, ini Fitry.” Suaraku terkesan dingin padahal hatiku sedang berlonjak kesenangan karena ternyata benar dia adalah Ipin yang aku tunggu selama ini. “Fitry nggak ingat aku lagi ya?” Ipin menanyakan kalau-kalau aku sudah melupakannya. “Ipin mana ya?” Aku masih sok jual mahal mengatakan kalau aku menunggunya. “Ne Ipin teman Randy dulu. Udah dilupain ya?” Ipin sepertinya yakin saja kalau aku benar-benar tidak ingat dia lagi. “Oh, Ipin ya? Apa kabar?” Pembicaraan kami pun berlanjut, meskipun begitu aku masih sok jual mahal. Di akhir pembicaraan dia mengatakan besok dia akan menemuiku ke rumah.
Seperti disuguhkan bulan purnama didepan mata, aku benar-benar tidak percaya. Ipin benar-benar datang ke rumahku. Bertingkah laku sopan dan santun serta benar-benar menghormati orang tuaku. Padahal awalnya aku berpikir dia hanya bercanda seperti kebanyakan pacarku sebelumnya yang hanya gombal saja mau menemui orang tuaku. Kenyataannya mereka tidak ada yang berani melakukannya. Aku seperti telah melupakan kesalahan Ipin pada masalalu yang meninggalkan aku tanpa pesan dan hilang tanpa jejak hingga membuatku menunggu tanpa tahu sampai kapan akan berakhir penantian tak berujung itu.
Namun sekarang akhirnya penantian itu menemui ujungnya, tidak sia-sia, aku bertemu dia kembali setelah perpisahan dua tahun yang lalu. Dulu, aku sempat putus asa tidak akan bisa lagi bertemu dia kembali karena jarak yang memisahkan kita. Dan keputus-asaanku semakin memuncak saat kematian Randy yang aku pikir Ipin tidak akan pernah lagi ke tempatku. Karena Randy yang menjadi temannya di tempatku sudah meninggal. Aku pasrah saja. “Jodoh tidak akan kemana, kalau jodoh akan bertemu lagi”.
Entah karena jodoh atau hanya kebetulan saja pertemuan itupun akhirnya terwujud dan menjadi jembatan lagi untuk menghubungkan jalan cinta yang terputus karena badai cinta yang entah darimana datangnya. CLBK, Cinta Lama Belum Kelar seperti yang dikatakankan banyak orang. Aku ingin menyambung kembali benang cintaku yang putus. Tapi semua itu tidak semudah yang kuinginkan karena masih ada trauma yang membuatku takut berangan-angan lagi. Ancaman ketidaksetujuan orang tuaku.
Ipin semakin lama semakin mendekati aku dan sepertinya dia juga ingin kembali lagi membangun cinta bersamaku. Tidak ingin kejadian dulu terulang kembali aku menunggu sampai akhirnya aku menyimpulkan kalau semuanya tidak melarangku dengan Ipin. Tanpa membohongi perasaanku lagi, aku menerima Ipin dan menjalani hari-hari bersama cintaku yang selama ini menghilang. Kebahagiaanku semakin tak terkira karena aku menemukan sosok Ipin yang baru yang selalu mengerti dengan apapun keadaanku. Bahagia ^-^

Friday, 6 January 2012

Keserakahan Membawa Sengsara


Permasalahan kemarin bukanlah akhir dari semua masalah. Semua terus berlanjut hingga berlarut-larut. Bapak Yohan tidak pernah puas dengan apa yang didapatkannya. Padahal sudah beberapa kali diingatkan. Tapi sepertinya telinganya sudah ditulikan oleh dunia yang sementara ini. Bapak Yohan terus menuntut-menuntut dan menuntut seperti anak kecil yang minta dibelikan mainan.
          Umi Nana memang sudah tua tapi umi belum pikun. Umi masih tahu masalah seluk-beluk tanah ini dan beliaulah yang masih pemilik sah dari tanah rebutan ini. Tanah dua hektar yang merupakan tanah ulayat yang dibeli bapak umi untuk umi pada zaman dahulu. Hanya sedikit, tapi cukup untuk mendirikan perumahan untuk kedua anaknya, Bu Sasa dan Bu Siti. Bahkan masih bersisa untuk bercocok tanam.  
          Melihat kedua anak sudah berkeluarga, Umi membagi tanah miliknya untuk anaknya. Pembagian pun dilakukan oleh Datuak dan Mamak, keluarga Bu Sasa dan Bu Siti mendapatkan jatah tanah masing-masing secara adil. Namun, masih ada sebuah lahan yang tidak dibagi oleh Mamak-mamak dan Datuak, lahan itu akan digarap Umi. Meskipun sudah tua tapi Umi masih kuat untuk bertani, menanam ubi jalar, sayur buncis, padi, jagung, ataupun yang lainnya. Mungkin karena orang zaman dahulu yang sudah terbiasa bekerja keras. Menurut Umi, dia akan sakit pinggang kalau tidak bekerja.
          Umi Nana hidup bersama dengan Bu Siti, putri keduanya. Umi kasihan melihat Bu Sasa yang janda karena ditinggal mati oleh suaminya ketika anaknya baru berumur 6 tahun. Oleh karena itu Umi lebih memilih tinggal dengan Bu Siti yang memiliki penghidupan layak. Penghasilan suaminya sebagai buruh cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari ditambah lagi Bu Siti yang ikut berjualan untuk menambah penghasilan suami. Ketimbang harus tinggal dengan Bu Sasa yang harus menghidupi anaknya yang masih kecil. Umi Nana tidak ingin menyusahkan Bu Sasa.
          Bila dibandingkan dengan Bu Sasa, Bu Siti mungkin lebih beruntung bila dilihat dari nasib, Bu Siti masih mempunyai suami dan mereka berdua bekerja mencari uang. Bisa dibilang kehidupan Bu Siti lebih baik dari Bu Sasa. Namun meskipun Bu Sasa sudah tidak memiliki suami dan harus menghidupi keluarga kecilnya sendiri, Bu Sasa dianugrahi wajah yang menawan. Banyak yang terpikat dengan kecantikan yang dimilikinya meskipun dia sudah bertitel janda beranak satu. Kecantikan itu pula yang membuat Pak Yohan ingin meminang Bu Sasa. Seorang laki-laki tua beristri yang tidak memiliki anak.
          Bu Sasa bukan hanya cantik, tapi juga baik dan ramah kepada siapapun. Begitu juga kepada Pak Yohan. Bu Sasa selalu berbaik sangka kepada semua orang. Sejak kematian suaminya, Bu Sasa tidak pernah lagi berniat untuk menikah lagi. Beliau bahagia dengan status jandanya. Pak Yohan yang akhirnya merubah pemikiran Bu Sasa, seorang laki-laki yang sepantasnya menjadi bapak dari bu Sasa melamar Bu Sasa. Pada awalnya Bu Sasa menolak lamaran dari Pak Yohan. Pak Yohan dengan angkuhnya marah atas penolakan Bu Sasa, dan ini yang membuat Pak Yohan bertindak lebih jauh. “Pakasiah” atau disebut juga santet.
          Suatu hari di petang jumat, Pak Yohan datang mengunjungi Bu Sasa, beliau membawakan gulai ikan kesukaan Bu Sasa. Bu Sasa tidak pernah berpikir kalau gulai ikan yang dibawa Pak Yohan sudah disuguhi mantra-mantra yang akan membuat Bu Sasa tergila-gila dengan laki-laki tua itu. Bu Sasa hanya berpikiran kalau Pak Yohan bersikap baik seperti itu karena bersilaturrahmi.
          Bu Sasa seperti orang gila, gila cinta. Dalam tidurnya memanggil nama lelaki tua itu. “Yohaaan, yohaaan, yohaaaan.” Bu Sasa menemui umi dan mengatakan kalau dia mau menikah dan memaksa untuk dinikahkan. Umi bingung, putrinya yang cantik berubah 180 derajat, dia ingin menikah dengan lelaki yang kemarin ditolaknya mentah-mentah.
          “Kenapa kau tiba-tiba ingin menikah dengannya?” Umi bertanya.
          “Aku mencintainya umi, aku ingin menikah dengannya.” Bu Sasa merengek dan ini bukan sosok yang biasa.
“Kenapa kau ini? kenapa kau ingin menikah dengan laki-laki tua itu?”
“Umiii, dia tampan umi, aku ingin dengan dia, aku ingin hidup dengannya.”
“Masih banyak yang mengantrimu, kenapa harus dia? Hah? Aku tidak akan merestuimu.”
“Umi, aku hanya ingin dengannya umi, aku mencintainya, aku mau mati kalau umi tidak mau merestuiku.”
“Coba saja, kalau kau berani, aku tidak akan merestuimu. Aku tidak sudi punya menantu seperti dia.”
          Bu Sasa mengambil pisau dan mengarahkan ke pergelangan tangannya mengancam Umi. Umi masih tetap dengan pendiriannya, dia tidak menggubris ancaman anaknya, dia masih belum percaya anaknya benar-benar akan bunuh diri. Namun Bu Sasa serius, dia mengarahkan pisau itu mengenai kulitnya dan menggores tangannya. Kalau saja Umi tidak mencegah mungkin Bu Sasa sudah berhasil bunuh diri. “Iya, aku akan merestuimu.”
          Pernikahan pun terjadi, Pak Yohan benar-benar menguasai Bu Sasa.  Keadaan Bu Sasa semakin memburuk, badannya kurus, dalam pikirannya hanya Pak Yohan, dia hanya mendengarkan apa yang dikatakan oleh Pak Yohan. Santet Pak Yohan benar-benar telah menutup pikiran Bu Sasa rapat-rapat. Dengan santet itu Pak Yohan memanfaatkan Bu Sasa untuk menguras harta keluarga Bu Sasa. Harta pembagian yang diberikan umi tidak cukup untuknya, dia meminta lebih lagi. Benar-benar serakah.
          Keserakahannya bukan ditunjukkan kepada Bu Sasa, Umi Nana saja tapi juga kepada tetangga-tetangganya. Pekerjaannya bukan hanya sebagai petani tetapi juga sebagai maling tanah. Setiap tanah memiliki batas tertentu yang sudah diberikan oleh niniak-niniak terdahulu, namun bagi Pak Yohan itu digunakan untuk memperluas tanahnya. Dia menghilangkan batas tanah tersebut dan mengganti dengan batas yang baru dimana tanah orang lain dijadikannya tanahnya juga. Jalan warisan juga dijadikannya sebagai tanahnya. Sehingga orang tidak bisa lagi melalui jalan tersebut.
          Kini, masalah baru yang dibuatnya semakin menjadi-jadi. Dia mau merampas tanaman yang ditanam suami dari Bu Siti. Semua orang mengetahui kalau kayu Jati itu ditanam oleh suami Bu Siti meskipun terletak di tanah pembagian milik Bu Sasa. Jauh sebelum adanya pembagian tanah dan Pak Yohan menjadi suami Bu Sasa kayu itu sudah ditanam oleh suami Bu Siti. Namun karena sudah adanya pembagian tanah, tanah itu menjadi milik Bu Sasa. Tetapi apa yang ditanam di dalamnya masihlah pemilik yang menanam karena tidak adanya kesepakatan kalau setelah ada pembagian maka semua yang ditanam akan menjadi pemilik tanah pembagian. Jelas, kalau kayu jati itu masih hak dari suami Bu Siti.
          Anak SD pun pasti akan mengatakan kalau kayu jati itu milik suami Bu Siti. Tapi anehnya orang serakah seperti Pak Yohan tidak mengakui hal tersebut. Dia bahkan mau bersumpah kalau kayu itu miliknya. Sungguh lucu. Tapi umi Nana tidak mau menerima sumpah dari menantu tidak tahu diri seperti Pak Yohan, karena Umi takut anak dan cucunya yang akan kena dari sumpah itu. Allah menunjukkan kuasanya sehari setelah bersumpah, tiba-tiba saja Pak Yohan pingsan ketika belanja di pasar dan sehari kemudian anak laki-laki semata wayangnya masuk ke rumah sakit.

Followers