Source: Belkaoui,
Ahmed Riahi (ARB); (2004), Accounting Theory, Fifth Edition,Business
Press.
A. HAKIKAT
DARI STRUKTUR TEORI AKUNTANSI
Pendekatan dan metodologi apa pun yang digunakan dalam
penyusunan teori akuntansi, kerangka referensi yang dihasilkan didasarkan pada
serangkaian elemen dan hubungan yang mengatur pengembangan teknik
akuntansi. Struktur teori akuntansi terdiri dari beberapa elemen-elemen
berikut ini :
Pernyataan Tujuan Laporan Keuangan
- Suatu pernyataan dalil dan konsep teoritis
akuntansi yang terkait dengan asumsi-asumsi lingkungan dan hakikat dari
unit akuntansi. Dalil dan konsep teoritis diturunkan dari pernyataan
tujuan.
- Pernyataan tentang prinsip-prinsip akuntansi yang
didasarkan pada dalil-dalil dan konsep teoritis .
- Sekelompok teknik-teknik akuntansi yang
diturunkan dari prinsip-prinsip akuntansi.
Elemen pertama, yaitu perumusan dari
tujuan laporan keuangan, telah dibahas pada bab 6. Elemen keempat, sekelompok
pengetahuan atau teknik untuk akuntan, adalah pokok bahasan dari mata kuliah
lainnya yang berorientasi pada teknik dan tidak akan dibahas dalam buku ini.
Dalam bab ini akan dibahas mengenai tiga elemen sisanya dari teori akuntansi,
yang adalah :
·
Dalil-dalil akuntansi
·
Konsep teoritis dari akuntansi
·
Prinsip-prinsip akuntansi
B. HAKIKAT
DARI DALIL, KONSEP TEORITIS DAN PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI
Pengembangan dari dalil, konsep teoritis
dan prinsip-prinsip akuntansi selalu menjadi salah satu tugas yang paling
menantang dalam akuntansi. Kurangnya terminologi yang akurat,yang telah di akui
oleh kebanyakan ahli teori, telah memperburuk masalah. Littleton mengacu pada
masalah ini ketika ia menyatakan bahwa :
Setiap
buku biasanya berisi suatu campuran dari aksioma, konvensi, generalisasi,
metode, aturan, dalil,praktik, prosedur, prinsip dan standar. Istilah-istilah
ini tidak mungkin seluruhnya bersifat sinonim.
Kebingunan semacam itu dapat dihindari
dengan cara mempertimbangkan perumusan dari struktur teori akuntansi sebagai
suatu proses deduktif dan interaktif, di mana tujuan dari akuntansi menyediakan
dasar baik untuk dalil maupun konsep teoritis dari mana tekknik tersebut
diturunkan. Pembahasan ini dimulai dengan definisi-definisi berikut ini :
1. Dalil
akuntansi ( accounting postulate ) adalah pernyataan atau aksioma yang sangat
jelas, umumnya diterima berdasarkan kesesuaiannya terhadap tujuan laporan keuangan,
menggambarkan lingkungan akuntansi, politik, sosiologi, dan hokum tempat
akuntansi beroperasi.
2. Konsep
teoritis ( theoretical concept ) dari akuntansi juga merupakan pernyataan
atau aksioma yang sangat jelas, umumnya diterima berdasarkan kesesuainnya
dengan tujuan laporan keuangan, yang menggambarkan hakikat dari entitas
akuntansi yang beroperasi dalam suatu perekonomian bebas yang dikarakteritikan
oleh kepemilikan pribadi atas properti.
3. Prinsip-prinsip
akuntansi ( accounting principles ) adalah aturan pengambilan keputusan umum,
yang diturunkan baik dari tujuan dan konsep teoritis akuntansi, yang mengatur
pengembangan teknik-teknik akuntansi.
4. Teknik
akuntansi ( accounting technique ) adalah adalah aturan spesifik yang
diturunkan dari prinsip akuntansi memperlakukan transaksi atau peristiwa
tertentu yang dihadapi oleh entitas akuntansi.
C.
DALIL-DALIL AKUNTANSI
1.
Dalil
Entitas ( Entity Postulate )
Dalil entitas mengatakan bahwa
setiap perusahaan merupakan suatu unit akuntansi yang terpisah dan berbeda dari
pemiliknya dan dari perusahaan lain.
- Dalil entitas mendefinisikan bidang perhatian
akuntan dan membatasi jumlah objek, peristiwa dan atribut-atribut kejadian
yang harus dimasukkan dalam laporan keuangan.
- Dalil ini juga mengakui tanggung jawab fidusia
dari manajemen kepada pemegang saham
- Konsep entitas berlaku untuk firma, perusahaan
perseorangan, korporasi, serta perusahaan kecil dan besar.
Implikasinya
:
- Dibedakan antara transaksi bisnis dan individu
- Mengakui tanggung jawab pelayanan manajemen pada
pemegang saham.
- Berlaku atas satu segmen perusahaan (seperti
suatu divisi ) atau atas beberapa perusahaan ( seperti konsolidasi
perusahaan yang saling terkait )
2.
Dalil Kelangsungan Usaha ( Going-Concern
postulate )
Dalil kelangsungan usaha atau dalil
kontinuitas menganggap bahwa entitas bisnis akan melanjutkan operasinya cukup
lama untuk melaksanakan proyek, komitmen, dan aktivitas yang sedang berjalan.
Implikasinya
:
·
Jika suatu entitas memiliki masa
hidup yang terbatas, maka laporan yang terkait akan akan memberikan spesifikasi
mengenai data akhir dan hakikat likuidasi.
·
Dalil kelangsungan usaha membenarkan
penilaian aktiva menggunakan basis nonlikuidasi dan menyediakan dasar untuk
akuntansi depresiasi.
·
Harapan tentang manfaat di masa
mendatang mendorong manajer untuk melihat ke depan dan memotivasi investor
untuk menanamkan modalnya ke perusahaan.
3.
Dalil Unit
Pengukur ( Unit of-Measure Postulate )
Dalil unit pengukur menganggap bahwa
akuntansi adalah proses pengukuran dan pengkomunikasian aktivitas perusahaan
yang dapat diukur dalam satuan moneter.
Implikasinya
·
Akuntansi terbatas pada prediksi dari
informasi yang dinyatakan dalam satuan moneter, akuntansi tidak mencatat dan
mengkomunikasikan informasi nonmoneter lainnya walaupun informasi tersebut
relevan.
·
Dalil ini mengasumsikan bahwa daya
beli dari dolar tersebut dadalah stabil dengan berlalunya waktu atau berubah secara tidak signifikan.
4.
Dalil
Periode Akuntansi ( Accounting-Period Postulate )
Dalil ini menganggap bahwa laporan
keuangan yang menggambarkan perubahan dalam kekayaan perusahaan seharusnya
diungkapkan secara periodik.
Implikasinya
:
·
Durasi dari suatu periode akuntansi
bervariasi, tetapi hukum pajak penghasilan, yang mengharuskan penentuan laba
tahunan, dan praktik bisnis tradisional, menghasilkan periode waktu normal satu
tahun.
·
Penggunaan akrual dan tangguhan
dalam pembuatan posisi keuangan perusahaan
D.
KONSEP TEORITIS DARI AKUNTANSI
1. Teori Kepemilikan ( Proprietary
Theory )
Menurut teori ini entitas sebagai
“agen perwakilan atau pengaturan dimana
wirausahawan individual atau pemegang saham beroperasi.” Tujuan utama teori propriteray adalah
untuk menetukan dan menganalisa kekayaan bersih pemilik, dengan persamaan
akuntansi :
Aktiva – Kewajiban = Ekuitas Pemilik
|
Asset –
Utang = Ekuitas Pemilik
Aktiva dinilai dan neraca disusun untuk mengukur
perubahan kepentingan atau kekayaan si pemilik. Pendapatan dan beban
masing-masing dianggap sebagai kenaikan atau penurunan dalam kepemilikan yang
tidak berasal dari investasi atau penarikan modal oleh pemilik. Dengan demikian
laba bersih atas utang dan pajak penghasilan perusahaan adalah beban ; dividen
adalah penarikan modal.
Hanya pemegang saham biasa yang menjadi bagian dari
kelompok pemilik sementara pemegang saham preferen dikeluarkan. Dengan
demikian, dividen saham preferen dikurangkan ketika menghitung laba pemilik.
Dan baik saham biasa maupun saham preferen dimasukkan salam ekuitas pemilik.
2. Teori Entitas ( Entity Theory )
Teori
ini memandang entitas sebagai sesuatu yang terpisah dan berbeda dari mereka
yang menyediakan modal bagi entitas tersebut. Sederhananya unit bisnis, dan
bukannya pemilik yang menjadi pusat dari kepentingan akuntansi. Persamaan akuntansi nya adalah :
Aktiva = Ekuitas
Aktiva = Kewajiban
+ Ekuitas pemegang saham
|
Baik kreditor maupun maupun pemegang saham adalah
pemilik ekuitas, meskipun mereka memiliki hak yang berbeda dalam hal laba,
pengendalian risiko dan likuidasi. Akuntabilitas kepada pemegang ekuitas
dicapai dengan cara mengukur kinerja operasi dan keuangan dari perusahaan
tersebut. Oleh karena itu, laba adalah peningkatan dalam ekuitas pemegang saham
setelah klaim dari pemilik ekuitas lainnya ( misalnya bunga atas pinjaman
jangka panjang dan pajak penghasilan ) dipenuhi.
Dampak dari entitas dapat ditemukan dalam beberapa
teknik akuntansi dan terminologi yang digunakan dalam praktik, yaitu :
1.
Teori entitas lebih memilih
penggunaan penilaian persediaan LIFO dan bukan FIFO, karna penilaian LIFO
menghasilkan penentuan laba yang lebih baik, akibatnya penerapannya dalam teori
kepemilikan.
2.
Definisi umum dari pendapatan
sebagai produk dari perusahaan dan beban sebagai barang dan jasa yang
dikonsumsi untuk memperoleh pendapatan ini adalah konsisten dengan pandangan
teori entitas dengan indeks kinerja dan akuntabilitas terhadap pemegang ekuitas.
3.
Penyusunan laporan konsolidasi dan
pengakuan atas kelas kepemilikan minoritas sebagai tambahan pemegang ekuitas
adalah juga konsisten dengan teori entitas.
3.
Teori
Dana ( Fund Theory )
Dalam
teori ini dasar akuntansi bukanlah pemilik maupun entitas, melainkan sekelompok
aktiva dan kewajiban serta pembatasan yang terkait,yang disebut dana, yang
mengatur penggunaan aktiva tersebut. Dengan demikian, teori ini memandang unit
bisnis sebagai unit yang terdiri atas sumber daya ( dana ) ekonomi dan
kewajiban serta pembatasan yang terkait dengan penggunaan dari sumber daya ini.
Persamaan akuntansinya adalah :
Aktiva = Pembatasan
Aktiva
|
Unit
akuntansi didefinisikan sebagai aktiva dan penggunaan untuk mana aktiva
tersebut dikomitmenkan. Kewajiban mewakili serangkaian pembatasan hukum maupun
ekonomi terhadap penggunaan aktiva tersebut. Oleh karna itu, teori dana adalah
“ berpusat pada aktiva “ dalam hal fokus utamanya adalah pada administrasi dan
penggunaan yang sesuai atas aktiva. Bukannya pada neraca atau laporan keuangan
, melainkan laporan sumber dan
penggunaan danalah yang merupakan tujuan utama dari pelaporan keuangan. Laporan
ini mencerminkan pelaksanaan operasi perusahaan dalam hal sumber dan penggunaan
dana.
Teori
dana terutama berguna bagi pemerintah, organisasi nirlaba, rumah sakit,
universitas, kota dan unit pemerintahan. Contohnya, terlibat dalam operasi
multisisi yang mengharuskan adanya dana
terpisah. Setiap dana yang berimbang menghasilkan laporan yang terpisah dan
sekelompok akun yang sesuai.
7.5
Prinsip-prinsp
Akuntansi
Prinsip akuntansi
adalah aturan keputusan umum, yang diturnkan baik dari tujuan dan konsep
teoritis akuntansi, yang mengatur pengembangan teknik-teknik akuntansi
7.5.1
Prinsip Biaya
Biaya
adalah suatu transaksi dinilai pada harga pertukaran padan tanggal akuisisi dan
dicatat dalam laporan keuangan pada nilai itu atau pada nilai setelah
amortisasi. APB Statement No. 4 mendefinisikan
biaya sebagai berikut:
Biaya
(cost) adalah jumlah, yang diukur dalam uang, dari kas yang dikeluakan atau
properti lain yang ditransfer, modal saham yang dikeluarkan, jasa yang
diberikan, atau kewajiban yang terjadi, dalam hubungannya dengan barang atau
jasa yang telah atau akan diterima. Biaya (dan atau aktiva) yang belum habis
masa berlakunya adalah biaya (dan atau aktiva) yang berkaitan dengan produksi
pendapatan di masa depan. ... Biaya yang sudah habis masa berlakunya tidak
berkaitan dengan produksi pendapatan di masa depan, dan oleh karena itu
diperlakukan sebagai pengurang dari pendapatan sekarang atau dibebankan
terhadap laba ditahan.
Biaya
mencerminkan harga pertukaran dari, atau pengorbanan moneter yang diberikan
untuk akuisisi dari, barang atau jasa. Jika pengorbanan tersebut melibatkan
aktiva nonmoneter maka harga pertukaran adalah ekuivalen kas dari aktiva atau
jasa yang diserahkan. Prinsip biaya juga dapat diterapkan terhadap pengukuran
transaksi kewajiban dan modal.
Prinsip
biaya dapat dibenarkan dalam hal objektifitasnya maupun dalil kelangsungan
usaha. Pertama, biaya akuisisi adalah informasi yang objektif dan dapat
diverivikasi. Kedua dalil kelangsungan usaha mengasumsikan bahwa entitas akan
melanjutkan aktifitasnya alam jangka waktu yang tidak terbatas, sehingga
meniadakan kebutuhan untuk menggunakan nilai sekarang atau nilai likuidasi guna
penilaian aktiva.
7.5.2 Prinsip Pendapatan
1. Prinsip
pendapatan menspesifikasi:
1) Arus
masuk aktiva bersih yang dihasilkan dari penjualan barang atau jasa
2) Arus
keluar barang atau jasa dari perusahaan ke pelanggannya
3) Produk
perusahaan yang dihasilkan dari penciptaan barang atau jasa oleh usaha selama
periode waktu tertentu.
Pengertian
pendapatan menurut FASB adalah
Pendapatan
merupakan aliran masuk atau peningkatan aset atau penurunan liabilitas (atau
kombinasi keduanya) selama satu periode yang berasal dari penyerahan atau
produksi barang atau jasa atau kegiatan lain yang merupakan kegiatan utaa badan
usaha.
Pada
dasarnya ada dua pandangan mengenai komponen pendapatan. Pandangan luas atau
komprehensif dari pendapatan memasukkan semua penghasilan dari aktifitas bisnis
dan investasi. Pandangan ini mengidentifikasikan semua perubahan dalam aktifa
bersih yang berasal dari aktivitas penghasil pendapatan dan keuntungan atau
kerugian lainnya yang berasal dari penjualan aktiva tetap dan investasi sebagai
pendapatan.
2. Pengukuran
Pendapatan
Pendapatan
diukur dalam hal nilai produk atau jasa yang dipertukarkan dalam transaksi
‘wajar’. Nilai ini mewakili ekuivalen kas bersih atau nilai sekarang
terdiskonto atas uang yang diterima atau akan diterima dalam pertukaran dengan
produk atau jasa yang ditransfer oleh perusahaan kepada pelanggannya.
Terdapat dua interpretasi revenue
yang muncul dari konsep revenue ini :
1) Potongan
tunai dan berbagai pengurangan adalam harga tetap, seperti kerugian piutang
yang tidak tertagih memerlukan penyesuaian untuk menghitung ekuivalen kas
bersih yang sesungguhnya atau nilai diskonto sekarang atau klaim uang dan
secara konsekuen harus dikurangkan ketika harus menghitung revenue.
2) Untuk
transaksi nonkas, niali pertukaran sama dengan nilai pasar yang wajar
barang/jasa yang diberikan atau yang diterima, mana yang lebih mudah dan jelas
dalam menghitungnya.
3. Penentuan
waktu dari pengakuan pendapatan
Pada
umumnya diakui bahwa pendapatan dan laba diperoleh sepanjang seluruh tahapan
dari siklus operasi (yaitu selama penerimaan pesanan, produksi, penjualan, dan
penagihan). Dengan adanya kesulitan dalam mengalokasikan pendapatan dan laba ke
tahapan yang berbeda dari siklus operasi, akuntan menggunakan prinsip realisasi
untuk memilih “kejadian penting” (critical event) dalam siklus tersebut untuk
penentuan waktu pendapatan dan pengakuan laba. Kejadian penting tersebut
dipilih untuk mengindikasikan kapan perubahan tertentu dalam aktiva dan
kewajiban dapay dipertanggung jawabkan secara memadai.
Arti
penting realisasi adalah bahwa suatu perubahan dalam aktiva atau kewajiban
telah menjadi cukup pasti dan objektif untuk membenarkan pengakuan dalam
akun-akun. Pengakuan ini dapat tergantung pada transaksi pertukaran antara pihak-pihak
yang independen, atau kinerja kontrak yang dianggap kelihatan cukup pasti.
Sebagaimana
dilaporkan oleh American Accounting
Association Committee tahun 1973-1974 mengenai Concepts and Standard External Reporting, kriteria spesifik untuk
pendapatan dan laba adalah:
1)
diperoleh, dalam satu
pengertian atau yang lain
2)
dalam bentuk yang dapat
didistribusikan
3)
hasil dari konversi
yang ditetapkan dalam transaksi antara perusahaan dengan pihak lain eksternal
4)
hasil dari penjualan
secara legal atau dari proses yang serupa
5)
terpisah dari modal
6)
dalam bentuk aktiva
yang likuid
7)
baik dampak kotor maupun bersihnya atas
ekuitas pemegang saham harus dapat diestimasikan dengan tingkat kendalan yang
tinggi.
Pendapatan
diakui menggunakan beberapa dasar walaupun secara umum diakui menggunakan dasar
akrual atau kejadian penting.
Dasar akrual untuk
pengakuan pendapatan dapat mengimplikasikan bahwa pendapatan sebaiknya
dilaporkan selama produksi, pada
akhir produksi, pada saat penjualan
produk atau pada saat penagihan penjualan. Pendapatan secara umum diakui selama
produksi dalam situasi-situasi berikut ini:
1) Pendapatan
sewa, bunga dan komisi diakui ketika diperoleh dengan adanya perjanjian atau
kontrak sebelumnya yang menspesifikasikan peningkatan perlahan-lahan dalam
klaim terhadap pelanggan.
2) Seorang
individu atau sekelompok orang yang memberikan jasa profesional atau jasa
serupa dapat menggunakan basis akrual dengan lebih baik untuk pengakuan
pendapatan dengan adanya fakta bahwa hakikat dari klaim terhadap pelanggan
adalah suatu fungsi dari proporsi jasa yang diberikan.
3) Pendapatan
atas kontrak jangka panjang diakui berdasarkan kemajuan konstruksi atau
“persentase penyelesaian”. Persentase penyelesasian itu dihitung sebagai:
a) estimasi
teknik dari pekerjaan yang dilakukan sampai tanggal tersebut dibandingkan
dengan total pekerjaan yang akan diselesaikan dalam hal kontrak, atau
b) total
biaya yang terjadi sampai tanggal tersebut dibandingkan dengan total biaya yang
diestimasikan untuk total proyek didalam kontrak tersebut.
4) Pendapatan
atas “kontrak biaya plus pembiayaan tetap” lebih baik diakui menggunakan basis
akrual.
5) Perubahan
aktiva akibat pertumbuhan menimbulkan pendapatan. Meskipun suatu transaksi
harus terjadi sebelum pendapatan diakui dalam contoh-contoh ini, pertumbuhan
pendapatan didasarkan pada penilaian persediaan komparatif.
Dasar kejadian penting
(critical event basis) untuk
pengakuan pendapatan dipicu oleh kejadian penting dalam siklus operasi.
Kejadian tersebut berupa:
·
Waktu penjualan
·
Penyelesaian produksi
·
Penerimaan pembayaran
setelah penjualan
Dasar
penjualan (sales basis) untuk pengakuan pendapatan dibenarkan karena:
1. Harga
dari produk tersebut diketahui dengan pasti
2. Pertikaran
telah difinalisasi dengan pengantaran barang, sehingga mengarah pada
pengetahuan yang objektif atas biaya yang terjadi
3. Dalam
hal realisasi, penjualan merupakan kejadian penting.
Dasar
penyelesaian produksi (completion-of-production basis) untuk pengakuan pendapatan
dibenarkan ketika ada pasar yang stabil dan harga yang stabil untuk komoditas standar.
Proses produksi dan bukannya penjualan yang merupakan kejadian penting untuk
pengakuan pendapatan. Aturan ini terutama berlaku untuk “logam mulia yang
memiliki harga jual tetap dan harga pasar yang tidak signifikan”. Perlakuan
penyelesaian produksi sesuai untuk emas, perak, dan logam mulia lainnya dan
juga sesuai untuk produk pertanian dan mineral yang memenuhi kriteria yang
diperlukan.
Dasar pembayaran (payment basis) untuk pengakuan
pendapatan dibenarkan ketika penjualan akan dibuat dan ketika penilaian yang
cukup akurat tidak dapat diberikan kepada produk yang akan ditransfer. Metode
ini yang sebenarnya merupakan penangguhan pendapatan, terutama
diidentifiikasikan dengan “metode cicilan” untuk pengakuan pendapatan.
7.5.3 Prinsip pengaitan
Prinsip penandingan mengatakan bahwa expense (beban)
harus diakui pada periode yang sama dengan revenue, yaitu revenue diakui dalam
periode tertentu sesuai dengan prinsip revenue, dan beban yang terkait kemudian
diakui.
Hubungan antara revenue dan expense
tergantung pada salah satu dari empat kriteria :
- Pengaitan langsung dari biaya yang telah habis
masa berlakunya pada periode tersebut (sebagai contoh, gaji direktur untuk
periode tertentu).
- Pengaitan langsung dari biaya yang habis masa
berlakunya dengan suatu pendapatan (misalnya, harga pokok penjualan
dikaitkan dengan penjualan terkait)
- Alokasi biaya selama periode yang mendapatkan
manfaat (sebagai contoh, depresiasi)
- Membebankan semua biaya lain dalam periode
terjadinya, kecuali jika dapat ditunjukkan bahwa masih memiliki manfaat di
masa mendatang.
Biaya yang belum terserap (yaitu,
asset) yang tidak memenuhi salah satu dari empat criteria untuk menjadikannya
expense pada periode berjalan dapat dibebankan pada periode mendatang dan dapat
diklasifikasikan dalam kategori yang berbeda sesuai penggunaan yang dalam
penerapan prinsip penandingan.
Biaya produksi barang jadi untuk
dijual umumnya meliputi bahan baku,
tenaga kerja langsung dan overhead prabrik. Proses dua tahap digunakan untuk
mempertanggungjawabkan biaya-biaya ini dengan;
1.
Penilaian persediaan atau penentuan
biaya produk yang melekat ke produk tersebut
2.
Penentuan laba, atau pengaitan biaya
produk dengan pendapatan.
Aktiva operasi dapat
didepresiasikan, sering juga disebut sebagai aktiva modal yang terpakai. Karena
aktiva operasi dapat didepresiasikan diasumsikan akan memberikan manfaat ke
lebih dari satu periode, aktiva tersebut dikapitalisasi pada biaya akuisisinya,
yang kemudian dialokasikan menggunakan dasar logis selama umur manfaat aktiva
tersebut. Proses alokasi ini dikenal sebagai depresiasi untuk aktiva berwujud,
dan amortisasi untuk aktiva tidak berwujud.
7.5.4 Prinsip
Objektivitas
Kegunaan informasi keuangan tergantung
pada keandalan dari prosedur pengukuran yang digunakan. Karena memastikan
keandalan maksimum sering kali sulit untuk dilakukan, maka akuntan telah
menggunakan prinsip objektivitas untuk membenarkan pilihan prosedur.
Prinsip objektivitas, bagaimanapun memiliki interpretasi yang berbeda :
- Pengukuran objektivitas merupakan ukuran yang
bersifat tidak memihak dalam pengertian bebas dan bias personel
pengukurnya.
- Pengukuran objektivitas merupakan pengukuran
variable dalam pengertian bahwa pengukuran didasarkan pada bukti.
- Pengukuran objektivitas merupakan hasil dari
kesepakatan diantara sekelompok pengamat atau pengukur tertentu,
implikasinya bahwa objektivitas akan tergantung pada sekelompok pengukur
tertentu..
- Ukuran penyebaran atau distribusi pengukuran
digunakan sebagai indikator tingkat objektivitas suatu ssstem pengukuran
tertentu.
7.5.5
Prinsip
konsistensi
Prinsip
konsistensi (consistency principle) menganggap bahwa kejadian ekonomi yang
serupa sebaiknya dicatat dan dilaporkan dengan cara yang konsisten dari periode
ke periode. Prinsip ini mengimplikasikan bahwa prosedur akuntansi yang sama
akan diterapkan kepada transaksi yang serupa sepanjang waktu. Penerapan konsep
konsistensi membuat laporan keuangan menjadi lebih dapat diperbandingkan dan
lebih berguna. Tren dalam data akuntansi dan hubungan dengan faktor-faktor eksternal
akan terungkap dengan lebih akurat ketika digunakan prosedur pengukuran yang
dapat diperbandingkan secara serupa, distorsi laba dan jumlah neraca serta
manipulasi yang mungkin dari laporan keuangan dihindari dengan penerapan yang
konsisten atas prosedur akuntansi sepanjang waktu. Oleh karena itu, konsistensi
adalah batasan pengguna untuk memfasilitasi keputusan pengguna dengan
memastikan dapat diperbandingkannya laporan keuangan dari suatu perusahaan
sepanjang waktu, sehingga meningkatkan kegunaan dari laporan tersebut. Dalam
opini standar, akuntan publik mengakui prinsip konsistensi dengan memerhatikan
apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip-prinsipakuntansi
yang berlaku umum yang diterapkan atas dasar “konsisten dengan laporan keuangan
tahun sebelumnya”.
Prinsip
konsistensi tidak mengahalangi suatu perusahaan untuk mengubah prosedur
akuntansinya ketika hal tersebut dibenarkan oleh sesuatu yang berubah, atau
jika prosedur alternatif lebih baik (aturan preferensi). Sesuai dengan APB
opinion No. 20, Perubahan yang membenarkan perubahan dalam prosedur adalah:
1.
Perubahan dalam prinsip-prinsip akuntansi;
2.
perubahan dalam estimasi akuntansi;
3.
perubahan dalam entitas pelaporan.
Perubahan-perubahan
ini akan dicerminkan dalam akun dan dilaporkan dalam laporan keuangan secara
retroaktif untuk perubahan dalam entitas akuntansi, secara prospektif untuk
perubahan dalam estimasi akuntansi, secara umum dan sekarang untuk perubahan
dalam prinsip-prinsip akuntansi.
7.5.6
Prinsip
pengungkapan penuh
Terdapat
kesepakatan umum dalam akuntansi bahwa sebaiknya terdapat pengungkapan yang
“penuh”, “adil”, dan “memadai” atas data akuntansi. Pengungkapan penuh (full
disclosure) mengharuskan laporan keuangan dirancang dan disusun untuk
menggambarkan secara akurat kejadian-kejadian ekonomi yang telah memengaruhi
perusahaan selama periode berjalan dan supaya mengandung informasi yang
mencukupi guna membuatnya berguna dan tidak menyesatkan bagi investor
kebanyakan. Lebih eksplisit lagi, prinsip pengungkapan penuh mengimplikasikan
bahwa tidak ada informasi atas substansi atau kepentingan bagi
kebanyakaninvestor yang akan dihilangkan atau disembunyikan.
Prinsip
tersebut diperkuat lebih lanjut lagi oleh berbagai persyaratan pengungkapan
yang ditetapkan oleh APB Opinions, FASB Statements, dan SEC Accounting Release
dan persyaratan lainnya. Tetapi, pengungkapan penuh adalah konsepsi terbuka
yang masih meninggalkan beberapa pertanyaan yang belum belum terjawab atau
terbuka terhadap interpretasi yang berbeda. Pertama, apa yang dimaksud dengan
pengungkapan penuh, adil dan memadai? Memadai mengandung arti seperangkat
informasi minimum yang akan diungkapkan; adil mengimplikasikan batasan etis
yang mengharuskan perlakuan yang adil terhadap pengguna; dan penuh mengacu pada
penyajian informasi yang lengkap dan komprehensif. Posisi lainnya yang diterima
adalah untuk memandang keadilan sebagai tujuan utama dan titik trade-off antara
pengungkapan penuh dengan pengungkapan yang memadai. Dengan demikian, dalam
judul fair presentation in confomity with geberally accepted accounting
principles, APB Statement No. 4 Menyatakan bahwa penyajian yang adil dipenuhi
ketika:
...
Keseimbangan yang memadai telah dicapai antara kebutuhan yang saling berlawanan
untuk maengungkapkan aspek-aspek penting dari posisi keuangan dan hasil operasi
sesuai dengan aspek-askpek konvensional dan untuk meringkas banyaknya data yang
mendasari ke dalam angka-angka yang terbatas dalam laporan keuangan dan catatan
pendukung.
Kedua,
apa yang sebaiknya diungkapkan sehingga “investor rata-rata yang hati-hati”
tidak akan disesatkan? Apakah sebaiknya data tersebut pada dasarnya berupa
informasi akuntansi? Apakah sebaiknya data tersebut memasukkan informasi terbaru
dan tambahan-tambahan seperti akuntansi aktiva sumber daya manusia, akuntansi
sosioekonomi, akuntansi inflasi, dan pelaporan segmen?
Jawaban
terhadap pertanyaan-pertanyaan ini tergantung pada penentuan yang sesuai atas
pengguna, kebutuhan mereka, tingkat keahlian mereka, dan yang lebih penting
lagi, kapabilitas mereka untuk memproses informasi, dengan risiko meluapnya
informasi yang disebebkan oleh ekspansi data. Skinner menarik perhatian pada
beberapa masalah yang sebaiknya menjadi subjek dari pengungkapan penuh:
1. Rincian
dari kebijakan dan metode akuntasi, terutama ketika penilaian dibutuhkan dalam
penerapan metode akuntansi, ketika metode tersebut bersifat khusus bagi entitas
pelaporan tersebut, atau ketika metode akuntansi alternatif dapat digunakan;
2. Informasi
tambahan untuk membantu dalam analisis invetasi atau untuk mengindikasikan hak
dari berbagai pihak yang memiliki klaim atas entitas pelaporan.
3. Perubahan
dari tahun sebelumnya dalam kebijakan akuntansi atau metode penerapannya dan
dampak dari perubahan semacam itu;
4. Aktiva,
kewajiban, biaya, dan pendapatan yang dihasilkan dari transaksi dengan
pihak-pihak yang memiliki kepentingan pengendalian atau dengan direktur atau
pejabat yang memiliki hubungan istimewa dengan entitas pelaporan tersebut;
5. Aktiva,
kewajiban, dan komitmen kontinjen;
6. Transaksi
keuangan atau nonoperasi lainnya yang terjadi setelah tanggal neraca yang
memiliki dampak material terhadap posisi keuangan entias tersebut sebagaimana
siindikasikan dalam laporan akhir tahun.
7.5.7
Prinsip
Konservatisme
Prinsip
konservatisme adalah suatu prinsip pengecualian atau modifikasi dalam hal bahwa
prinsip tersebut bertindak sebagai batasan terhadap penyajian data akuntansi
yang relevan dan andal. Prinsip konservatisme menganggap bahwa ketika memilih
antara dua atau lebih teknik akuntansi yang berlaku umum, suatu referensi
ditunjukkan untuk opsi yang memiliki dampak paling tidak menguntungkan terhadap
ekuitas pemegang saham. Secara lebih spesifik, prinsip tersebut
mengimplikasikan bahwa nilai terendah dari aktiva dan pendapatan serta nilai
tertinggi dari kewajiban dan beban yang sebaiknya dipilih untuk dilaporkan.
Oleh karena itu, prinsip konservatisme mengharuskan bahwa akuntan menampilkan
sikap pesimistis secara umum ketika memilih teknik akuntansi untuk pelaporan
keuangan. untuk mencapai tujuan guna memahami laba dan aktiva sekarang, prinsip
konservatisme mengarah pada perlakuan yang merupakan penyimpangan terhadap
pendekatan yang dapat diterima atau teoretis. Misalnya saja, adopsi konsep
“mana yang lebih rendah antara biaya atau harga pasar” berlawanan dengan
prinsip historis. Meskipun penilaian LIFO dan depresiasi dipercepat umumnya
dipandang sebagai tindakan-tindakan yang kontra inflasi, hal tersebut dipandang
sebagai akibat dari adopsi prinsip konservatisme. Dengan demikian chatfield
berpendapat bahwa:
“keduanya
[LIFO dan depresiasi dipercepat] memaksakan tradisi yang lebih tua dari
konservatisme neraca, begitu rupa sehingga pembayar pajak masih diperbolehkan
untuk menggunakan penilaian persediaan LIFO bersama-sama dengan metode mana
yang lebih rendah antara biaya atau harga pasar. Keduanya menutamakan kebutuhan
manajemen akan penilaian yang lebih tepat”.
Dimasa
lalu, konservatisme telah digunakan ketika berususan dengan ketidakpastian
dalam lingkungan dan terlalu optimisnya manajer dan pemilik serta juga ketika
melindungi kreditor terhadap distribusi yang tidak sah atas aktiva perusahaan
sebagai dividen. Konservatisme adalah nilai yang dijunjung tinggi dimasa lalu dibandingkan dimasa ini. Nilai
tersebut telah mengarah pada provisi atau kewajiban atau keduanya yang arbitrer
dan tidak konsisten.
Sterling
menyebut konservatisme sebagai “prinsip penilaian akuntansi yang paling kuno
dan mungkin paling bertahan”. Hari ini, penekanan pada penyajian yang objektif
dan adil serta keutamaan investor sebagai pengguna telah mengurangi
ketergantungan pada konservatisme. Konservatisme saat ini dipandang lebih
sebagai pedoman untuk diikuti untuk situasi luar biasa, dan bukan sebagai
aturan umum untuk diterapkan secara kaku dalam semua situasi. Konservatisme
masih digunakan dalam beberapa situasi yang memerlukan penilaian akuntan,
seperti memilih estimasi umur manfaat dan nilai sisa dari aktiva untuk
akuntansi depresiasi dan konsekuensi
aturan dari penerapan konsep “mana yang lebih rendah antara biaya atau
harga pasar” (lower-of-cost-market) dalam penilaian persediaan dan efek-efek
ekuitas yang dapat dijual. Karena hal tersebut pada dasarnya adalah manifestasi
dari intervensi akuntan yang dapat menimbulkan bias, kesalahan, distorsi yang
mungkin, dan laporan yang menyesatkan, pandangan saat ini mengenai
konservatisme sebagai prinsip akuntansi cenderung menghilang.
7.5.8
Prinsip
Materialitas
Seperti
halnya konservatisme, prinsip materialitas adalah suatu prinsip pengecualian
atau modifikasi. Prinsip tersebut menganggap bahwa transaksi dan kejadian yang
memiliki dampak ekonomi yang tidak signifikan dapat ditangani secara sangat
cepat, tanpa memedulikan apakah hal tersebut sesuai dengan prinsip yang berlaku
umum atau tidak. Materialitas berfungsi sebagai pedoman implisit bagi akuntan
dalam hal apa yang sebaiknya diungkapkan dalam laporan keuangan, sehingga
memungkinkan akuntan tersebut untuk
memutuskan apa yang tidak penting atau apa yang tidak menjadi masalah
berdasarkan biaya pencatatan, akurasi laporan keuangan, dan relevandi bagi
pengguna.
Secara
umum, otoritas akuntansi telah meninggalkan penerapan materialitas kepada penilaian
akuntan, dan pada saat yang sama menekankan pentingnya hal tersebut. Meurut APB
Statement No. 4, materialitas mengimplikasikan bahwa “ laporan keuangan hanya
berkepentingan dengan informasi yang cukup signifikan untuk memengaruhi
penilaian atau keputusan. APB Opinion No. 30 menangandalkan pada konsep
materialitas yang belum teridentifikasi untuk menggambarkan pos-pos luarbiasa.
Secara serupa, opinion No. 22 merekomendasikan pengungkapan atau seluruh
kebijakan atau prinsip yang secara material memengaruhi posisi keuangan, hasil
operasi, dan perubahan dalam posisi keuangan dari entitas tersebut. Pada tahun
1975 FASB mengeluarkan suatu Dsicussion memorandum mengenai masalah
materialitas dengan menekankan pentingnya prinsip ini.
Prinsip
materialitas kurang memiliki definisi operasional, kebanyakan definisi
materialitas menekankan pada pernanan akuntan dalam menginterpretasikan apa
yang material dan apa yang tidak material. Misalnya saja, frishkoff
mendefinisikan materialitas sebagai “pentingnya suatu informasi keuangan bagi
seorang pengguna secara relatif dan kuantitatif, dalam konteks keputusan yang
akan dibuat”
Studi
tahun 1974 oleh accountants international study group mengkarakteristikan
materialitas sebagai berikut:
“Materialitas pada
dasarnya adalah masalah penilaian profesional. Suatu transaksi individual
sebaiknya dianggap material jika pengetahuan mengenai transaksi tersebut dapat
dianggap memiliki pengaruh terhadap pengguna laporan keuangan”.
Pedoman
atau kriteria yang akan digunakan dalam menentukan materialitas sangat
dibutuhkan. Dua kriteria dasar telah direkomendasikan. Yang pertama, disebut sebagai
pendekatan ukuram (size approach),
mengaitkan ukuran dari transaksi ke variabel relevan lainnya, seperti laba
bersih. Misalnya saja, Bernstein menyarankan zona batasan sebesar 10-15 persen
dari laba bersih setelah pajak sebagai titik pembeda antara apa yang material
dan apa yang tidak material. Secara serupa, FASB
Discussion Memorandum atas materialitas menyarankan kriteria berdasarkan
pendekatan ukuran:
“Jika
jumlah dari dampak sekarang atau potensialnya setara dengan atau melebihi 10
persen dari jumlah laporan keuangan yang bersangkutan, masalah tersebut
sebaiknya dianggap material.
Jika
jumlah dari dampak sekarang atau potensialnya adalah antara 5 dan 10 persen
dari jumlah laporan keuangan yang bersangkutan, materialitas dari masalah
tersebut tergantung pada situasi yang mengelilinginya.”
Kriteria
kedua, disebut sebagai pendekatan kriteria perubahan (change criterion approach), mengevaluasi dampak dari suatu
transaksi terhadap tren atau perubahan antarperiode akuntansi. Pendekatan ini
terutama diusulkan oleh rappaport, yang berpendapat bahwa kriteria materialitas
dapat dinyatakan dalam hal rata-rata tren, dan rasio keuangan yang menyatakan
hubungan analitis signifikan dalam hal informasi akuntansi. Pendekatan kriteria
perubahan telah memengaruhi accountants international study group, sebagaimana
dinyatakan oleh kutipan berikut ini dari materiality in accounting.
Suatu jumlah adalah tidak material
semata-mata karena ukurannya; faktor-faktor lain termasuk yang dinyatakan
dibawah ini harus dipertimbangkan dalam membuat keputusan mengenai
materialitas: hakikat dari transaksi tersebut, apakah transaski itu adalah:
8
Suatu faktor yang masuk
dalam penentuan laba bersih;
9
Tidak biasa atau luar
biasa;
10
Kontinjen terhadap
suatu kejadian atau kondisi
11
Dapat ditetapkan
berdasarkan pada fakta atau situasi sekarang;
12
Diharuskan oleh
undang-undang atau peraturan.
Jumlah
dari transaksi itu sendiri, dalam hubungannya dengan:
-
Laporan keuangan secara
keseluruhan
-
Total dari akun dimana
transaksi tersebut meripakan, atau sebaliknya merupakan, bagiannya;
-
Transaksi yang
berhubungan;
-
Jumlah terkait pada
tahun sebelumnya atau jumlah yang diperkirakan di tahun-tahun mendatang.
7.5.9
Prinsip Keseragaman dan
Komparabilitas
Prinsip
konsistensi mengacu pada penggunaan prosedur
yang sama untuk transaksi-transaksi yang berhubungan oleh perusahaan selama
waktu tertentu; prinsip keragaman mengacu pada penggunaan prosedur yang sama
oleh perusahaan-perusahaan yang berbeda. Tujuan yang diinginkan adalah untuk
mencapai komparabilitas laporan keuangan dengan mengurangi keragaman yang
diciptakan oleh penggunaan prosedur akuntansi yang berbeda oleh
perusahaan-perusahaan yang berbeda. Faktanya, suatu perdebatan yang terus
menerus terjadi mengenai apakah fleksibilitas atau keseragaman yang sebaiknya
ada dalam akuntansi dan pelaporan keuangan. dukungan utama untuk keseragaman (uniformity) adalah klaim
bahwa hal itu akan:
1. Mengurangi
keragaman penggunaan prosedur akuntansi dan ketidakcukupan praktk-praktik
akuntansi;
2. Memungkinkan
perbandingan yang berarti atas laporan keuangan dari perusahaan yang berbeda;
3. Memperbaiki
kepercayaan pengguna dalam laporan keuangan;
4. Mengarah
pada intervensi dan peraturan
pemerintah mengenai praktik akuntansi.
Dukungan
utama untuk
fleksibilitas adalah
klaim bahwa:
1. Penggnaan
prosedur akuntansi yang seragam untuk mencerminkan transaksi yang sama terjadi
dalam banyak kasus memiliki resiko menyembunyikan perbedaan yang penting antar
kasus.
2. Komparabilitas
adalah suatu cita-cita yang bersifat utopia;”hal tersebut tidak dapat dicapai
dengan mengadopsi aturan-aturan tetap yang tidak cukup mempertimbangkan situasi
faktual yang berbeda.
3. “perbedaan
dalam situasi” atau “variabel situasi” membutuhkan perlakuan yang berbeda, sehingga
pelaporan perusahaab dapat menanggapi situasi dimana transaksi dan kejadian
terjadi. Variabel-variabel situasional (circumstantial variables) didefenisikan
sebagai :
...kondisi-kondisi
lingkungan yang bervariasi antarperusahaan dan yang mempengaruhi:
(a)
kelayakan dari metode akuntansi dan/atau
(b)
objektivitas ukuran-ukuran yang dihasilkan dari penerapan metode akuntansi
tersebut
Tujuan
implisit baik dari keseragaman maupun fleksibilitas adalah untuk melindungi
pengguna dan untuk menyajikan data yang berarti kepada pengguna. Kedua prinsip
tersebut gagal karena posisi ekstrem mereka terhadap masalah pelaporan
keuangan. Fleksibilitas jelas mengarah pada kebingungan dan ketidakpercayaan.
Solusi yang seimbang dapat diberikan dengan mendorong dengan cara mempersempit
keragaman dari praktik akuntansi dan,pada saat yang sama, memungkinkan
pengakuan yang memadai atas kejadian pasar dan ekonomi yang khas untuk
perusahaan dan industri tertentu dengan asosiasi yang memadai atau
situasi-situasi ekonomi tertentu dengan tekhnik akuntansi terkait. Posisi
tengah ini membutuhkan definisi operasional atas “perbedaan dalam situasi” dan
pedoman yang lebih baik untuk menghubungkan perbedaan dalam situasi dengan
berbagai prosedur.
7.5.10 Ketepatan Waktu dari
laba dan konservatisme akuntansi
Ketepatan waktu
dari laba akuntansi (timeliness of accounting
earnings) telah didefinisikan sebagai sejauhmana laba akuntansi periode sekarang memasukkan laba ekonomi periode sekarang. Sementara laba ekonomi dan laba
akuntansi yang dijumlahkan selama umur dari perusahaan adalah identik, keduanya
berbeda dalam jangka pendek. Laba ekonomi segera mengakui perubahan dalam
perkiraan nilai sekarang atas arus kas masa depan, sementara laba akuntansi
menggunakan prinsip “pengakuan” untuk memasukkan perubahan yang sama secara
perlahan-lahan sejalan dengan waktu, umumnya pada titik dekat dengan saat arus
realisasi arus kas terjadi. Yang terjadi adalah tenggang waktu antara laba akuntansi
dengan laba ekonomi yang dapat terjadi selama beberapa periode. Sebagaimana
yang dinyatakan oleh ball dkk. “prinsip pengakuan oleh karena itu menyebabkan
laba ekonomi dimasukkan dalam laba akuntansi secara lambat dan ‘merata’ dengan
berjalannya waktu”. Hubungan laba akuntansi dengan laba ekonomi mendefinisikan
ketepatan waktunya sebagai berikut:
EARNit
= a0j + a1jRETit + εit
Dimana:
EARNit
= laba sebelum pos luar biasa, operasi yang dihentikan, dan pos-pos khusus yang
dideflasi oleh nilai pasar awal tahun dari ekuitas perusahaan tertentu pada
tahun t.
RETit
= tingkat pengembalian saham tahunan untuk tahun t.
Konservatisme didefinisikan
oleh Basu adalah sampai sejauh mana laba akuntansi periode sekarang secara
asimetris memasukkan kerugian ekonomi, relatif terhadap keuntungan ekonomi.
Oleh karena itu, sementara ketepatan waktu mengukur tingkat dimasukkannya laba
ekonomi dalam laba akuntansi kontemporer, konservatisme mengukur tingginya
ketepatan waktu dalam memasukkan penurunan nilai, atau laba ekonomi negatif.
Oleh karena itu, asimetri konservatif dalam ketepatan laba akuntansi
diperkenalkan dengan memodifikasi persamaan sebelumnya untuk memasukkan laba
ekonomi secara asimetris sebagai berikut:
EARNit
= a0j + a1jNEGit + a2jRETit + a3jRETitNEGit + εit
Di
mana:
NEGit
= Variabel dummy yang setara dengan 1 jika RET adalah negatif dan o jika
sebaliknya. Oleh karena itu, a2j dan a2j+a3j memasukkan dalam laba tahun
berjalan masing-masing berita bagus dan berita buruk.
Kebenaran dalam akuntansi yang
kurang diperhatikan merupakan salah satu topik utama yang dibahas dalam
literatur akuntansi. Selama empat ratus
tahun sejak publikasi buku Pacioli mengenai pembukuan dengan ayat jurnal
berpasangan pada tahun 1954, metode akuntansi, serta laporan akuntansi telah didasarkan
pada kemudahan dan bukannya pada kebenaran.
Laporan akuntansi hari ini terdiri atas campuran yang mengherankan dari
konvensi akuntansi, data historis, dan fakta-fakta sekarang, di mana bahkan
akuntan sering kali tidak dapat membedakan antara kebenaran dengan fiksi. Akuntansi memiliki kemungkinan akan kebenaran
dan kemustahilan akan kebenaran. Ide
normatif yang memiliki sedikit kemungkinan untuk diterapkan dalam akuntansi.
Sebuah dalil muncul dan diakui oleh
orang banyak karena dalil tersebut adalah benar. Orang-orang yang menggunakan dalil tersebut
mengetahui kebenarannya. Kita juga harus
tahu mengapa hal itu benar dan apa dasar mengatakannya benar atau tidaknya. Dalam kehidupan sehari-hari kita banyak
menemukan bahkan menghadapi langsung kondisi-kondisi masalah yang terjadi di
dunia ini yang kita laporkan menggunakan bahasa. Suatu dalil yang benar berkaitan dengan suatu
kondisi masalah yang terjadi. Seperti
kondisi keuangan kita laporkan dengan menggunakan bahasa yaitu laporan keuangan
yang berdasar kepada dalil akuntansi keuangan.
Kebenaran tersebut dapat dinyatakan secara berbeda.
Hal tersebut dapat berupa kebenaran
sebagai kesesuaian ketika dalil tersebut adalah benar jika sesuai dengan
fakta. Arti kesesuaian dapat dijelaskan,
ketika kita membuat penilaian yang benar, kita memiliki sejenis gambar dari
realitas dalam pikiran kita dan bahwa penilaian kita adalah benar karena gambar
ini menyerupai realitas yang diwakilinya.
Tetapi penilaian kita tidak seperti hal-hal fisik ke mana hal tersebut
mengacu. Gambaran yang kita gunakan
dalam menilai mungkin saja dalam hal-hal tertentu menyalin atau menyerupai
hal-hal fisik, tetapi kita dapat membuat suatu penilaian tanpa menggunakan
gambaran apa pun kecuali kata-kata, dan kata-kata samasekali tidaklah serupa
dengan hal-hal yang diwakilinya. Kita
tidak boleh memahami kesesuaian sebagai kata yang berarti menyalin atau
kemiripan.
Kebenaran sebagai koherensi ketika
dalil tersebut adalah masuk akal karena koheren dengan dalil lain. Dalil tersebut harus saling mendukung satu
sama lain. Jika terjadi dalil yang
saling melemahkan atau bertentangan maka harus dilakukan pengujian
kebenarannya.
Kebenaran sebagai apa yang berlaku
mengimplikasikan bahwa dalil yang benar adalah apa yang berlaku. Jika setiap orang menganggap sesuatu itu
benar adanya dan diyakini maka itu akan menjadi kebenaran orang banyak. Dasar inilah yang menjadi pedoman dalam
menghadapi kondisi masalah.
Perbedaan dapat dibuat antara
kebenaran dengan kepalsuan dalil serta keyakinan orang mengenai keduanya. Keyakinan tidak selalu berhubungan dengan
kondisi masalah. Pernyataan yang
diyakini sebagai benar atau salah masih harus dibuktikan apakah memang benar atau
salah. Bukti tersebut akan menunjukkan
bahwa kebenaran dari suatu dalil tidak relative terhadap ruang dan waktu,
meskipun dalil tersebut dapat mengenai ruang dan waktu. Pembunuhan kaisar terjadi hanya pada satu
titik ruang dan waktu, demikian pula dengan pembakaran orang sebagai penyihir,
meskipun hal itu terjadi pada ruang dan waktu yang berbeda, tidak berarti bahwa
hal itu terjadi pada seluruh ruang dan waktu.
Kondisi masalah datang dan pergi, tetapi kebenaran adalah kekal.
Kebenaran dari dalil dapat
dipastikan dengan tingkat kompleksitas yang berbeda. Dalil analitis, seperti seluruh akuntan
Indonesia adalah orang Indonesia, adalah benar tanpa pembuktian lebih lanjut
karena bentuk negatif dari dalil tersebut adalah saling berlawanan. Dalil sintesis merupakan dalil yang tidak
bersifat analitis, perlu dibuktikan sebagai benar atau salah. Dalil sintesis tersebut, Jakarta adalah
ibukota Indonesia, adalah dalil sintesis yang benar.
Kebenaran
sebagai netralitas merupakan kemungkinan kebenaran dalam akuntansi. Untuk melaporkan kebenaran, akuntansi perlu
menghindari dimasukkannya bias. Hal
tersebut mungkin saja sulit karena dalam melaporkan kebenaran, kita harus
mengetahui fakta yang sebenarnya dan menggambarkannya. Sementara catatan kejadian tidak dapat
dipisahkan dari si pencatat. Tidak ada
sejarah yang mengandung bias. Bias
terjadi karena seseorang memiliki tujuan yang berbeda dengan pembuat keputusan
seperti pengguna laporan keuangan sehingga informasi menjadi bias oleh pembuat
laporan keuangan.
Untuk membangun dan mengembangkan
suatu akurasi atas atribut-aribut yang diukur, akuntan mengandalkan azas tujuan
sebagai suatu cara membenarkan prosedur.
Dengan pengertian, pengukuran impersonal atau tidak ada hubungannya atau
tidak mengenai orang tertentu, pengukuran yang didasarkan pada bukti yang bisa
diverifikasi, pengukuran berdasarkan suatu kesepakatan dari para ahli yang
memiliki kualifikasi.
Bagian informasi bisa dianggap
sebagai dapat diverifikasi berdasarkan kecilnya nilai pengukuran penyebaran di
sekitar titik tengah namun pada saat bersamaan menjadi kurang dapat diandalkan
karena faktor bias. Semakin besar
penyebaran ukuran maka semakin mungkin keputusan yang tidak benar didasarkan
pada ukuran tersebut karena kesalahan pengambilan sampel yang dikandungnya. Semakin besar pemindahan maka semakin mungkin
keputusan yang tidak benar diambil karena nilai yang diperkirakan dari ukuran
tersebut tidak sama dengan ukuran yang lebih benar dari atribut itu. Penyebaran dan pemindahan adalah tidak
diinginkan karena keputusan yang salah memiliki biaya tinggi. Sampai tingkat di mana sumber daya harus
dikonsumsi untuk mengurangi penyebaran dan pemindahan, maka ukuran yang buruk
dapat diterima selama biaya untuk memperbaikinya lebih besar dibandingkan
dengan biaya dari keputusan salah yang timbul kemudian.
Bagian sebelumnya dari kebenaran,
objektivitas, dan keandalan fokus kepada perbandingan antara apa yang dilakukan
akuntan dengan apa yang diharapkan pengguna ukuran keuangan untuk dilakukan
akuntan. Sekarang adalah perbandingan antara
berbagai kelompok akuntan yang berbeda.
Hubungan tersebut adalah antara objektivitas dengan tingkat
kekerasan. Objektivitas dalam kasus ini
adalah tingkat kesepakatan yang tinggi antara beragam kelompok akuntan.
Jenis kebenaran yang disampaikan
dalam praktik dan wacana akuntansi dapat bersifat bergantung terhadap peran
yang sebenarnya dimainkan oleh akuntansi dalam organisasi. Terdapat peran tradisional sebagai alat bantu
yang berguna bagi pengambilan keputusan yang rasional dengan pandangan untuk mengukur
efisiensi dan efektivitas organisasional.
Jadi kebenarannya bukan karena tidak berubah terhadap ruang dan waktu,
tapi dilihat dari peran yang dimainkan untuk organisasi
Teori akuntansi tidak dapat
dikatakan terdiri atas penjelasan ilmiah.
Tidak terdapat hukum akuntansi yang abadi yang dapat dibandingkan dengan
hukum abadi dari alam, tidak ada pengujian dan eksperimen terkendali untuk
menghasilkan data yang dapat ditetapkan sebagai rumus matematika untuk
menyatakan hubungan yang ada. Disiplin
akuntansi benar-benar dibangun secara sosial, dan tidak memiliki hukum yang
abadi atau kebenaran. Aturan yang dibuat
oleh manusia dalam akuntansi tergantung pada proses penilaian baik bagi
penyusunan maupun penggunaan informasi akuntansi.
Struktur teori akuntansi merupakan suatu sistem dengan
tingkatan keadaan yang mengakibatkan dan mempengaruhi keadaan setelahnya secara
berurutan yaitu tujuan dari laporan keuangan, dalil-dalil akuntansi, konsep
yang bersifat teori dari akuntansi, prinsip dasar akuntansi, dan teknik-teknik
akuntansi. Elemen-elemen tersebut
merupakan komposisi formula dari fondasi akuntansi yang digunakan sebagai basis
untuk lahirnya aturan-aturan dan teknik akuntansi. Pemahaman atas elemen-elemen ini menjamin
pemahaman dasar pemikiran dibalik praktik aktual dan masa depan. Struktur teoritis dari akuntansi
merefleksikan laporan keuangan yang merupakan bagian dari laporan
akuntansi. Kesepakatan format dan isi
laporan keuangan yang diubah atau disempurnakan tentu saja berkaitan dengan
memperbaiki struktur teoritis dari akuntansi.
No comments:
Post a Comment