Pendekatan-pendekatan
Tradisional dalam Formasi Teori Akuntansi
A.
Sifat
Dasar Akuntansi : Berbagai Pandangan
Para
akuntan memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang proses akuntansi dalam
menguraikan perbedaan teori-teori akuntansi. Sebelum menguji pandangan
tradisional dalam perumusan teori akuntansi, akan lebih baik apabila dilakukan
pengujian terhadap pandangan yang telah membentuk perkembangan akuntansi
keuangan.
a.
Akuntansi Sebagai
Sebuah Ideologi
Ideologi menurut
pandangan dunia/hidup yang terlepas dari sifatnya yang parsial dan mungkin
mengandung pemahaman krusial, menghalangi kita untuk memahami lingkungan di
mana kita hidup dan kemungkinan perubahannya. Ideologi merupakan pandangan
dunia yang sesuai dengan sudut pandangan kelompok-kelompok....
Akuntansi
telah dipandang sebagai fenomena ideologis-sebagai sarana untuk mendukung dan
melegitimasi tatanan sosial, ekonomi, dan politik saat ini. Karl Marx
menegaskan bahwa akuntansi melakukan suatu bentuk dan menjadi sarana untuk
mengabulkan- bukan mengungkapkan sifat sesungguhnya dari hubungan-hubungan
sosial yang membentuk usaha produktif.
b.
Akuntansi Sebagai
Sebuah Bahasa
Akuntansi
telah dipandang sebagai bahasa bisnis. Akuntansi merupakan suatu cara
pengkomunikasian informasi tentang bisnis. Persepsi bahwa akuntansi merupakan
suatu bahasa juga diakui oleh profesi akuntansi, yang mempublikasikan buletin
terminologi akuntansi. Hal ini dinyatakan dalam literatur empiris, yang
berusaha mengukur hubungan konsep-konsep akuntansi.
Hawes mendefinisikan
bahasa sebagai berikut:
Simbol-simbol manusia
bukan merupakan tanda tanda yang disusun
secara acak, yang mengarahkan pada konseptualisasi rujukan yang bersifat
tertutup dan rahasia. Sebaliknya, simbol-simbol manusia disusun secara yang sistematis
dan berpola dengan aturan-aturan khusus yang mengarahkan penggunaan itu.
Susunan simbol ini disebut bahasa, dan aturan yang mempengaruhi pola dan
penggunaan simbol tersebut dinyatakan sebagai tata bahasa.
c.
Akuntansi Sebagai
Catatan Peristiwa Masa Lalu
Umumnya
akuntansi dipandang sebagai sebuah cara penyajian sejarah perusahaan dan
transaksi yang dilakukannya dengan pihak lain. Untuk pemilik maupun pihak
pemegang saham, catatan akuntansi menyediakan sejarah pertanggungjawaban
manajer atas sumber-sumber daya yang disediakan pemilik.
d.
Akuntansi Sebagai
Realitas Ekonomi
Argumen
utama yang mendukung akuntansi sebagai realitas ekonomi adalah bahwa baik
neraca maupun laba-rugi seharusnya didasarkan pada taksiran yang menggambarkan
realitas ekonomi saaat ini dari pada kos historis. Metode yang digunakan agar
lebih menunjukkan realitas ekonomi saat ini, lebih difokuskan pada penetapan
harga saat ini dan di masa mendatang daripada penetapan harga dimasa lalu.
Tujuan utama dari pandangan akuntansi ini adalah penetapan pendapatan
sesungguhnya (True Income) , suatu konsep yang menunjukkan perubahan
kesejahteraan perusahaan dari satu periode ke periode selanjutnya.
e.
Akuntansi Sebagai Suatu
Sistem Informasi
Pandangan ini mengasusmsikan akuntansi
sebagai sebuah proses yang menghubungkan sumber informasi atau transmitter
(biasanya akuntan), saluran komunikasi, dan sekumpulan penerima (pihak
eksternal). Dengan menggunakan istilah dalam proses komunikasi, akuntansi dapat
didefinisi sebagai “proses menyediakan sejumlah observasi kedalam bahasa sistem
akuntansi, memanipulasi sinyal sistem pelaporan , dan mengawasandikan
(decoding) serta mentransmisikan hasilnya. Pandangan tentang akuntasi ini
memberikan manfaat yang penting baik secara konseptual maupun secara empiris.
Pertama, pandangan ini mengasumsikan bahwa sistem akuntansi merupakan
satu-satunya sistem pengukuran formal dalam organisasi. Kedua, pandangan ini
memunculkan kemungkinan desain sistem akuntansi yang optimal, yang memiliki
kemampuan untuk menghasilkan informasi yang bermanfaat bagi pengguna. Perilaku
pengirim (sender) merupakan hal yang penting baik dalam reaksi terhadap
informasi yang disajikan maupun dalam pemanfaatan informasi yang dibuat. Kedua
perilaku ini merupakan subjek penelitian empiris dalam bidang akuntansi
keprilakuan.
Keunggulan pandangan
akuntansi sebagai suatu sistem informasi dinyatakan sebagai berikut:
Sistem-sistem
akuntansi alternatif tidak membutuhkan pertimbangan yang lebih lama lagi dalam
menilai kemampuannya untuk menghasilkan “true income” atau dalam hal kewajaran
dari penyajian data historis. Sepanjang setiap pemakai berbeda dapat menemukan
informasi yang diinginkan, saat itu pula dapat ditentukan bahwa sistem tersebut
bermanfaat.
f.
Akuntansi Sebagai
Komoditas
Akuntansi
juga dipandang sebagai komoditas yang dihasilkan dari satu aktivitas ekonomi.
Pandangan ini muncul disebabkan adanya permintaan informasi khusus, dan para
akuntan mempunyai kemampuan untuk memenuhi permintaan tersebut. Sebagai sebuah
komoditas umum, akuntansi menjadi dasar
ideal untuk pengaturan, yang berdampak terhadap kebijakan umum dan memantau
seluruh bentuk perjanjian antar organisasi dengan lingkungannya. Pemilihan
informasi akuntansi dan/atau teknik akuntansi selanjutnya memiliki pengaruh
terhadap kesejahteraan berbagai kelompok masyarakat. Akibatnya muncul pasar
informasi akuntansi yang berasal dari penawaran dan permintaan informasi.
B. Penyusunan
dan Pembuktian Teori
Prinsip-prinsip
yang diterima oleh umum / PABU (generally acceptep accounting
principles/GAAP) mengarahkan profesi
akuntansi dalam pemilihan teknik-teknik akuntansi dan penyiapan laporan
keuangan dengan suatu cara yang dianggap sebagai praktik terbaik. Dalam
menanggapi perubahan lingkungan, perubahan nilai dan kebutuhan informasi,
prinsip-prinsip akuntansi berterima umum merupakan subjek penilaian kembali
yang sifatnya tetap dan subjek analitis.
Perubahan
prinsip pada umumnya merupakan hasil dari berbagai upaya untuk menyajikan
solusi terhadap munculnya masalah-masalah akuntansi dan untuk merumuskan
kerangka teoritis untuk pengembangan ilmu.
Jadi, terdapat hubungan yang jelas antara upaya-upaya penyusunan teori
akuntansi, baik dalam membenarkan maupun menyalahkan suatu praktik yang
ada.penyusunan teori akuntansi berasal dari kebutuhan untuk menyajikan secara
rasional apa yang dilakukan atau apa yang diharapkan oleh para akuntan.
Proses
penyusunan teori akuntansi sebaiknya dilengkapi juga dengan proses
pembuktian(verification) dan pengesahan (validation) teori. Machlup
mendefinisikan proses ini sebagai berikut:
“Pembuktian
dalam penelitian dan analisisi dapat merujuk kepada beberapa hal, termasuk
kebenaran argumen-argumen matematis dan logika, dapat diterapkannya rumus dan
persamaan yang dibuat, dapat dipercayanya laporan, keautentikan dokumen, alat
ataupun barang-barang peninggalan, kecukupan barang-barang reproduksi,
terjemahan dan uraian yang dibuat, keakuratan perhitungan yang lalu dan
perhitungan statistik, bukti-bukti yang menguatkan pelaporan suatu kejadian,
kelengkapan dalam pendataan peristiwa-peristiwa yang sesungguhnya terjadi,
dapat diulangnya eksperimen yang telah dilakukan, kekuatan penjelas atau
kemampuan untuk memprediksi hasil.”
Teori
seharusnya tunduk terhadap pengujian yang bersifat logis dan empiris untuk
membuktikan keakuratannya. Jika suatu teori bersifat matematis, pembuktian
sebaiknya diprediksi melalui konsistensi logis. Apabila teori didasarkan pada fenomena
fisik atau social, pembuktian sebaiknya diprediksi melalui hubungan antara
kejadian-kejadian dan observasi-observasi sesungguhnya digunakan untuk membuat
kesimpulan.
Oleh karena
itu, teori akuntansi seharusnya merupakan proses penyusunan dan juga pembuktian
teori. Suatu teori akuntansi seharusnya dapat menjelaskan dan memprediksi
fenomena akuntansi yang ada: saat fenomena itu muncul, fenomena-fenomena tersebut
diharapkan dapat membuktikan kebenaran teori tersebut. Ide yang telah berlaku dalam filsafah ilmu
ini, dapat juga diterapkan dan diterima dalam akuntansi, seperti yang
ditunjukkan melalui pernyataaan Committee
on Accounting Theory and Verification berikut ini :
Teori-teori
ilmiah menyajikan harapan dan prediksi tertentu tentang fenomena dan saat
harapan tersebut muncul, dikatakan bahwa hal ini menguatkan teori yang ada.
Saat hasil yang tidak diharapkan muncul maka hal ini dinyatakan sebagai anomali
yang pada akhirnya harus memerlukan modifikasi teori atau penyusunan teori
baru. Tujuan teori baru atau teori yang dimodifikasi adalah untuk membuat hasil
yang tidak diharapkan menjadi diharapkan, dan mengubah anomali yang terjadi
menjadi peristiwa yang diharapkan dan dapat dijelaskan.
C. Sifat Dasar
Teori Akuntansi
Tujuan
utama teori akuntansi adalah menyajikan suatu dasar dalam memprediksi dan
menjelaskan perilaku serta kejadian-kejadian akuntansi. Kita mengasumsikan,
atas dasar keyakinan, bahwa akuntansi itu ada. Teori didefinisikan sebagai
“sekumpulan gagasan (konsep), definisi dan dalil yang menyajikan suatu
pandangan sistematis tentang fenomena, dengan menjelaskan hubungan antar
variabel yang ada dan bertujuan untuk menjelasakan serta memprediksi fenomena
tersebut.
Pada
awalnya harus diakui bahwa tidak ada teori akuntansi yang komprehensif ketika
itu. Bahkan terdapat teori-teoru yang berbeda dan berkembang dalam sejumlah
literature. Banyak dari teori-teori tersebut yang muncul karena dipakainya
pendekatan-pendekatan yang berbeda salam penyusunan teori akuntansi atau dari
upaya pengembangan teori yang sudah ada sebelumnya dan bersifat setengah jadi
(middle range), daripada melalui pengembangan suatu teori yang komprehensif.
Teori akuntansi yang berkembang melanjutkan teori yang sudah ada, umumnya
dihasilkan melalui perbedaan keyakinan para peneliti dalam melihat baik “para
pengguna” data akuntansi maupun “lingkungan”, dalam hal bagaimana seharusnya
para pengguna dan penyaji data akuntansi berprilaku. Perbedan ini menyebabkan American Accounting Association’s Committee
on Concepts and Standards (or External Financial Report) menyimpulkan
bahwa:
1.
Tidak ada
satupun pengaruh teori akuntansi keuangan cukup memadai dalamk memenuhi
spesifikasi pengguna-lingkungan yang luas secara efektif; sehingga
2.
Yang ada dalam
literature akuntansi keuangan selama ini bukanlah teori akuntansi keuangan
melainkan sekumpulan teori yang dikumpulkan dari perbedaan-perbedaan dalam
spesifikasi pengguna-lingkungan.
Walaupun
kehadiran akuntansi itu berasal dari pengembangan teori yang sudah ada,
beberapa pencetus teori ini berupaya membuktikan bahwa teori akuntansi itu ada.
1.
E.S Hendriksen
menggunakan definisi “teori” yang dapat diaplikasikan dalam akuntansi.
Berdasarkan Webster’s Third New International
Dictionary, “teori” menyajikan
“sekumpulan hipotesis, konsep, dan prinsip-prinsip pragmatis yang saling
berkaitan, yang membentuk kerangka acuan umum untuk bidang penelitian”. Oleh
karena itu Hendriksen mendefinisikan teori akuntansi sebagai sekumpulan
prinsip-prinsip luas yang (1) Menyajikan suatu kerangka acuan umum dimana
praktik akuntansi dapat dinilai, dan (2) Mengarahkan pengembangan praktik dan
prosedur baru.”
2.
MC Donald
beragumen bahwa suatu teori harus memiliki tiga elemen: (1) menyandikan
fenomena ke penyajian secara simbolis, (2)manipulasi atau gabungan sesuai
dengan peraturan, dan (3) menerjemahkan kembali ke fenomena yang sesungguhnya.
Masing-masing komponen tersebut dapat dijumpai dalam akuntansi. Pertama,
akuntansi menggunakan penyajian secara simbolis atau symbol; “debit”, “credit”,
dan semua terminology yang digunakan merupakan symbol yang pantas dan unik
untuk bidang akuntansi. Kedua, akuntansi menggunakan aturan penerjemahan; penyandian
(penyajian kejadian dan transfer ekonomi secara simbolis) merupakan suatu
proses pengubahan ke dan dari symbol-simbol. Ketiga, akuntansi menggunakan
aturan manipulasi; teknik-teknik untuk menetapkan profit sebaiknya didasarkan
pada aturan untuk memanipulasi symbol-simbol akuntansi.
D. Metodologi-metodologi
dalam Penyusunan Teori Akuntansi
Perbedaan
opini, pendekatan, dan penilaian di antara praktik dan penelitian akuntansi
menyebabkan munculnya dua metodologi, deskriptif dan normatif.
1)
Teori akuntansi
deskriptif, adanya keyakinan yang luas bahwa akuntansi merupakan suatu seni
yang tidak dapat diformalkan dan bahwa metodologi yang digunakan secara
tradisional dalam penyusunan teori akuntansi merupakan sebuah upaya untuk
menilai apa yang terjadi melalui penyusunan penyusunan praktik-praktik
akuntansi.
2)
Teori akuntansi
normatif, berupaya untuk menyajikan lebih pada “apa yang seharusnya” (ought to
be), daripada “ apa yang terjadi” (what is).
Dengan
adanya penyederhanaan yang berlebihan, dapat diasumsikan bahwa kompleksitas
sifat fenomena dan isu-isu yang ada, menyebabkan kedua metodologi di atas
diperlukan dalam penyusunan teori akuntansi. Metodologi deskriptif berupaya
untuk menilai sejumlah praktik akuntansi yang dianggap berguna dan metodologi
normatif berupaya untuk menilai sejumlah praktik akuntansi yang seharusnya
dapat digunakan.
E. Pendekatan-pendekatan
dalam Penyusunan Teori Akuntansi
Walaupun
belum ada satupun teori akuntansi yang komprehensif, namun berbagai teori
akuntansi yang bersifat menengah atau setengah jadi telah dihasilkan melalui
sejumlah pendekatan yang berbeda.
a.
Pendekatan
–pendekatan Non-Teoritis
Pendekatan-pendekatan
non teroritis biasanya merupakan pendekatan pragmatis (praktis) dan otoriter
(otoritarian).
Pendekatan
pragmatis terdiri dari penyusunan teori yang ditandai dengan penyesuaian
terhadap praktik sesungguhnya, yang bermanfaat untuk memberi saran solusi praktis. Menurut
pendekatan ini, teknik teknik dan prinsip akuntansi seharusnya dipilih atas
dasar manfaatnya bagi pengguna informasi dan keterkaitannya dengan proses pembuatan
keputusan.
Pendekatan
otoritarian dalam penyusunan teori akuntansi umumnya digunakan oleh organisasi
profesi, terdiri dari penyajian sejumlah peraturan praktik-praktik akuntansi.
Karena
pendekatan otoritarian juga berupaya untuk menyajikan solusi praktik,
pendekatan ini juga secara mudah dapat diidentifikasikan sebagai pendekatan
pragmatis. Kedua pendekatan ini berasumsi bahwa teori akuntansi dan
teknik-teknik yang dihasilkan harus didasarkan pada pemanfaatan secara maksimal
laporan keuangan, apabila akuntansi diharapkan memiliki fungsi yang bermanfaat.
Dengan kata lain, suatu teori tanpa konsekuensi praktik adalah teori yang
buruk.
Mueller
berpendapat bahwa prinsip-prinsip akuntansi seharusnya dikembangkan melalui
pendekatan pragmatis. Upaya-upaya praktik seharusnya tidak begitu saja
diabaikan sebab upaya-upaya tersebut pada dasarnya bersifat non-teoritis.
Pendekatan-pendekatan praktik diperlukan oleh setiap teori yang mempunyai
manfaat operasional. Bahkan pertimbangan pragmatis menembus bidang akuntansi
melalui standar relevansi berterima umum.
b.
Pendekatan
Deduktif
Dalam
penerapannya di bidang akuntansi,
pendekatan deduktif dimulai dengan asumsi atau dalil dasar akuntansi dan
kesimpulan logis yang diperoleh dari sejumlah prinsip akuntansi untuk menyajikan
petunjuk dan dasar bagi pengembangan
teknik-teknik akuntansi selanjutnya. Pendekatan ini bergerak dari kondisi yang
bersifat umum(asumsi dasar tentang lingkungan akuntansi) ke kondisi spesifik
(pertama, prinsip-prinsip akuntansi dan kedua , teknik-teknik akuntansi).
Apabila pada kondisi ini, asumsi dasar tentang lingkungan akuntansi terdiri
dari sejumlah tujuan maupun dalil, tahap-tahap yang digunakan untul menjalankan
pendekatan deduktif terdiri dari:
1.
Penetapan
tujuan-tujuan pelaporan keuangan
2.
Pemilihan
dalil-dalil akuntansi
3.
Penentuan
prinsip-prinsip akuntansi
4.
Pengembangan
teknik-teknik akuntansi
Oleh
karena itu dalam penentuan teori akuntansi secara deduktif, teknik-teknik yang
dikembangkan akan berhubungan dengan prinsip-prinsip, dalil dalil, dan tujuan-tujuan
melalui sebuah cara dan apabila pendekatan tersebut dilakukan secara benar,
maka teknik-teknik tersebut seharusnya juga benar.pendefinisian struktur
teoritis akuntansi yang dilakukan melalui serangkaian tujuan akuntansi yang
semestinya. Untuk itu perlu dilakukan pengujian yang memadai terhadap setiap
teori yang dihasilkan. Sesuai dengan pendapat Popper, pengujian terhadap teori
hasil pendekatan deduktif sebaiknya dilakukan dengan urutan:
Pertama, ada pembanding
logis diantara konklusi-konklusi tersebut, sehingga dengan cara ini konsistensi
internal dari system dapat diuji. Kedua, ada penyelidikan terhadap bentuk logis
dari teori tersebutdengan tujuan menentukan apakah teori tersebut memiliki
karakter sebagai teori dengan pendekatan empiris atau ilmiah, atau teori tersebut, misalnya bersifat pengulangan
(tautological). Ketiga, ada perbandingan dengan teori-teori lain terutama untuk
menentukan apakah teori tersebut nenyajikan keunggulan ilmiah yang dapat bertahan
dalam berbagai pengujian, dan terakhir, ada pengujian empiris terhadap aplikasi
hasil konklusi yang diperoleh dari teori tersebut.
Tahap terakhir diperlukan
untuk menentukan bagaimana teori tersebut memenuhi tuntutan praktik. Apabila
prediksi teori tersebut dapat diterima, maka teori tersebut dikatakan telah
diversifikasi akan dibuktikan kebenarannya untuk saat ini. Namun apabila
prediksinya tidak dapat diterima, maka teori tersebut dapat dikatakan tidak
benar.
c.
Pendekatan
Induktif
Dalam
bidang akuntansi, pendekatan ini dimulai dengan serangkaian pengamatan terhadap
informasi keuangan dari bisnis perusahaan dan selanjutnya akan diperoleh
rumusan gagasan serta prinsip-prinsip akuntansi dari pengamatan tersebut dengan
menggunakan dasar hubungan yang terjadi secara berulang. Argumentasi induktif
dikatakan membawa keterangan-keterangan yang bersifat khusus (informasi
akuntansi yang menggambarkan hubungan berulang-ulang) ke suatu bentuk yang
bersifat umum (dalil-dalil dan prinsip-prinsip akuntansi). Pendekatan induktif
dalam penyusunan teori mencakup empat tahap:
1.
Pencatatan
seluruh pengamatan
2.
Penganalisaan
dan pengelompokkan pengamatan untuk mendeteksi adanya hubugan yang berulang
(kesamaan atau kemiripan)
3.
Penginduksian
asal mula konklusi-konklusi dan prinsip-prinsip akuntansi dari pengamatan-pengamatan
yang menggambarkan hubungan secara berulang.
4.
Pengujian
konklusi-konklusi yang dibuat.
Dalam
proses induksi , kebenaran suatu dalil tergantung pada pengamatan yang secara
memadai menyajikan contoh adanya hubungan berulang.
Dengan
cara yang sama kita dapat menyatakan bahwa dalil-dalil akuntansi yang diperoleh
dari konklusi induktif dapat diarahkan menjadi teknik-teknik akuntansi yang
bersifat khusus hanya apabila terdapat probabilitas yang lebih tinggi atau
lebih rendah, sementara itu, dalil-dalil akuntansi yang berasal dari simpulan
deduktif dapat diarahkan ke teknik-teknik khusus yang sudah pasti. Meskipun
pendekatan deduktif diawali dengan dalil-dalil umum, penyusunan dalil-dalil
tersebut disempurnakan melalui proses induktif, tergantung pada pengetahuan
peneliti dan pengalamannya dalam praktik akuntansi.
d.
Pendekatan
Etis
Bagian
utama dari pendekatan etis terdiri dari konsep kewajaran (fairness), keadilan
(justice), keseimbangan (equity), dan kebenaran (truth). Konsep-konsep tersebut
merupakan kriteria utama dari konsep D.R. Scott dalam menyusun teori akuntansi.
Scott mendefinisikan “justice” sebagai perlakuan yang seimbang terhadap
seluruh pihak yang berkepentingan, “truth”
sebagai pelaporan keuangan yang akurat dan benar tanpa adanya kesalahan interprestasi,
dan konsep “fairness” sebagai
penyajian yang wajar, tidak bias dan tidak memihak. Para akuntan sejak era
Scott telah mempertimbangkan ketiga konsep ini sebagai konsep yang sejajar. Di
sisi lain, Yu beranggapan bahwa hanya justice
and fairness saja yang merupakan norma etis, sedangkan implisit telah
menjadi suatu etis; secara umum konsep “fairness” menyatakan bahwa pelaporan
keuangan tidak dapat menjadi subjek pengaruh yang tidak semestinya atau subjek
penyimpangan. “fairness” umumnya
merupakan suatu pernyataan nilai yang diterapkan secara beragam dalam
akuntansi. Patillo menempatkan “fairness” sebagai standar dasar yang harus
digunakan dalam menilai standar lainnya, sebab hanya standar inilah yang
bermakna “pertimbangan etis (ethical consideration)”
The Committee on Auditing Procedures merujuk kriteria “kewajaran penyajian (fairness of
presentation) sebagai berikut (1) kesesuaian dengan prinsip-prinsip akuntansi
berterima umum, (2) pengungkapan (disclosure) (3) konsistensi, dan (4) dapat
diperbandingkan.dalam suatu laporan ynga lengkap auditor tidak hanya menyatakan
kepatuhan terhadap prinsip-prinsip akuntansi berterima umum dan standar
auditing berterima umum, namun juga mengungkapkan opini dengan kata-kata
“menyajikan secara wajar”(present fairly)”.
e.
Pendekatan
Sosiologis
pendekatan
ini dalam penyusunan teori menekankan pada akibat-akibat social yang
ditimbulkan teknik-teknik akuntansi. Pendekatan ini merupakan suatu pendekatan
etis yang dasarnya merupakan suatu perluasan konsep kewajaran yang dinamakan
kesejahteraan social (social welfare).
Dalam pendekatan ini prinsip ataupun teknik akuntansi yang tersedia dievaluasi
berdasarkan kesesuaiannya dengan akibat-akibat yang dilaporkan oleh berbagai
kelompok masyarakat. Dalam pendekatan ini diharapkan data akuntansi akan
memberikan manfaat dalam pembuatan kebijakan yang menyangkut kesejahteraan
social.untuk mencapai tujuan tersebut, pendekatan ini mengasumsikan adanya
“nilai-nilai social yang mapan” yang dapat digunakan sebagai kriteria dalam
penyusunan teori akuntansi.
Pendekatan
sosiologis dalam penyusunan teori akuntansi telah memberikan kontribusi dalam
evolusi cabang ilmu akuntansi yang baru, yang dikenal sebagai akuntansi
sosioekonomi (socioeconomic accounting).
Tujuan bidang ini adalah untuk mendorong entitas bisnis yang beraktifitas dalam
pasar bebas agar mempertanggungjawabkan aktivitas prosuksi mereka terhadap
lingkungan social melalui pengukuran, internalisasi, dan pengungkapan dalam
laporan keuangan.
f.
Pendekatan
Ekonomi
Pendekatan
ekonomi dalam penyusunan teori akuntansi menekankan pengendalian perilaku
indicator-indikator ekonomi makro, yang diakibatkan oleh berbagai praktik
akuntansi. Pendekatan ekonomik menekankan pada konsep “kesejahteraan social
secara umum”. Menurut pendekatan ini, pemilihan teknik-teknik akuntansi yang
berbeda tergantung pengaruhnya terhadap barang ekonomi nasional.
Sampai
menjelang terbentuknya Financial
Accounting Standards Board , pendekatan ekonomik dan konsep konsekuensi
ekonomik tidak banyak digunakan dalam akuntansi. Badan-badan professional
didorong untuk memecahkan setiap perdebatan penyusunan standar dalam konteks
akuntansi tradisional. Beberapa orang mempunyai perhatian terhadap konsekuensi
ekonomik kebijakan akuntansi.
Dalam
menetapkan standar akuntansi, pertimbangan yang digunakan oleh pendekatan
ekonomi lebih bersifat ekonomik daripada operasional. Meskipun di masa lalu
telah banyak penekanan diberikan terhadap pertimbangan akuntansi yang bersifat
teknis, pola saat ini menunjukkan bahwa penerapan standar juga mencakup
pertimbangan-pertimbangan social dan ekonomi.
F. Pendekatan
Elektik dalam Penyusunan Teori Akuntansi
Secara
umum, penyusunan teori akuntansi dan pengembangan prinsip-prinsip akuntansi
telah mengikuti suatu pendekatan elektik, atau pendekatan gabungan, daripada
pendekatan secara tunggal yang disajikan di sini. Pendekatan elektik merupakan
suatu hasil utama berbagai upaya individu dan profesi maupun organisasi
pemerintahan dalam partisipasinya untuk menetapkan prinsip-prinsip dalam
akuntansi. Pendekatan ini mengakibatkan munculnya pendekatan baru yang
diperdebatkan dalam literature seperti pendekatan regulatori, pendekatan
keprilakuan dan pendekatan peristiwa, prediksi serta positif.
No comments:
Post a Comment