Saturday, 13 September 2014

Pendekatan-pendekatan Tradisional dalam Formasi Teori Akuntansi

Pendekatan-pendekatan Tradisional dalam Formasi Teori Akuntansi
A.  Sifat Dasar Akuntansi : Berbagai Pandangan
Para akuntan memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang proses akuntansi dalam menguraikan perbedaan teori-teori akuntansi. Sebelum menguji pandangan tradisional dalam perumusan teori akuntansi, akan lebih baik apabila dilakukan pengujian terhadap pandangan yang telah membentuk perkembangan akuntansi keuangan.
a.         Akuntansi Sebagai Sebuah Ideologi
Ideologi menurut pandangan dunia/hidup yang terlepas dari sifatnya yang parsial dan mungkin mengandung pemahaman krusial, menghalangi kita untuk memahami lingkungan di mana kita hidup dan kemungkinan perubahannya. Ideologi merupakan pandangan dunia yang sesuai dengan sudut pandangan kelompok-kelompok....
Akuntansi telah dipandang sebagai fenomena ideologis-sebagai sarana untuk mendukung dan melegitimasi tatanan sosial, ekonomi, dan politik saat ini. Karl Marx menegaskan bahwa akuntansi melakukan suatu bentuk dan menjadi sarana untuk mengabulkan- bukan mengungkapkan sifat sesungguhnya dari hubungan-hubungan sosial yang membentuk usaha produktif.
b.         Akuntansi Sebagai Sebuah Bahasa
Akuntansi telah dipandang sebagai bahasa bisnis. Akuntansi merupakan suatu cara pengkomunikasian informasi tentang bisnis. Persepsi bahwa akuntansi merupakan suatu bahasa juga diakui oleh profesi akuntansi, yang mempublikasikan buletin terminologi akuntansi. Hal ini dinyatakan dalam literatur empiris, yang berusaha mengukur hubungan konsep-konsep akuntansi.
Hawes mendefinisikan bahasa sebagai berikut:
Simbol-simbol manusia bukan merupakan tanda tanda yang disusun  secara acak, yang mengarahkan pada konseptualisasi rujukan yang bersifat tertutup dan rahasia. Sebaliknya, simbol-simbol manusia disusun secara yang sistematis dan berpola dengan aturan-aturan khusus yang mengarahkan penggunaan itu. Susunan simbol ini disebut bahasa, dan aturan yang mempengaruhi pola dan penggunaan simbol tersebut dinyatakan sebagai tata bahasa.
c.         Akuntansi Sebagai Catatan Peristiwa Masa Lalu
Umumnya akuntansi dipandang sebagai sebuah cara penyajian sejarah perusahaan dan transaksi yang dilakukannya dengan pihak lain. Untuk pemilik maupun pihak pemegang saham, catatan akuntansi menyediakan sejarah pertanggungjawaban manajer atas sumber-sumber daya yang disediakan pemilik.
d.        Akuntansi Sebagai Realitas Ekonomi
Argumen utama yang mendukung akuntansi sebagai realitas ekonomi adalah bahwa baik neraca maupun laba-rugi seharusnya didasarkan pada taksiran yang menggambarkan realitas ekonomi saaat ini dari pada kos historis. Metode yang digunakan agar lebih menunjukkan realitas ekonomi saat ini, lebih difokuskan pada penetapan harga saat ini dan di masa mendatang daripada penetapan harga dimasa lalu. Tujuan utama dari pandangan akuntansi ini adalah penetapan pendapatan sesungguhnya (True Income) , suatu konsep yang menunjukkan perubahan kesejahteraan perusahaan dari satu periode ke periode selanjutnya.
e.         Akuntansi Sebagai Suatu Sistem Informasi
Pandangan ini mengasusmsikan akuntansi sebagai sebuah proses yang menghubungkan sumber informasi atau transmitter (biasanya akuntan), saluran komunikasi, dan sekumpulan penerima (pihak eksternal). Dengan menggunakan istilah dalam proses komunikasi, akuntansi dapat didefinisi sebagai “proses menyediakan sejumlah observasi kedalam bahasa sistem akuntansi, memanipulasi sinyal sistem pelaporan , dan mengawasandikan (decoding) serta mentransmisikan hasilnya. Pandangan tentang akuntasi ini memberikan manfaat yang penting baik secara konseptual maupun secara empiris. Pertama, pandangan ini mengasumsikan bahwa sistem akuntansi merupakan satu-satunya sistem pengukuran formal dalam organisasi. Kedua, pandangan ini memunculkan kemungkinan desain sistem akuntansi yang optimal, yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan informasi yang bermanfaat bagi pengguna. Perilaku pengirim (sender) merupakan hal yang penting baik dalam reaksi terhadap informasi yang disajikan maupun dalam pemanfaatan informasi yang dibuat. Kedua perilaku ini merupakan subjek penelitian empiris dalam bidang akuntansi keprilakuan.

Keunggulan pandangan akuntansi sebagai suatu sistem informasi dinyatakan sebagai berikut:
Sistem-sistem akuntansi alternatif tidak membutuhkan pertimbangan yang lebih lama lagi dalam menilai kemampuannya untuk menghasilkan “true income” atau dalam hal kewajaran dari penyajian data historis. Sepanjang setiap pemakai berbeda dapat menemukan informasi yang diinginkan, saat itu pula dapat ditentukan bahwa sistem tersebut bermanfaat.
f.          Akuntansi Sebagai Komoditas
Akuntansi juga dipandang sebagai komoditas yang dihasilkan dari satu aktivitas ekonomi. Pandangan ini muncul disebabkan adanya permintaan informasi khusus, dan para akuntan mempunyai kemampuan untuk memenuhi permintaan tersebut. Sebagai sebuah komoditas umum, akuntansi menjadi dasar ideal untuk pengaturan, yang berdampak terhadap kebijakan umum dan memantau seluruh bentuk perjanjian antar organisasi dengan lingkungannya. Pemilihan informasi akuntansi dan/atau teknik akuntansi selanjutnya memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan berbagai kelompok masyarakat. Akibatnya muncul pasar informasi akuntansi yang berasal dari penawaran dan permintaan informasi.

B.     Penyusunan dan Pembuktian Teori
Prinsip-prinsip yang diterima oleh umum / PABU (generally acceptep accounting principles/GAAP)  mengarahkan profesi akuntansi dalam pemilihan teknik-teknik akuntansi dan penyiapan laporan keuangan dengan suatu cara yang dianggap sebagai praktik terbaik. Dalam menanggapi perubahan lingkungan, perubahan nilai dan kebutuhan informasi, prinsip-prinsip akuntansi berterima umum merupakan subjek penilaian kembali yang sifatnya tetap dan subjek analitis.

Perubahan prinsip pada umumnya merupakan hasil dari berbagai upaya untuk menyajikan solusi terhadap munculnya masalah-masalah akuntansi dan untuk merumuskan kerangka teoritis untuk pengembangan ilmu.  Jadi, terdapat hubungan yang jelas antara upaya-upaya penyusunan teori akuntansi, baik dalam membenarkan maupun menyalahkan suatu praktik yang ada.penyusunan teori akuntansi berasal dari kebutuhan untuk menyajikan secara rasional apa yang dilakukan atau apa yang diharapkan oleh para akuntan.

Proses penyusunan teori akuntansi sebaiknya dilengkapi juga dengan proses pembuktian(verification) dan pengesahan (validation) teori. Machlup mendefinisikan proses ini sebagai berikut:
“Pembuktian dalam penelitian dan analisisi dapat merujuk kepada beberapa hal, termasuk kebenaran argumen-argumen matematis dan logika, dapat diterapkannya rumus dan persamaan yang dibuat, dapat dipercayanya laporan, keautentikan dokumen, alat ataupun barang-barang peninggalan, kecukupan barang-barang reproduksi, terjemahan dan uraian yang dibuat, keakuratan perhitungan yang lalu dan perhitungan statistik, bukti-bukti yang menguatkan pelaporan suatu kejadian, kelengkapan dalam pendataan peristiwa-peristiwa yang sesungguhnya terjadi, dapat diulangnya eksperimen yang telah dilakukan, kekuatan penjelas atau kemampuan untuk memprediksi hasil.”

Teori seharusnya tunduk terhadap pengujian yang bersifat logis dan empiris untuk membuktikan keakuratannya. Jika suatu teori bersifat matematis, pembuktian sebaiknya diprediksi melalui konsistensi logis. Apabila teori didasarkan pada fenomena fisik atau social, pembuktian sebaiknya diprediksi melalui hubungan antara kejadian-kejadian dan observasi-observasi sesungguhnya digunakan untuk membuat kesimpulan.

Oleh karena itu, teori akuntansi seharusnya merupakan proses penyusunan dan juga pembuktian teori. Suatu teori akuntansi seharusnya dapat menjelaskan dan memprediksi fenomena akuntansi yang ada: saat fenomena itu muncul, fenomena-fenomena tersebut diharapkan dapat membuktikan kebenaran teori tersebut.  Ide yang telah berlaku dalam filsafah ilmu ini, dapat juga diterapkan dan diterima dalam akuntansi, seperti yang ditunjukkan melalui pernyataaan Committee on Accounting Theory and Verification berikut ini :
Teori-teori ilmiah menyajikan harapan dan prediksi tertentu tentang fenomena dan saat harapan tersebut muncul, dikatakan bahwa hal ini menguatkan teori yang ada. Saat hasil yang tidak diharapkan muncul maka hal ini dinyatakan sebagai anomali yang pada akhirnya harus memerlukan modifikasi teori atau penyusunan teori baru. Tujuan teori baru atau teori yang dimodifikasi adalah untuk membuat hasil yang tidak diharapkan menjadi diharapkan, dan mengubah anomali yang terjadi menjadi peristiwa yang diharapkan dan dapat dijelaskan.

C.    Sifat Dasar Teori Akuntansi
Tujuan utama teori akuntansi adalah menyajikan suatu dasar dalam memprediksi dan menjelaskan perilaku serta kejadian-kejadian akuntansi. Kita mengasumsikan, atas dasar keyakinan, bahwa akuntansi itu ada. Teori didefinisikan sebagai “sekumpulan gagasan (konsep), definisi dan dalil yang menyajikan suatu pandangan sistematis tentang fenomena, dengan menjelaskan hubungan antar variabel yang ada dan bertujuan untuk menjelasakan serta memprediksi fenomena tersebut.

Pada awalnya harus diakui bahwa tidak ada teori akuntansi yang komprehensif ketika itu. Bahkan terdapat teori-teoru yang berbeda dan berkembang dalam sejumlah literature. Banyak dari teori-teori tersebut yang muncul karena dipakainya pendekatan-pendekatan yang berbeda salam penyusunan teori akuntansi atau dari upaya pengembangan teori yang sudah ada sebelumnya dan bersifat setengah jadi (middle range), daripada melalui pengembangan suatu teori yang komprehensif. Teori akuntansi yang berkembang melanjutkan teori yang sudah ada, umumnya dihasilkan melalui perbedaan keyakinan para peneliti dalam melihat baik “para pengguna” data akuntansi maupun “lingkungan”, dalam hal bagaimana seharusnya para pengguna dan penyaji data akuntansi berprilaku. Perbedan ini menyebabkan American Accounting Association’s Committee on Concepts and Standards (or External Financial Report) menyimpulkan bahwa:
1.      Tidak ada satupun pengaruh teori akuntansi keuangan cukup memadai dalamk memenuhi spesifikasi pengguna-lingkungan yang luas secara efektif; sehingga
2.      Yang ada dalam literature akuntansi keuangan selama ini bukanlah teori akuntansi keuangan melainkan sekumpulan teori yang dikumpulkan dari perbedaan-perbedaan dalam spesifikasi pengguna-lingkungan.

Walaupun kehadiran akuntansi itu berasal dari pengembangan teori yang sudah ada, beberapa pencetus teori ini berupaya membuktikan bahwa teori akuntansi itu ada.
1.      E.S Hendriksen menggunakan definisi “teori” yang dapat diaplikasikan dalam akuntansi. Berdasarkan Webster’s Third New International Dictionary,  “teori” menyajikan “sekumpulan hipotesis, konsep, dan prinsip-prinsip pragmatis yang saling berkaitan, yang membentuk kerangka acuan umum untuk bidang penelitian”. Oleh karena itu Hendriksen mendefinisikan teori akuntansi sebagai sekumpulan prinsip-prinsip luas yang (1) Menyajikan suatu kerangka acuan umum dimana praktik akuntansi dapat dinilai, dan (2) Mengarahkan pengembangan praktik dan prosedur baru.”
2.      MC Donald beragumen bahwa suatu teori harus memiliki tiga elemen: (1) menyandikan fenomena ke penyajian secara simbolis, (2)manipulasi atau gabungan sesuai dengan peraturan, dan (3) menerjemahkan kembali ke fenomena yang sesungguhnya. Masing-masing komponen tersebut dapat dijumpai dalam akuntansi. Pertama, akuntansi menggunakan penyajian secara simbolis atau symbol; “debit”, “credit”, dan semua terminology yang digunakan merupakan symbol yang pantas dan unik untuk bidang akuntansi. Kedua, akuntansi menggunakan aturan penerjemahan; penyandian (penyajian kejadian dan transfer ekonomi secara simbolis) merupakan suatu proses pengubahan ke dan dari symbol-simbol. Ketiga, akuntansi menggunakan aturan manipulasi; teknik-teknik untuk menetapkan profit sebaiknya didasarkan pada aturan untuk memanipulasi symbol-simbol akuntansi.

D.    Metodologi-metodologi dalam Penyusunan Teori Akuntansi
Perbedaan opini, pendekatan, dan penilaian di antara praktik dan penelitian akuntansi menyebabkan munculnya dua metodologi, deskriptif dan normatif.
1)      Teori akuntansi deskriptif, adanya keyakinan yang luas bahwa akuntansi merupakan suatu seni yang tidak dapat diformalkan dan bahwa metodologi yang digunakan secara tradisional dalam penyusunan teori akuntansi merupakan sebuah upaya untuk menilai apa yang terjadi melalui penyusunan penyusunan praktik-praktik akuntansi.
2)      Teori akuntansi normatif, berupaya untuk menyajikan lebih pada “apa yang seharusnya” (ought to be), daripada “ apa yang terjadi” (what is).

Dengan adanya penyederhanaan yang berlebihan, dapat diasumsikan bahwa kompleksitas sifat fenomena dan isu-isu yang ada, menyebabkan kedua metodologi di atas diperlukan dalam penyusunan teori akuntansi. Metodologi deskriptif berupaya untuk menilai sejumlah praktik akuntansi yang dianggap berguna dan metodologi normatif berupaya untuk menilai sejumlah praktik akuntansi yang seharusnya dapat digunakan.
           
E.     Pendekatan-pendekatan dalam Penyusunan Teori Akuntansi
Walaupun belum ada satupun teori akuntansi yang komprehensif, namun berbagai teori akuntansi yang bersifat menengah atau setengah jadi telah dihasilkan melalui sejumlah pendekatan yang berbeda.
a.         Pendekatan –pendekatan Non-Teoritis
Pendekatan-pendekatan non teroritis  biasanya merupakan  pendekatan pragmatis (praktis) dan otoriter (otoritarian).
Pendekatan pragmatis terdiri dari penyusunan teori yang ditandai dengan penyesuaian terhadap praktik sesungguhnya, yang bermanfaat untuk  memberi saran solusi praktis. Menurut pendekatan ini, teknik teknik dan prinsip akuntansi seharusnya dipilih atas dasar manfaatnya bagi pengguna informasi dan keterkaitannya dengan proses pembuatan keputusan.

Pendekatan otoritarian dalam penyusunan teori akuntansi umumnya digunakan oleh organisasi profesi, terdiri dari penyajian sejumlah peraturan praktik-praktik akuntansi.
Karena pendekatan otoritarian juga berupaya untuk menyajikan solusi praktik, pendekatan ini juga secara mudah dapat diidentifikasikan sebagai pendekatan pragmatis. Kedua pendekatan ini berasumsi bahwa teori akuntansi dan teknik-teknik yang dihasilkan harus didasarkan pada pemanfaatan secara maksimal laporan keuangan, apabila akuntansi diharapkan memiliki fungsi yang bermanfaat. Dengan kata lain, suatu teori tanpa konsekuensi praktik adalah teori yang buruk.

Mueller berpendapat bahwa prinsip-prinsip akuntansi seharusnya dikembangkan melalui pendekatan pragmatis. Upaya-upaya praktik seharusnya tidak begitu saja diabaikan sebab upaya-upaya tersebut pada dasarnya bersifat non-teoritis. Pendekatan-pendekatan praktik diperlukan oleh setiap teori yang mempunyai manfaat operasional. Bahkan pertimbangan pragmatis menembus bidang akuntansi melalui standar relevansi berterima umum.

b.         Pendekatan Deduktif
Dalam penerapannya  di bidang akuntansi, pendekatan deduktif dimulai dengan asumsi atau dalil dasar akuntansi dan kesimpulan logis yang diperoleh dari sejumlah prinsip akuntansi untuk menyajikan petunjuk  dan dasar bagi pengembangan teknik-teknik akuntansi selanjutnya. Pendekatan ini bergerak dari kondisi yang bersifat umum(asumsi dasar tentang lingkungan akuntansi) ke kondisi spesifik (pertama, prinsip-prinsip akuntansi dan kedua , teknik-teknik akuntansi). Apabila pada kondisi ini, asumsi dasar tentang lingkungan akuntansi terdiri dari sejumlah tujuan maupun dalil, tahap-tahap yang digunakan untul menjalankan pendekatan deduktif terdiri dari:
1.      Penetapan tujuan-tujuan pelaporan keuangan
2.      Pemilihan dalil-dalil akuntansi
3.      Penentuan prinsip-prinsip akuntansi
4.      Pengembangan teknik-teknik akuntansi
Oleh karena itu dalam penentuan teori akuntansi secara deduktif, teknik-teknik yang dikembangkan akan berhubungan dengan prinsip-prinsip, dalil dalil, dan tujuan-tujuan melalui sebuah cara dan apabila pendekatan tersebut dilakukan secara benar, maka teknik-teknik tersebut seharusnya juga benar.pendefinisian struktur teoritis akuntansi yang dilakukan melalui serangkaian tujuan akuntansi yang semestinya. Untuk itu perlu dilakukan pengujian yang memadai terhadap setiap teori yang dihasilkan. Sesuai dengan pendapat Popper, pengujian terhadap teori hasil pendekatan deduktif sebaiknya dilakukan dengan urutan:

Pertama, ada pembanding logis diantara konklusi-konklusi tersebut, sehingga dengan cara ini konsistensi internal dari system dapat diuji. Kedua, ada penyelidikan terhadap bentuk logis dari teori tersebutdengan tujuan menentukan apakah teori tersebut memiliki karakter sebagai teori dengan pendekatan empiris atau ilmiah, atau  teori tersebut, misalnya bersifat pengulangan (tautological). Ketiga, ada perbandingan dengan teori-teori lain terutama untuk menentukan apakah teori tersebut nenyajikan keunggulan ilmiah yang dapat bertahan dalam berbagai pengujian, dan terakhir, ada pengujian empiris terhadap aplikasi hasil konklusi yang diperoleh dari teori tersebut.

Tahap terakhir diperlukan untuk menentukan bagaimana teori tersebut memenuhi tuntutan praktik. Apabila prediksi teori tersebut dapat diterima, maka teori tersebut dikatakan telah diversifikasi akan dibuktikan kebenarannya untuk saat ini. Namun apabila prediksinya tidak dapat diterima, maka teori tersebut dapat dikatakan tidak benar.

c.         Pendekatan Induktif
Dalam bidang akuntansi, pendekatan ini dimulai dengan serangkaian pengamatan terhadap informasi keuangan dari bisnis perusahaan dan selanjutnya akan diperoleh rumusan gagasan serta prinsip-prinsip akuntansi dari pengamatan tersebut dengan menggunakan dasar hubungan yang terjadi secara berulang. Argumentasi induktif dikatakan membawa keterangan-keterangan yang bersifat khusus (informasi akuntansi yang menggambarkan hubungan berulang-ulang) ke suatu bentuk yang bersifat umum (dalil-dalil dan prinsip-prinsip akuntansi). Pendekatan induktif dalam penyusunan teori mencakup empat tahap:
1.      Pencatatan seluruh pengamatan
2.      Penganalisaan dan pengelompokkan pengamatan untuk mendeteksi adanya hubugan yang berulang (kesamaan atau kemiripan)
3.      Penginduksian asal mula konklusi-konklusi dan prinsip-prinsip akuntansi dari pengamatan-pengamatan yang menggambarkan hubungan secara berulang.
4.      Pengujian konklusi-konklusi yang dibuat.
Dalam proses induksi , kebenaran suatu dalil tergantung pada pengamatan yang secara memadai menyajikan contoh adanya hubungan berulang.

Dengan cara yang sama kita dapat menyatakan bahwa dalil-dalil akuntansi yang diperoleh dari konklusi induktif dapat diarahkan menjadi teknik-teknik akuntansi yang bersifat khusus hanya apabila terdapat probabilitas yang lebih tinggi atau lebih rendah, sementara itu, dalil-dalil akuntansi yang berasal dari simpulan deduktif dapat diarahkan ke teknik-teknik khusus yang sudah pasti. Meskipun pendekatan deduktif diawali dengan dalil-dalil umum, penyusunan dalil-dalil tersebut disempurnakan melalui proses induktif, tergantung pada pengetahuan peneliti dan pengalamannya dalam praktik akuntansi.

d.        Pendekatan Etis
Bagian utama dari pendekatan etis terdiri dari konsep kewajaran (fairness), keadilan (justice), keseimbangan (equity), dan kebenaran (truth). Konsep-konsep tersebut merupakan kriteria utama dari konsep D.R. Scott dalam menyusun teori akuntansi. Scott mendefinisikan “justice”  sebagai perlakuan yang seimbang terhadap seluruh pihak yang berkepentingan, “truth” sebagai pelaporan keuangan yang akurat dan benar tanpa adanya kesalahan interprestasi, dan konsep “fairness” sebagai penyajian yang wajar, tidak bias dan tidak memihak. Para akuntan sejak era Scott telah mempertimbangkan ketiga konsep ini sebagai konsep yang sejajar. Di sisi lain, Yu beranggapan bahwa hanya justice and fairness saja yang merupakan norma etis, sedangkan implisit telah menjadi suatu etis; secara umum konsep “fairness” menyatakan bahwa pelaporan keuangan tidak dapat menjadi subjek pengaruh yang tidak semestinya atau subjek penyimpangan. “fairness” umumnya merupakan suatu pernyataan nilai yang diterapkan secara beragam dalam akuntansi. Patillo menempatkan “fairness” sebagai standar dasar yang harus digunakan dalam menilai standar lainnya, sebab hanya standar inilah yang bermakna “pertimbangan etis (ethical consideration)”

The Committee on Auditing Procedures merujuk kriteria “kewajaran penyajian (fairness of presentation) sebagai berikut (1) kesesuaian dengan prinsip-prinsip akuntansi berterima umum, (2) pengungkapan (disclosure) (3) konsistensi, dan (4) dapat diperbandingkan.dalam suatu laporan ynga lengkap auditor tidak hanya menyatakan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip akuntansi berterima umum dan standar auditing berterima umum, namun juga mengungkapkan opini dengan kata-kata “menyajikan secara wajar”(present fairly)”.

e.         Pendekatan Sosiologis
pendekatan ini dalam penyusunan teori menekankan pada akibat-akibat social yang ditimbulkan teknik-teknik akuntansi. Pendekatan ini merupakan suatu pendekatan etis yang dasarnya merupakan suatu perluasan konsep kewajaran yang dinamakan kesejahteraan social (social welfare). Dalam pendekatan ini prinsip ataupun teknik akuntansi yang tersedia dievaluasi berdasarkan kesesuaiannya dengan akibat-akibat yang dilaporkan oleh berbagai kelompok masyarakat. Dalam pendekatan ini diharapkan data akuntansi akan memberikan manfaat dalam pembuatan kebijakan yang menyangkut kesejahteraan social.untuk mencapai tujuan tersebut, pendekatan ini mengasumsikan adanya “nilai-nilai social yang mapan” yang dapat digunakan sebagai kriteria dalam penyusunan teori akuntansi.

Pendekatan sosiologis dalam penyusunan teori akuntansi telah memberikan kontribusi dalam evolusi cabang ilmu akuntansi yang baru, yang dikenal sebagai akuntansi sosioekonomi (socioeconomic accounting). Tujuan bidang ini adalah untuk mendorong entitas bisnis yang beraktifitas dalam pasar bebas agar mempertanggungjawabkan aktivitas prosuksi mereka terhadap lingkungan social melalui pengukuran, internalisasi, dan pengungkapan dalam laporan keuangan.

f.          Pendekatan Ekonomi
Pendekatan ekonomi dalam penyusunan teori akuntansi menekankan pengendalian perilaku indicator-indikator ekonomi makro, yang diakibatkan oleh berbagai praktik akuntansi. Pendekatan ekonomik menekankan pada konsep “kesejahteraan social secara umum”. Menurut pendekatan ini, pemilihan teknik-teknik akuntansi yang berbeda tergantung pengaruhnya terhadap barang ekonomi nasional.

Sampai menjelang terbentuknya Financial Accounting Standards Board , pendekatan ekonomik dan konsep konsekuensi ekonomik tidak banyak digunakan dalam akuntansi. Badan-badan professional didorong untuk memecahkan setiap perdebatan penyusunan standar dalam konteks akuntansi tradisional. Beberapa orang mempunyai perhatian terhadap konsekuensi ekonomik kebijakan akuntansi.

Dalam menetapkan standar akuntansi, pertimbangan yang digunakan oleh pendekatan ekonomi lebih bersifat ekonomik daripada operasional. Meskipun di masa lalu telah banyak penekanan diberikan terhadap pertimbangan akuntansi yang bersifat teknis, pola saat ini menunjukkan bahwa penerapan standar juga mencakup pertimbangan-pertimbangan social dan ekonomi.

F.     Pendekatan Elektik dalam Penyusunan Teori Akuntansi
Secara umum, penyusunan teori akuntansi dan pengembangan prinsip-prinsip akuntansi telah mengikuti suatu pendekatan elektik, atau pendekatan gabungan, daripada pendekatan secara tunggal yang disajikan di sini. Pendekatan elektik merupakan suatu hasil utama berbagai upaya individu dan profesi maupun organisasi pemerintahan dalam partisipasinya untuk menetapkan prinsip-prinsip dalam akuntansi. Pendekatan ini mengakibatkan munculnya pendekatan baru yang diperdebatkan dalam literature seperti pendekatan regulatori, pendekatan keprilakuan dan pendekatan peristiwa, prediksi serta positif.






No comments:

Followers