Saturday, 13 September 2014

financial reporting and element of financial statements

 Financial Statement I : Income Statement
Tujuan utama pelaporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi tentang kinerja perusahaan melalui ukuran pendapatan. Income Statement (Laporan Laba Rugi) merupakan sesuatu yang utama bagi perusahaan terkait ukuran pendapatan.  Income statement memiliki nilai prediktif sesuai karakteristik kualitatif yang didefinisikan dalam SFAC Nomor 2.  Income statement memiliki nilai sebagai ukuran arus kas masa depan, yakni sebagai ukuran dari efisiensi manajemen dan panduan dalam pencapaian tujuan manajerial.
Di sisi yang lain, investor merupakan fokus utama dalam lingkungan pelaporan keuangan.  Sumber daya investor (current resources) yang digunakan perusahaan untuk memperoleh keuntungan mengandung sifat ketidakpastian atas arus kas masa depan (future-uncertain resources).  Sebagai konsekuensinya, investor dalam kondisi seperti ini memerlukan informasi yang yang dapat membantu mereka untuk menilai arus kas di masa yang akan datang.
Seperti kita ketahui bersama, pelaporan keuangan memiliki beberapa konsekuensi ekonomis (economic consequences of financial reporting) yakni:
1.      Informasi keuangan dapat mempengaruhi distribusi kekayaan diantara investor.  Investor yang memperoleh informasi lebih banyak (mempekerjakan analis sekuritas) mungkin mampu meningkatkan kekayaan mereka daripada investor yang kurang informasi.
2.      Informasi keuangan dapat mempengaruhi tingkatan risiko yang diterima perusahaan.  Fokus pada jangka pendek, memiliki risiko lebih kecil, tetapi mungkin mengandung efek-efek jangka panjang yang merugikan (long-term detrimental effects).
3.      Informasi keuangan dapat mempengaruhi tingkat formasi modal dalam ekonomi dan menghasilkan realokasi kekayaan antara konsumsi dan investasi dalam ekonomi.
4.      Informasi keuangan dapat mempengaruhi bagaimana investasi dialokasikan dalam perusahaan.
INCOME STATEMENT ELEMENTS
Penekanan fungsi income statement sebagai sarana komunikasi untuk menyampaikan penilaian kinerja kepada investor menyebabkan pembahasan berkelanjutan diantara para akuntan tentang identifikasi yang tepat atas elemen-elemen yang dikandungnya, yakni pendapatan, keuntungan, beban, dan kerugian.
FASB menerbitkan SFAC no.6 yang mendefinisikan elemen-elemen income statement sebagai berikut  :
1.      Pendapatan, merupakan arus masuk atau peningkatan aset lainnya dari suatu entitas atau pengurangan kewajiban selama periode tertentu, yang diperoleh dari penjualan barang, penyediaan jasa atau aktifitas lain yang merupakan operasi utama perusahaan.
2.      Keuntungan, merupakan peningkatan aset bersih yang berasal dari transaksi peripheral atau insidental suatu entitas dan dari transaksi lainnya, kegiatan lainnya, dan keadaan-keadaan yang mempengaruhi entitas tersebut selama satu periode kecuali yang berasal dari pendapatan atau investasi dari pemilik.
3.      Beban, arus keluar atau penggunaan aset lainnya atau timbulnya kewajiban (atau kombinasi keduanya) selama satu periode mulai dari penyerahan atau produksi barang, pemberian jasa atau aktifitas lain yang merupakan operasi utama perusahaan.
4.      Kerugian, penurunan nilai aset bersih yang berasal dari transaksi yang bersifa peripheral atau insidental dari suatu entitas dan dari semua transaksi lain serta dari peristiwa lain dan keadaan-keadaan yang mempengaruhi entitas tersebut selama satu periode kecuali yang termasuk beban atau distribusi kepada pemilik.

Income Statement Format
Pertanyaan yang kemudian timbul adalah:  format income statement seperti apakah yang diinginkan oleh berbagai pengguna laporan keuangan?  Dua pendapat yang kemudian mendominasi diskusi ini adalah current operating performance concept dan all-inclusive concept.
APB Opinion No. 9
Salah satu masalah yang pertama kali dipelajari APB adalah apa yang termasuk dalam laba bersih.  Kurangnya batasan formal mengenai penyesuaian laba ditahan ternyata menghasilkan banyak ketidakseragaman dalam praktik bisnis.
Dalam salah satu hasil studinya tentang penyalahgunaan laporan dan peninjauan umum secara menyeluruh dari pendapatan, APB kemudian menerbitkan APB No.9 tentang “Reporting The Result of The Operation“.  APB No.9 mencoba untuk mengambil jalan tengah antara current operating performance concept dan all-inclusive concept.
Secara umum, APB No.9 memberi ketentuan bahwa semua item dianggap normal dan berulang kecuali jika memenuhi persyaratan yang ditetapkan untuk pengklasifikasian baik sebagai extraordinary item maupun penyesuain periode sebelumnya.   APB No. 9 mewajibkan penyusun laporan keuangan untuk menentukan apakah pendapatan, beban, keuntungan, dan kerugian secara tepat diklasifikasikan sebagai  :
1.  hal normal yang berulang-ulang,
2.  kejadian luar biasa (extraordinary item),
3.  penyesuaian terhadap periode sebelumnya sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan .
Maka laba bersih seharusnya menggambarkan seluruh pos keuntungan dan kerugian yang diakui selama periode, dengan pengecualian penyesuaian terhadap periode sebelumnya.  Format laporan yang ditentukan memuat dua bentuk laba, yakni laba bersih dari operasi dan laba bersih operasi ditambah extraordinary item.  Hal ini memberikan kemampuan bagi pengguna laporan keuangan untuk melakukan evaluasi hasil operasi normal atau total laba setelah extraordinary item sesuai dengan kebutuhan mereka.
.


1.  Income from Continuing Operations
Jumlah yang diperlihatkan untuk laba dari operasi berkelanjutan adalah pendapatan dan beban normal perusahaan yang berulang-ulang.  Angka laba menggambarkan jumlah yang dapat diperoleh kembali di masa depan.  Bahkan sering merujuk pada laba perusahaan yang dapat dipertahankan sebagai titik awal bagi investor untuk memprediksi pendapatan masa depan.
2.  Income from Nonrecurring Items
Ada tiga macam pendapatan tidak biasa yang mungkin diperoleh oleh sebuah perusahaan yang harus diungkapkan, yakni  :  operasi yang dihentikan, extraordinary item, dan perubahan prinsip akuntansi.
.Extraordinary Items
APB No.9 mendefinisikan extraordinary item sebagai kejadian dan transaksi yang mempunyai efek material yang tidak diharapkan sering terjadi dan tidak dianggap sebagai faktor yang berulang-ulang dalam setiap evaluasi proses bisnis yang wajar.
APB kemudian membuat review di tahun 1973 tentang kegunaan definisi extraordinary item yang ternyata mendapatkan kesimpulan bahwa pendapatan dan beban tidak dikelompokkan dengan cara yang sama melalui spektrum bisnis perusahaan.  Bisnis tidak mengintepretasikan APB No. 9 dengan cara yang sama dan lebih banyak kriteria spesifik yang dibutuhkan untuk menjamin intepretasi yang lebih seragam atas ketetapannya.
Maka diterbitkanlah APB No. 30 tentang “Reporting The Result of Operations” yang mendefiniskan extraordinary item sebagai kejadian dan transaksi yang dibedakan oleh sifat sebagai berikut  :
(1)  Unusual nature, kejadian atau transaksi harus memiliki tingkat ketidakwajaran yang tinggi dan tidak berhubungan atau hanya secara kebetulan berhubungan dengan aktivitas biasa.
 (2)  Infrequency of occurance, kejadian atau transaksi tersebut secara masuk akal diperkirakan tidak akan terjadi lagi di masa yang akan datang.
Dalam APB No.9 pemisahan extraordinary item dari item lainnya dalam laporan laba rugi tidak dipisahkan menurut item yang berulang dan tidak berulang.  Item yang jarang terjadi namun bukan tidak biasa diklasifikasikan sebagai laba non operasi dalam kelompok keuntungan dan kerugian lainnya dalam income statement. Penelitian mengindikasikan persyaratan ini sebagai sebuah inkonsistensi kecuali FASB mewajibkan catatan kaki pengungkapan atas efek kejadian tidak teratur pada laba dan pendapatan per lembar saham (EPS).

Perubahan Prinsip Akuntansi
Standar akuntansi atas kekonsistenan menyatakan bahwa transaksi yang sama seharusnya dilaporkan dengan cara yang sama setiap tahun.  Namun manajemen seharusnya memilih perangkat praktik akuntansi yang paling tepat menyajikan sumber daya dan kinerja unit pelaporan dan terus menggunakan praktik tersebut setiap tahunnya.  Sehingga terkadang, perusahaan dapat menjumpai bahwa pelaporan berkembang oleh perubahan metode atau perubahan prosedur mungkin diperintahkan oleh FASB atau SEC.
Pertanyaan mendasar yang kemudian muncul adalah  :  haruskah laporan keuangan yang telah diterbitkan sebelumnya diubah untuk menggambarkan metode atau prosedur yang baru?
Dalam APB no. 20 tentang “Accounting Channges” mengindentifikasikan tiga jenis perubahan akuntansi dan mendiskusikan penyiapan laporan keuangan.  Bahkan dewan merekomendasikan sebuah kelayakan penyajian retroaktif (bergaya membalik) atas ketiga macam perubahan prinsip akuntansi dan error di bawah ini.
(i)  Perubahan dalam prinsip-prinsip akuntansi
Jenis perubahan ini terjadi jika suatu entitas mengadopsi GAAP yang berbeda dari yang sebelumnya digunakan untuk tujuan pelaporan.  Contohnya perubahan penghitungan persediaan dari LIFO ke FIFO.
Jika prinsip akuntansi diubah, maka perusahaan menampilkan laporan keuangan tahun-tahun sebelum perubahan dilakukan.  Efek perubahan dikumulatifkan pada tahun perubahan dilakukan dan ditampilkan diantara laba bersih dan extraordinary item.
SFAS No. 154 tentang “Accounting Changes and Error Corrections” mensyaratkan aplikasi retrospective ke periode sebelumnya.
1.      Aplikasi prinsip yang baru ke dalam periode akuntansi sebelumnya sebagaimana jika perubahan prinsip diterapkan di periode-periode sebelumnya
2.      Penyesuaian laporan keuangan yang diterbitkan sebelumnya untuk menunjukkan perubahan entitas pelaporan
3.      Revisi laporan keuangan yang diterbitkan sebelumnya untuk menunjukkan koreksi atas kesalahan
(ii)  Perubahan dalam estimasi akuntansi
Penyajian laporan keuangan mensyaratkan estimasi dari kejadian di masa depan dan estimasi seperti itu adalah sasaran dilakukannya review berkala (akibat dari kebutuhan penyajian periodok).  Contohnya perubahan perkiraan umur aktiva yang dapat didepresiasi atau estimasi kolektabilitas piutang.
Perubahan ini tidak membutuhkan penyesuaian terhadap laporan keuangan tahun-tahun sebelumnya yang telah diterbitkan.  Perubahan yang terjadi hanya berpengaruh pada tahun terjadinya perubahan dan tahun-tahun berikutnya.
(iii)  Perubahan entitas pelaporan
Perubahan jenis ini disebabkan oleh perubahan unit pelaporan yang mungkin disebabkan oleh penggabungan usaha, perubahan spesifik anak perusahaan, atau perubahan konsolidasi.
Perubahan dalam pelaporan harus diungkapkan secara retroaktif dengan menyatakan kembali laporan keuangan tahun-tahun sebelumnya dengan asumsi unit pelaporan baru telah diterapkan di laporan keuangan tahun-tahun sebelumnya.  Penerbitan kembali laporan laporan keuangan tahun sebelumnya bertujuan untuk membandingkan hasil dari perubahan pelaporan keuangan yang baru dan yang lama.  Selain itu, efek perubahan pelaporan terhadap pendapatan operasi, laba bersih, dan laba per saham terkait harus diungkapkan sebagai perbandingan.
(iv)  Error
Kesalahan tidak dipandang sebagai suatu perubahan akuntansi, namun hasil dari kesalahan perhitungan matematis dan penggunaan metode akuntansi yang salah.  Error didefinisikan sebagai prior period adjustment. Contoh error adalah  :
1.      Perubahan praktek akuntansi yang awalnya tidak diterima menjadi diterima.
2.      Kesalahan matematis, klerikal.
3.      Kelalaian menambahkan atau menangguhkan pendapatan dan biaya di akhir periode akuntansi.
4.      Salah pengklasifikasian biaya dan beban.
Dalam SFAS No. 16, periode dimana error ditemukan, jenis kesalahan dan efeknya terhadap pendapatan operasi, laba bersih dan laba per saham terkait harus diungkapkan.  Persyaratan ini merupakan perluasan logis dari perbaikan secara retroaktif yang diperlukan untuk perubahan-perubahan akuntansi.  Dengan menyediakan perbaikan retroaktif, pengguna bisa mempredikasi dengan lebih baik prestasi perusahaan seiring berjalannya waktu dengan tepat.
Terdapat error yang bersifat counterbalanced apabila error tidak ditemukan dalam dua tahun.  Error ini tidak memerlukan penyesuaian apabila ditemukan setelah dua tahun.  Apabila error tidak bersifat counterbalanced, maka penyesuaian harus diungkapkan.

Earning Per Share
Basic EPS
EPS (earning per share) dikenal sebagai summary indicator yaitu item tunggal  yang dapat mengkomunikasikan  berbagai informasi mengenai kinerja atau posisi keuangan perusahaan.  Total pendapatan perusahaan dikurangi bagian pendapatan senior security (sekuritas hutang dan saham preferen) merupakan bagian pendapatan yang tersedia untuk pemegang saham biasa yang digunakan untuk penghitungan basic EPS.
Basic EPS (earning per share) merupakan alat yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan pada periode tertentu dari sudut pandang pemegang saham biasa.  Namun, perhitungan basic EPS dirasa tidak memenuhi kebutuhan investor karena pengaruh dari banyaknya jenis saham yang diterbitkan oleh perusahaan. Options, stock warrant, dan convertible securities yang dapat dikonversi menjadi common stock mengurangi (mendilusi) pendapatan pemegang saham sebelumnya.
Diluted EPS
Tujuan dari diluted EPS adalah mengukur kinerja pro forma suatu perusahaan selama periode tertentu dari sudut pandang pemegang saham biasa apabila pengkonversian sekuritas yang dilutif benar-benar terjadi.  Penyajian ini konsisten dengan tujuan kerangka konseptual dalam penyediaan informasi keuangan perusahaan yang berfungsi untuk menilai prospek dari perusahaan.
Bersama dengan Basic EPS, dua angka ini akan menggambarkan proyeksi informasi historis ke masa mendatang dan menyesuaikan  proyeksi dengan efek dilutif dari suatu sekuritas.  Efek dilutif dari opsi saham dan warrants dihitung dengan menggunakan treasury stock method.  Dan efek dilutif dari convertible security dihitung menggunakan as if-converted method.
Sekuritas yang bersifat antidilutif tidak dimasukkan dalam penghitungan diluted EPSDiluted EPS seharusnya melaporkan potensi dilusi maksimal.  Ketika terdapat lebih dari satu sekuritas yang bersifat dilutif, maka sekuritas dengan efek dilutif paling besar yang dimasukkan ke perhitungan diluted EPS terlebih dahulu, diikuti sekuritas dengan efek dilutif makin kecil dibawahnya, sesuai urutan.  Cara mengetahui efek dilutif adalah dengan menghitung pendapatan dari kenaikan satu lembar saham.
a.      Call Option and Warrant
Opsi saham dan warrant membolehkan pemegangnya membeli saham biasa dengan harga yang telah ditentukan, sehingga pemegang akan menggunakan haknya ketika harga pasar saham lebih tinggi dibandingkan harga yang telah ditetapkan sebelumnya.
FASB mengharuskan penggunaan treasury stock method untuk menghitung efek dilutif terhadap EPS.  Dengan metode ini, saham biasa untuk memenuhi penukaran hak opsi dan warrant didapatkan dengan membeli kembali saham biasa perusahaan yang beredar sesuai harga pasarnya, dengan uang yang diperolehnya dari hasil penukaran.  Selisih kekurangan lembar diperoleh dengan menerbitkan saham biasa baru, inilah yang disebut incremental shares. Incremental shares ini ditambahkan dengan jumlah rata-rata tertimbang lembar saham untuk penghitungan diluted EPS.
b.      Written Put Option
Written put options dan forward purchase mensyaratkan entitas pelapor untuk membeli kembali sahamnya sendiri pada harga yang telah ditentukan sebelumnya.  Sekuritas ini dilutif ketika exercise price di atas harga rata-rata pasar.  Efek dilutif dari written put options dan forward purchase dihitung menggunakan reverse treasury stock method, kebalikan dari treasury stock method pada hak opsi saham dan warrant.
Dengan metode ini, diasumsikan perusahaan akan menerbitkan saham biasa baru sesuai harga pasar untuk mendapatkan uang untuk menutup kontrak.  Uang hasil penerbitan saham baru digunakan untuk membeli kembali saham sesuai kontrak.  Selisih lembar saham yang diterbitkan dan yang diperoleh kembali ditambahkan ke penyebut pada penghitungan diluted EPS.
c.       Convertible Securities
Ialah sekuritas (obligasi atau saham preferen) yang dapat ditukar dengan sekuritas lain (saham biasa) pada harga yang telah ditentukan sebelumnya.  Guna menentukan apakah sekuritas bersifat dilutif, memerlukan perhitungan EPS seolah-olah penukaran telah terjadi.  Bentuk “as-if-converted” kemudian dibandingkan dengan EPS tanpa penukaran.
Jika penukaran dapat menyebabkan EPS menurun, sekuritas menjadi dilutif.  Jika tidak, sekuritas akan dinggap antidilutif dan pengaruh proforma penukarannya tidak akan termasuk di dalam terdilusi.
Dengan metode ini “as-if-converted” ini maka  :
1.  Apabila perusahaan memiliki saham preferen konvertibel, dividen saham preferen konvertibel tidak dikurangkan dari net income sebagai pembilang EPS.  Jika saham preferen tersebut dikonversi, lembar preferen tersebut tidak lagi beredar dan dividen preferen tidak akan dibayarkan.  Oleh karena itu, tidak akan ada bagian laba bersih untuk pemegang saham preferen konvertibel.
2.  Apabila perusahanan memiliki obligasi konvertibel, beban bunga atas sekuritas tersebut setelah pajak ditambahkan ke pembilang.  Jika obligasi tersebut dikonversikan, bunga tersebut tidak akan dibayarkan kepada kreditor, sehingga tidak akan ada penghematan pajak.  Akibatnya, laba bersih akan meningkat sebesar beban bunga dikurangi besarnya pajak.
3.  Jumlah lembar yang diterbitkan pada pengkonversian sekuritas ditambahkan sebagai penyebut EPS.
d.      Contingently Issuable Shares
Ialah jumlah lembar yang penerbitannya bergantung pada kondisi tertentu, seperti mencapai tingkat pendapatan atau harga pasar tertentu di masa mendatang.  Jika kondisi-kondisi tersebut tidak terjadi sampai akhir periode pelaporan, SFAS No.128 mengharuskan contingently issuable shares dimasukkan dalam penghitungan diluted EPS sesuai dengan jumlah lembar yang akan dimasukkan apabila akhir periode pelaporan sama dengan periode kontinjensi.


Usefulness of EPS
Tujuan dari EPS adalah untuk memberikan investor sebuah indikator atas (1) nilai perusahaan dan (2) harapan dividen di masa mendatang.  Masalah teori yang terbesar yang mengelilingi presentasi EPS adalah apakah informasi ini harus berdasarkan pada sejarah atau ramalan informasi.  Badan akuntansi yang berwenang telah menetapkan bahwa EPS didasarkan pada data historis, bukan data ramalan.  Pandangan ini dituangkan dalam opini APB No. 15 dan baru-baru ini oleh SFAS No. 128 yang konsisten dengan gejala ini.
EPS merupakan indikator keseluruhan, yaitu nilai tunggal yang memberikan informasi tentang kinerja atau posisi keuangan perusahaan. EPS sangat populer karena diperkirakan EPS mengandung informasi yang bermanfaat dalam membuat prediksi mengenai dividen dan harga saham di masa mendatang, serta sebagai ukuran keefisienan suatu perusahaan.
Namun, beberapa akuntan menentang penggunaan laba indikator keseluruhan seperti EPS.  Mereka menyatakan bahwa untuk memahami kinerja perusahaan membutuhkan analisis yang mendalam, tidak hanya dengan rasio tunggal.  Investor akan lebih puas dengan mendapatkan prediksi atas arus kas di masa mendatang. 







PENDAPATAN KOMPREHENSIF

Pendapatan pendapatan komprehensif merupakan pengembangan utama dalam evolusi terbaru dari standar akuntansi dan gagasan sentral dalam kerangka konseptual IFRS. Ini adalah fitur baru yang mencerminkan semua pendapatan, biaya, keuntungan dan kerugian yang harus diakui sesuai dengan standar akuntansi selama periode, dan dirangkum dalam laporan keuangan yang terpisah bernama Laporan Laba Rugi Komprehensif. Hal ini terbentuk dari dua komponen. Yang pertama sesuai dengan bottom line (laba atau rugi) dari laporan laba rugi seperti yang biasa diukur, menggabungkan keuntungan dan kerugian atas transaksi dengan pihak luar dan sejumlah keuntungan dan kerugian yang belum direalisasi pada item diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi. Komponen kedua dari laporan laba rugi komprehensif berkaitan dengan keuntungan dan kerugian yang belum direalisasi yang disebabkan terutama oleh penyesuaian nilai wajar. Komponen ini dirancang untuk memotong laporan laba rugi. Untuk melakukan itu, sebuah kategori baru penyesuaian akuntansi telah diperkenalkan - pendapatan komprehensif lainnya (OCI), yang disajikan langsung dalam ekuitas. OCI dapat dilihat sebagai penyangga yang memungkinkan penggunaan akuntansi nilai wajar tanpa dampak langsung terhadap laporan laba rugi. Gambar A menunjukkan hubungan antara neraca, laporan laba rugi dan laporan laba rugi komprehensif. Keuntungan terakumulasi dalam saldo laba, variasi tahunan OCI terakumulasi langsung dalam ekuitas, sedangkan jumlah laba tahunan dan variasi tahunan OCI membentuk pendapatan komprehensif

PRIOR PERIOD ADJUSTMENT
PSAK No 154 tidak membuat perubahan besar baik No.20 Opini APB atau PSAK No.16 untuk penyesuaian periode sebelumnya. Akuntansi (dan layar) sebelum penyesuaian cukup mudah. Jumlah penyesuaian periode sebelumnya dibebankan atau dikreditkan untuk menyeimbangkan awal saldo laba. Mereka yang dipamerkan dikurangi pajak dalam laporan laba ditahan dan demikian dikecualikan dari penentuan laba bersih untuk periode berjalan.
Opini APB No.9 adalah yang pertama untuk menangani penyesuaian periode sebelumnya dan cukup ketat. Harus diklasifikasikan sebagai penyesuaian periode sebelumnya di bawah APB Opini No.9, suatu peristiwa transaksi harus
(a)    mengidentifikasi secara khusus dengan periode sebelumnya tertentu, bukan disebabkan peristiwa-peristiwa ekonomi yang terjadi setelah periode sebelumnya,
(b)   terutama ditentukan oleh selain manajemen, dan
(c)    tidak rentan terhadap estimasi sebelum penentuan orang.

Kriteria dengan demikian cukup definitif. Namun, Securities and Exchange Commission (SEC) staf semakin mulai mempertanyakan penerapan Opini APB No.9. Dalam interpretasi SEC staf administrasi dari APB Opini No.9 dan kemudian di Buletin Akuntansi Staf No.8. itu dikecualikan biaya atau kredit yang dihasilkan dari litigasi dari yang diperlakukan sebagai penyesuaian periode sebelumnya, meskipun item ini digambarkan dalam APB Opini No.9 sebagai contoh spesifik dari sebuah penyesuaian periode sebelumnya. Sebagai hasil dari masalah ini dan lainnya, FASB mempertimbangkan kembali konsep penyesuaian periode sebelumnya. PSAK No.16 adalah hasil dari peninjauan kembali FASB itu. Ini membatasi periode sebelum penyesuaian sebagai berikut:
     Koreksi kesalahan dalam laporan keuangan periode sebelumnya.
     Hasil dari realisasi atas manfaat pajak penghasilan dari kerugian operasional carryforwards preacquisition anak perusahaan yang dibeli.
PSAK No.16 tidak mempengaruhi cara pelaporan perubahan akuntansi tertentu yang diperlakukan, untuk tujuan akuntansi penyesuaian periode sebelumnya. Ini perawatan diperlukan untuk perubahan sedikit tertentu dari LIFO ke metode lain persediaan, perubahan dalam akuntansi untuk kontrak jangka panjang konstruksi, dan perubahan atau dari metode biaya penuh yang digunakan dalam industri minyak dan gas. Seperti disebutkan sebelumnya, sering FASB memerlukan atau izin perubahan dalam prinsip akuntansi yang dihasilkan dari adaptasi dari PSAK baru yang akan diperlakukan seperti penyesuaian periode sebelumnya. Contoh ini termasuk PSAK No.2, biaya penelitian dan pengembangan; PSAK No.4, awal pelunasan hutang; PSAK No.5 dan 11, kontinjensi, PSAK No.7, tahap pengembangan usaha; PSAK No.12, surat berharga; PSAK No.19, minyak dan gas; PSAK No.35, pelaporan oleh rencana pensiun manfaat pasti, PSAK No.43, absen kompensasi; PSAK No.45, waralaba pendapatan fee; PSAK No.48, pengakuan pendapatan ketika hak kembali ada ; PSAK No.50, catatan dan musik; PSAK No.52, mata uang asing; PSAK No.53, gerak gambar; PSAK No.60, asuransi; PSAK No.61, penyiar, dan PSAK No.65, hipotek kegiatan perbankan.


   Laporan Laba Rugi Komprehensif

 Entitas menyajikan seluruh komponen pendapatan komprehensif (penghasilan dan beban) yang diakui dalam satu periode:
1)      Dalam bentuk satu laporan laba rugi komprehensif, di mana semua penghasilan dan beban yang diakui  dalam satu periode (pendekatan satu laporan – the single statement approach); atau
2)      Dalam bentuk dua laporan (pendekatan dua laporan – the two statement approach):
·         Laporan yang menunjukkan komponen laba rugi (laporan laba rugi terpisah)
·         Laporan yang dimulai dengan laba rugi dan menunjukkan komponen pendapatan komprehensif lain (dalam laporan laba rugi komprehensif).

    Total  laba rugi komprehensif (total comprehensive income) yang dilaporkan dalam  laporan laba rugi komprehensif adalah total semua penghasilan dan beban yang diakui selama satu periode (termasuk komponen laba atau rugi dan pendapatan komprehensif lain).
    Laporan laba rugi komprehensif minimal mencakup penyajian jumlah hal-hal berikut untuk periode:
1)              Pendapatan;
2)              Biaya keuangan;
3)              Bagian laba atau rugi dari entitas asosiasi dan ventura bersama yang dicatat dengan menggunakan metode ekuitas;
4)              Beban pajak;
5)              Operasi yang dihentikan yang mencakup suatu total dari:
a.       Laba atau rugi setelah pajak dari operasi yang dihentikan; dan
b.      Keuntungan atau kerugian setelah pajak yang diakui dengan pengukuran nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual atau dari pelepasan aset atau kelompok yang dilepaskan dalam rangka operasi yang dihentikan.
6)              Laba atau rugi;
7)              Setiap komponen dari pendapatan komprehensif lain yang diklasifikasikan sesuai dengan sifat (selain angka 8 di bawah);
8)              pendapatan komprehensif lain dari entitas asosiasi dan ventura bersama yang dicatat dengan metode ekuitas; dan
9)              Total laba rugi komprehensif

       Dengan demikian, total laba rugi komprehensif adalah perubahan ekuitas selama satu periode yang dihasilkan dari transaksi dan peristiwa lainnya, selain perubahan yang dihasilkan dari transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik. Total laba rugi komprehensif terdiri dari komponen “laba rugi” dan “pendapatan komprehensif lain.” Sedangkan laba rugi (profit or loss) atau laba bersih (net income) adalah total pendapatan (income) dan beban (expenses), tidak termasuk komponen-komponen pendapatan komprehensif lain.
       Di samping itu, entitas mengungkapkan hal-hal berikut dalam laporan laba rugi komprehensif sebagai alokasi laba rugi untuk periode:


1)        Laba atau rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada:
a)         Kepentingan nonpengendali: dan
b)        Pemilik entitas induk.
2)        Total laba rugi komprehensif periode berjalan yang dapat didistribusikan kepada:
a)         Kepentingan nonpengendali; dan
b)        Pemilik entitas induk.


NILAI PENDAPATAN PERUSAHAAN
Laporan laba rugi memungkinkan pengguna untuk mengevaluasi kinerja perusahaan saat ini, memperkirakan kinerja masa depan, dan memprediksi arus kas masa depan. untuk tujuan analitis, dan untuk mengevaluasi kualitas laba, penting bagi pengguna untuk memahami dan mampu mengidentifikasi pendapatan dan beban barang-barang yang kemungkinan untuk dipakai dimasa depan (laba berkelanjutan) dan yang tidak (komponen transitory).
Untuk alasan ini, perbedaan antara pendapatan usaha dan non-operasi, biaya, keuntungan, dan kerugian penting. Itu juga penting untuk memahami sifat dan jumlah barang-barang khusus, serta barang-barang modal yang tidak ada pada laporan laba rugi tapi masih muncul dalam pendapatan komprehensif.

SUMBER PENDAPATAN
Banyak perusahaan terbesar yang sangat beragam, yang berarti bahwa mereka menjual berbagai produk. Masing-masing produk memiliki tingkat individu profitabilitas, pola pertumbuhan yang diharapkan, dan tingkat risiko. salah satu ukuran tingkat risiko adalah ketergantungan perusahaan pada custumers utama. jika pendapatan perusahaan dari pelanggan tunggal adalah sama dengan atau lebih besar dari 10 persen dari total pendapatan, fakta yang harus diungkapkan. analisis keuangan perusahaan yang terdiversifikasi membutuhkan penelaahan terhadap dampak berbagai segmen usaha pada perusahaan secara keseluruhan.



PERSISTANCE REVENUE
Persistensi/kegigihan pendapatan perusahaan dapat dinilai dengan menganalisis tren pendapatan dari waktu ke waktu, dan dengan meninjau diskusi manajemen dan analisis.

Manajemen Diskusi dan Analisis
Manajemen diskusi dan analisis memberikan sebuah gambaran tentang pengoperasian sebuah perusahaan dan bagaimana perusahaan tersebut berjalan dalam jangka waktu tertentu. Manajemen biasanya juga akan berpengaruh pada tahun yang akan datang, menguraikan tujuan masa depan dan melakukan pendekatan untuk proyek-proyek baru. Manajemen Diskusi dan Analisis adalah bagian yang sangat penting dari laporan tahunan, terutama bagi mereka yang menganalisis hal-hal penting atau fundamental, yang meliputi manajemen dan gaya manajemen. Meskipun bagian ini berisi informasi yang berguna, investor harus diingatkan bahwa bagian tersebut tidak diaudit. Bagian ini berisi deskripsi tahun berlalu dan beberapa faktor kunci yang mempengaruhi bisnis perusahaan pada tahun tersebut, serta gambaran yang adil dan tidak biasa tentang masa lalu, masa sekarang, dan masa depan perusahaan tersebut. Sebuah laporan dari manajemen kepada para pemegang saham yang menyertai laporan keuangan perusahaan dalam laporan tahunan. Ini menjelaskan hasil keuangan periode dan memungkinkan manajemen untuk membahas topik yang mungkin tidak terlihat dalam laporan keuangan dalam laporan tahunan.





ANALISIS LABA KOTOR
analisis laba kotor perusahaan berfokus pada menjelaskan variasi dalam penjualan, harga pokok penjualan, dan laba effecton kotor mereka. analisis ini dapat ditingkatkan dengan memisahkannya ke dalam lini produk. perubahan tahunan laba kotor disebabkan oleh:
1. perubahan volume penjualan
2. perubahan harga jual satuan
3. perubahan dalam biaya satuan

persentase laba bruto perusahaan
dapat dihitung sebagai berikut:
           
           



ANALISIS LABA BERSIH
Persentase laba bersih sebuah perusahaan merupakan suatu indikator dari keefektifan performa atau kinerja suatu perusahaan.




STANDAR AKUNTANSI INTERNASIONAL
Sejalan dengan era globalisasi dan perkembangan dunia usaha serta semakin terintegrasinya pergerakan dan pasar keuangan dunia, maka dirasakan sangat perlu adanya suatu standar global. Standar tersebut memperoleh bentuknya setelah adanya dukungan dari IASB (International Accounting Standars Board) terhadap standar akuntansi internasional. Pengaruh standar akuntansi ini telah meningkat secara signifikan dan menjadikannya sebagai norma global menuju terciptanya harmonisasi dalam standar akuntansi dunia.

Saat ini, ada dua standar akuntansi keuangan yang diterima untuk digunakan secara internasional, yaitu GAAP Amerika dan Standar Pelaporan Keuangan Internasional International Financial Report Standars (IFRS). IFRS ini diterbitkan oleh IASB (yang berdiri tahun 1973). Perusahaan Amerika yang terdaftar di bursa saham negara lain masih diperbolehkan menggunakan GAAP Amerika. Sebaliknya, perusahaan asing yang terdaftar di bursa saham Amerika diwajibkan untuk menyesuaikan laporan keuangannya dengan GAAP Amerika. Dewasa ini, Uni Eropa mewajibkan semua perusahaan yang terdaftar di pasar modal Eropa untuk menggunakan IFRS.

FASB dan IASB bekerja bersama-sama untuk mengembangkan sebuah standar akuntansi keuangan yang sama. Mereka telah mengidentifikasi ada beberapa standar akuntansi yang dapat dipadukan secara bersama-sama tanpa mengalami banyak kesulitan, di antaranya meliputi akuntansi untuk harga perolehan beberapa jenis persediaan, akuntansi untuk pertukaran aktiva non moneter, pelaporan perubahan akuntansi, dan perhitungan laba per saham.




Financial Statement II : The Balance Sheet and the Statement of Cash Flows
            Laporan keuangan dapat dibagi atas dua kategori. kategori pertama mengungkapkan hasil dari aliran sumber daya dari waktu ke waktu dan termasuk laporan laba rugi, laporan laba ditahan, dan laporan arus kas. kategori kedua meringkas status sumber daya pada suatu titik waktu tertentu.
1.      Laporan Posisi Keuangan
Laporan posisi keuangan merupakan salah satu laporan keuangan yang terpenting bagi
perusahaan. Oleh karena itu, setiap perusahaan diharuskan untuk menyajikan laporan keuangan dalam bentuk laporan posisi keuangan.
Elemen laporan keuangan :
a.      Asset
Aktiva adalah sumber kekayaan atau sumber ekonomi perusahaan yang dapat berwujud barang, uang dan hak-hak yang mendapat jaminan oleh undang-undang maupun pihak-pihak tertentu yang diperoleh dari transaksi atau peristiwa masa lalu.

b.      Liabilitas
Liabilitas adalah kewajiban sekarang yang timbul dari masa lalu yang dapat diselesaikan dengan menyerahkan sumber daya yang memiliki manfaat ekonomi.

c.       Ekuitas
Ekuitas adalah hak residual atas asset entitas setelah dikurangi semua kewajiban. Ekuitas juga dapat diartikan juga sebagai modal atau kekayaan entitas (perusahaan), yang terdiri dari selisih jumlah aktiva (asset) dikurangi dengan pasiva (kewajiban).  Ekuitas mungkin disubklasifikan dalam neraca. Sehingga Ekuitas (Equity) dapat juga disebut sebagai kekayaan sendiri atau modal sendiri.



v  Assets
Asset Lancar
            Definisi aset lancar ialah aset cair atau likuid yang di dalam berjalannya bisnis dicairkan menjadi kas paling lama satu tahun. Aset lancar misalnya adalah kas, piutang dagang, barang dagang, dan sebagainya. Piutang dagang adalah aset lancar karena dalam praktik bisnis yang wajar dilunasi kurang dari 1 tahun. Barang dagang dimaksudkan untuk dijual guna menghasilkan kas. Barang dagang dengan demikian adalah aset lancar atau likuid. Aset lancar diperlukan sebagai aset operasi yang berguna untuk mengerakkan usaha. Ia berperan sebagai modal kerja sebuah usaha. Aset jenis ini siap digunakan kapan saja. Bila aset lancar habis, kegiatan sehari-hari sebuah perusahaan bisa terhambat. Bahan baku bisa tidak terbeli karena tiadanya uang tunai untuk mendapatkannya.

Aset tidak Lancar 
Aset tidak lancer adalah aset yang umur ekonomisnya lebih dari satu tahun. Contoh aset tak lancar ialah tanah, bangunan mesin dan sejenisnya. Usia kegunaan ekonomis aset tak lancar biasanya melampaui jangka satu tahun dan tidak dimaksudkan untuk dijual. Aset tak lancar memiliki kekuatan ekonomi yang lebih baik untuk tidak hanya sekarang tetapi juga masa datang, sehingga perusahaan bisa bertahan lebih baik. Wujud aset tak lancar biasanya adalah pabrik, bangunan, produk properti, dan sebagainya. Aset ini tidak mudah dijual tetapi nilainya sangat tinggi, bila dibandingkan dengan aset lancar.
Aktiva lain – lain adalah aktiva yang memiliki umur relative tetap tetapi tidak digunakan untuk operasional perusahaan sehari – hari. Contohnya : Bangunan dalam proses , uang jaminan dari pelanggan.

v  Liabilitas
Hutang Jangka Pendek
            Hutang adalah kewajiban perusahaan yang timbul karena tindakan atau transaksi -  transaksi di masa lampau untuk memperoleh aktiva atau jasa, yang pelunasannya baru akan dilakukan di masa yang akan datang, baik dengan penyerahan uamg tunai, aktiva-aktiva tertentu lainnya, jasa maupun dengan menciptakan hutang baru. Hutang dapat menimbulkan kewajiban keuangan ataupun kewajiban pelaksanaan. Sebagai contoh, kewajiban keuangan misalnya hutang usaha, hutang pajak, hutang deviden, hutang bunga dan sebagainya, sedangkan kewajiban pelaksanaan,  misalnya  sewa yang diterima di muka, beban yang diterima di muka, uang garansi pembelian dari para pembeli.
Di tinjau dari jangka waktu pelunasan atau alat pelunasannya, hutang dapat dibagi menjadi dua kelompok:
1. Kelompok hutang jangka pendek (hutang lancar)
2. Kelompok hutang jangka panjang (hutang tidak lancar).

Hutang Jangka Pendek  (Hutang Lancar), yaitu:
Hutang yang harus dilunasi dalam jangka waktu pendek, paling lama satu tahun sesudah tanggal neraca, atau harus dilunasi dalam jangka waktu satu siklus operasi normal perusahaan yang bersangkutan (tergantung mana yang lebih panjang). Yang dimaksud dengan satu siklus operasi normal adalah waktu yang diperlukan agar uang kontan dapat diubah menjadi persediaan barang, persediaan barang diubah menjadi piutang usaha dan akhirnya piutang usaha diubah menjadi uang kontan kembali.
Siklus operasi normal dari masing-masing perusahaan memerlukan jangka waktu yang berbeda-beda, mulai dari kurang dari satu tahun,  satu tahun, tetapi ada juga yang lebih dari satu tahun. Perbedaan ini menyebabkan batasan hutang lancar seperti tersebut di atas dianggap kurang tepat oleh banyak perusahaan, sehingga muncul pendapat yang menyatakan penyelesaian satu hutang jangka pendek (hutang lancar) biasanya memerlukan pemakaian harta lancar. Perbandingan antara harta lancar terhadap hutang jangka pendek (hutang lancar) dikenal sebagai “rasio lancar” atau “current ratio“. Rasio ini merupakan suatu ukuran yang berguna bagi para pengusaha untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang-hutang jangka pendek. Perusahaan yang memiliki hutang lancar lebih besar dari harta lancar berada dalam posisi yang mengkhawatirkan karena terdapat kemungkinan bahwa utang tersebut tidak akan dapat dilunasi. Menurut Standar Akuntansi Keuangan hutang lancar adalah:
 Hutang yang pelunasannya dengn menggunakan sumber–sumber aktiva lancar atau dengan menciptakan hutang lancar baru.
Pengertian tersebut menunjukkan bahwa kewajiban atau hutang memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Ada peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa sebelumnya, yang dapat menimbulkan adanya utang saat sekarang.
2. Kewajiban yang ditanggung berupa kewajiban untuk menyerahkan uang, barang atau jasa.
3. Nilai kewajiban dinyatakan dalam bentuk kesatuan uang.
4. Kewajiban ditentukan oleh kedua pihak (yang berutang dan yang berpiutang).

Hutang Jangka Panjang
Hutang jangka panjang adalah kewajiban kepada pihak tertentu yang harus dilunasi dalam jangka waktu lebih dari satu perioda akuntansi (1 th) dihitung dari tanggal pembuatan neraca per 31 Desember. Pembayaran dilakukan dengan kas namun dapat diganti dengan asset tertentu. Dalam operasional normal perusahaan, rekening hutang jangka panjang tidak pernah dikenai oleh transaksi pengeluaran kas. Pada akhir perioda akuntansi bagian tertentu dari hutang jangka panjang berubah menjadi hutang jangka pendek. Untuk itu harus dilakukan penyesuaian untuk memindahkan bagian hutang jangka panjang yang jatuh tempo menjadi hutang jangka pendek.

Timbulnya Hutang Jangka Panjang
Saat skala operasional perusahaan berkembang atau dalam membangun suatu perusahaan  dibutuhkan sejumlah dana. Dana yang diperlukan untuk  Investasi dalam aktiva tetap yang akan memberikan manfa’at dalam jangka panjang sebaiknya diperoleh dari hutang jangka panjang atau dengan menambah modal. Dalam hal ini perusahaan memiliki dua pilihan yaitu menarik hutang jangka panjang misalnya obligasi atau menambah modal sendiri dengan mengeluarkan saham.
Ada beberapa kelebihan menarik hutang jangka panjang melalui obligasi dibanding menambah modal sendiri dengan mengeluarkan saham.
  1. Keuntungan menarik obligasi
Pemegang obligasi tidak mempunyai hak suara dalam kebijakan perusahaan sehingga tidak mempengaruhi manajemen.
  1.  Bunga obligasi mungkin lebih rendah dibanding deviden yang harus dibayarkan kepada pemegang saham.
  2. Bunga merupakan biaya yang dibebankan pada perusahaan yang dapat mengurangi kewajiban pajak sedangkan deviden adalah pembagian laba yang tidak dapat dibebankan sebagai biaya.
Sebaliknya juga terdapat hal yang kurang menguntungkan antara lain :
  1. Bunga obligasi adalah beban tetap baik dalam keadaan perusahaan mendapat laba atau mengalami kerugian
  2. Jika perusahaan tidak mampu membayar obligasi yang jatuh tempo, pemegang obligasi tetap mempunyai hak untuk menuntut pengembalian obligasi sedangkan pemegang saham tidak mempunyai hak demikian karena pemegang saham adalah pemilik perusahaan yang turut bertanggung jawab menanggung resiko kerugian perusagaan.

Jenis Hutang Jangka Panjang
Secara garis besar hutang jangka panjang digolongkan  pada dua golongan yaitu :
  1. Hutang Hipotik : Hutang yang timbul berkaitan dengan perolehan dana dari pinjaman yang dijaminkan dengan harta tetap. Dalam penjanjian disebutkan harta peminjam yang dijadikan jaminan berupa tanah atau gedung. Jika  peminjam tidak melunasi pada waktunya, pemberi pinjaman dapat menjual jaminan tersebut yang kemudian diperhitungkan dengan hutang.
  2. Hutang Obligasi : Hutang yang timbul berkaitan dengan dana yang diperoleh melalui pengeluaran surat-surat obligasi. Pembeli obligasi disebut pemegang obligasi. Dalam surat obligasi dicantumkan nilai nominal  obligasi, bunga pertahun, tanggal pelunasan obligasi dan ketentuan lain sesuai jenis obligasi tersebut.


v  Ekuitas
Istilah ekuitas berasal dari kata equity atau equity of ownership yang berarti kekayaan bersih perusahaan. Secara sederhana, ia diformulasikan sebagai total aktiva dikurangi total pasiva. Dalam sebuah perusahaan komponen ekuitas terdiri dari saham, laba ditahan dan agio saham yang semuanya merupakan milik perusahaan itu sendiri. Dalam beberapa hal atau dalam kaitannya dengan kebutuhan modal untuk ekspansi, ekuitas sering juga diartikan sebagai modal kepemilikan (equity of capital). Artinya jika perusahaan membutuhkan dana untuk pengembangan usaha maka salah satu alternatif sumbernya bisa berasal dari modal sendiri. Dalam hal ini perusahaan bisa menerbitkan saham baru dan menjualnya kepada pihak lain, atau pemegang saham yang ada. Pihak lain disini bisa investor perorangan ataupun investor lembaga seperti bank investasi (invesment banking).
Jika saham baru dijual secara terbatas pada satu pihak tertentu sering disebut dengan istilah private placement. Tapi jika saham baru ditawarkan kepada masyarakat luas berarti perusahaan mengarah menjadi perusahaan terbuka lewat proses penawaran umum saham (go public). Persoalannya pilihan mana yang lebih disukai oleh perusahaan? Ini semua tergantung kepada pemegang saham pendiri yang biasanya juga sebagai pemegang saham mayoritas. Jika private placement yang menjadi pilihan, maka alternatifnya penambahan modal bisa berasal dari pemegang saham atau pihak lain yang diundang sebagai investor baru.
Proses private placement relatif lebih sederhana dibandingkan dengan penawaran umum (go public). Sebab, sumber dana berasal dari pemegang saham pendiri atau satu pihak yang bersedia menjadi pemegang saham baru. Praktis, proses private placement relatif tidak berbelit-belit sehingga lebih cepat. Untuk kebutuhan investasi yang bersifat mendesak biasanya perusahaan lebih suka memilih menambah modal melalui private placement.
Kelemahan private placement terletak pada keterbatasan dana yang bisa disediakan mengingat investor baru yang diundang sebagai pemegang saham baru sifatnya terbatas. Karena itu kemampuan dananya juga terbatas.
Alternatif lain yang bisa dilakukan perusahaan untuk menambah modal atau ekuitas adalah melakukan penawaran umum saham (initial public offering/IPO) atau go public. Perusahaan bisa menerbitkan saham baru dari portepel dan menjualnya ke masyarakat luas. Go public berarti mengundang publik menjadi pemegang saham perusahaan. Praktis, nantinya setelah go public, komposisi pemegang saham akan mengalami perubahan dimana akan ada sebagian saham perusahaan yang dimiliki oleh publik. Kelebihan go public adalah tersedianya dana yang tidak terbatas untuk kebutuhan investasi perusahaan. Dana milik masyarakat tidak terhitung jumlahnya, apalagi masyarakat itu tidak hanya terbatas masyarakat lokal atau domestik tetapi juga masyarakat internasional. Berapapun yang dibutuhkan perusahaan bisa dipenuhi melalui go public.
Meski jumlah dana yang tersedia di publik tidak terbatas, bukan berarti perusahaan dengan mudah bisa memperolehnya dari publik. Ada sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi agar masyarakat bersedia membeli saham yang ditawarkan, agar masyarakat yang membeli sahamnya merasa tidak dirugikan. Syarat itu antara lain yang prinsip adalah bersikap terbuka atau transparan. Karena setelah go public, ada masyarakat sebagai pemegang saham maka perusahaan harus bersedia melaporkan setiap kejadian penting kepada masyarakat pemegang saham. Perusahaan harus dikelola secara profesional, akuntable, dan selalu berusaha mendapatkan keuntungan yang optimal agar masyarakat sebagai pemegang saham bisa menikmati investasinya baik berupa dividen maupun capital gain.
Dengan go public, perusahaan tidak hanya mendapatkan suntikan modal baru sesuai dengan nilai nominal saham yang ditawarkan, tetapi sekaligus juga memperoleh agio saham yang bisa dijadikan modal ekspansi. Agio adalah selisih nilai nominal saham dengan nilai penawaran saat IPO. Misalnya, nilai nominal saham Rp500 dan saham ditawarkan pada harga Rp900. Maka agio sahamnya adalah Rp400 per saham. Agio ini oleh perusahaan bisa dijadikan sebagai tambahan modal. Kelak nilai agio ini juga bisa dikonversi menjadi saham bonus yang dibagikan secara proporsional kepada seluruh pemegang saham.
Saham Biasa
Saham biasa (common stock) adalah surat berharga dalam bentuk piagam atau sertifikat yang memberikan pemegangnya bukti atas hak-hak dan kewajiban menyangkut andil kepemilikan dalam suatu perusahaan. Saham biasa mempunyai sifat kebalikan dari Saham Preferen (Prefered Stock) dalam hal pengambilan suara, pembagian deviden dan hak-hak yang lain.
Pemegang saham biasa dapat memengaruhi kebijakan korporasi melalui proses pengambilan suara (voting) dalam pembuatan tujuan dan kebijakan, stock split dan memilih dewan direksi perusahaan. Pemegang saham biasa mempunyai keuntungan dalam bentuk Deviden dan capital gain.
Dalam suatu perusahaan kita mengenal adanya dua jenis saham yaitu saham biasa dan saham preferen.  Kedua saham tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan.  Berikut ini yang dibahas adalah mengenai saham biasa.
Kelebihan saham biasa adalah sebagai berikut :
1. Tidak ada kewajiban tetap untuk membayar dividen kepada pemegang saham biasa.
2. Saham biasa tidak memiliki jatuh tempo.
3. Saham biasa kurang beresiko bagi perusahaan apabila dibandingkan sumber pembiayaan lainnya baik saham preferen maupun hutang jangka panjang. Dari segi investor saham biasa memiliki tingkat resiko yang lebih tinggi karena sangat tergantung pada besarnya keuntungan sehingga investor akan meminta tingkat keuntungan yang lebih besar daripada tingkat keuntungan obligasi maupun saham preferen yang relatif kecil.
4. Memungkinkan untuk diversifikasi usaha, meningkatkan likuiditas, mendapat tambahan kas dan lebih mudah dalam mengukur nilai perusahaan.
5. Perusahaan semakin transparan dan semakin banyak pihak yang ikut mengamati kegiatan perusahaan karena dengan menjual sahamnya ke publik berarti perusahaan tersebut menjadi milik publik.
Sedangkan kelemahan saham biasa adalah sebagai berikut :
1. Dengan menjual saham biasa akan mengancam kendali yang dipegang pemegang saham mayoritas.
2. Menurunnya laba per lembar saham sebagai akibat bertambahnya jumlah lembar saham yang beredar.
3. Timbulnya Agency Problem yang meningkatkan Agency Costs karena adanya konflik antar kelompok seperti pemilik perusahaan, manajer atau pengelola usaha, dan karyawan.


            Saham Preferen
Saham preferen (Preferred stock) adalah bagian saham yang memiliki tambahan hak melebihi saham biasa. Ada beberapa jenis saham preferen, antara lain:
  1. Saham preferen partisipasi; saham preferen yang membagikan dividen kepada pemegangnya; pemilik saham ini setelah menerima deviden tetap mempunyai hak untuk membagi keuntungan yang dinyatakan sebagai dividen kepada pemegang saham biasa (participating preference shares).
  2. Saham preferen nonkumulatif; saham preferen yang tidak mempunyai hak untuk memdapatkan dividen yang belum dibayarkan pada tahun-tahun yang lalu secara kumulatif (noncummulative preferred stock).
Perbedaan utama dari saham biasa dan saham preferen adalah hak dan kewajibannya. Biasanya saham preferen diterbitkan secara terbatas. Jadi dapat disimpulkan perbedaan antara saham preferen dengan saham biasa:
1. Pada saham biasa mendapatkan hak untuk memilih direksi dan kebijakan tertentu, sedangkan preferen tidak.
2. Deviden pada saham biasa tergantung kinerja perusahaan, kalau baik mereka akan medapatkan keuntungan setimpal, bigitupun sebaliknya. Tapi untuk saham preferen sudah ditetapkan devidennya.
3. Jika perusahaan gulung tikar atau dilikuidasi, dalam hal pengembalian investasi, pemegang saham preferenlah yang diutamakan dibandingkan dengan pemegang saham biasa.
4. Pada pemegang saham biasa diberi hak untuk memesan kembali, sehingga dapat memelihara proporsi kepemilikan perusahaan, kalau preferen tidak.

v  Fair Value (Nilai Wajar)
Sebelumnya, sistem akuntansi menggunakan dominasi konsep Historical Cost. Konsep tersebut menggunakan pendekatan biaya perolehan menghasilkan nilai buku. Untuk berbagai kepentingan, laporan nilai buku itulah yang selama ini lazim dijadikan acuan untuk menilai sebuah perusahaan. Dengan kondisi pasar yang semakin dinamis dan berkembang sangat cepat, akhirnya konsep historical cost dianggap tidak lagi relevan dalam mengukur realitas ekonomi. Hal tersebut terjadi karena historical cost hanya mengukur transaksi yang telah selesai, tidak bisa mengakui perubahan nilai riil yang terjadi.
Sebagai gantinya ditawarkanlah konsep Fair Value yang diberlakukan dalam IFRS untuk semua standar yang dikeluarkan. Apa dan bagaimana sesungguhnya konsep fair value itu? Dalam PSAK Nomor 10 dijelaskan bahwa nilai wajar (fair value) adalah suatu jumlah yang dapat digunakan sebagai dasar pertukaran aktiva atau penyelesaian kewajiban antara pihak yang paham (knowlwdgeable) dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar (arm’s length transaction). Sedangkan pengertian-pengertian yang populer adalah sebagai berikut:
“Fair value is defined in terms of a price agreed by a willing buyer and a willing seller in an arm’s length transaction. (IAS).“The fair value of an asset is the amount at which that asset could be bought or sold in a current transaction between willing parties, other than in a liquidation. On the other side of the balance sheet, the fair value of a liability is the amount at which that liability could be incurred or settled in a current transaction between willing parties, other than in a liquidation. If available, a quoted market price in an active market is the best evidence of fair value and should be used as the basis for the measurement. If a quoted market price is not available, prepares should make an estimate of fair value using the best information available in the circumstances. In many circumstances, quoted market prices are unavailable. As a result, difficulties occur when making estimates of fair value”. (GAAP).
Menurut IAI dalam Buletin Teknis No. 3 menyatakan bahwa dasar dari definisi fair value adalah asumsi bahwa entitas merupakan unit yang akan beroperasi selamanya tanpa adanya intense atau keinginan untuk melikuidasi, untuk membatasi secara material skala operasinya atau transaksi dengan persyaratan yang merugikan. Dengan demikian, fair value bukanlah nilai yang akan diterima atau dibayarkan entitas dalam suatu transasksi yang dipaksakan, likuidasi yang dipaksakan, atau penjualan akibat kesulitan keuangan. Fair value menyampaikan informasi tentang nilai kekayaan dan kepengurusan manajemen dengan menyatakan semua aset dan kewajiban pada neraca sebagai nilai kepada pemegang saham.


Kelemahan Fair Value
Meskipun fair value dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan dari historical cost, namun masih terdapat kelemahan dari penerapan fair value. Menurut Krumwiede (2008) terdapat beberapa kritik terhadap fair value :
1. Meskipun bermaksud baik, namun perkiraan manajemen dengan fair value bisa menjadi salah dan meluas pada prediksi dan estimasi yang salah.
2. Oportunistik dan ketidakjujuran manajemen dapat menyebabkan aksi pemanfaatan dari proses penilaian dan estimasi yang rentan untuk dimanipulasi.
Sedangkan menurut Warsidi (2010), terdapat beberapa keburukan dari fair value, antara lain :
(i) Fair value berusaha menyediakan informasi yang transparan dengan menilai aset pada tingkat harga yang dihasilkan jika segera dilikuidasi, sehingga sangat sensitive terhadap pasar. (ii) Akuntansi fair value bekerja melalui akuntansi mark-to-market, yaitu aset dicantumkan dengan harga pasar mereka jika diperdagangkan secara terbuka. Akibatnya, terjadi perubahan terus-menerus pada laporan keuangan perusahaan ketika nilai aset mengalami kenaikan dan penurunan yang berdampak pada laba dan rugi yang dicatat. Hal ini membuat semakin sulit untuk memastikan apakah laba dan rugi diakibatkan oleh keputusan bisnis oleh manajemen ataukah terjadi karena perubahan yang terjadi pada pasar.
(iii) Banyak pihak, utamanya lembaga-lembaga keuangan  mengkhawatirkan akuntansi yang berdasarkan harga pasar akan menyebabkan Volatility kinerja lembaga karena semakin mudahnya berfluktuatif nilai item-item aktiva maupun liabilitas.

Laporan Arus kas
·         Latar Belakang laporan arus kas
            Sebelum tahun 1971, laporan laba rugi dan laporan posisi keuangan yang hanya memenuhi syarat GAAP ( generally accepted accounting principles). Namun, banyak perusahaan yang ingin tambahan laporan keuangan untuk mengungkapkan informasi yang relevan yang dibutuhkan untuk membuat keputusan ekonomi. Pengungkapan ini ditujukan kepada investor, kreditor, dan lainnya yang berhak menerima informasi tentang keuangan dan aktivitas bisnis dari organisasi tersebut. Beberapa perusahaan merespon dengan mengeluarkan laporan dana.
            Secara umum, konsep keuangan dapat dikategorikan sebagai dana, modal kerja, dan semua sumber keuangan. laporan menggunakan konsep kas dana meringkas semua perubahan material dalam saldo kas. Pada dasarnya, laporan penerimaan dan pengeluaran kas pada organisasi tersebut. Pada modal kerja, semua transaksi yang mempengaruhi hasil dari modal kerja yang dilaporkan. Pada konsep ini, keuangan didefenisikan sebagai meningkat atau menurunnya jumlah  pada cash, piutang usaha, persediaan, utang usaha, dan item lancar lainnya. Dan yang terakhir, semua sumber keuangan yang digunakan, entitas laporan tentang pengaruh dari seluruh transaksi dengan pihak luar.
Laporan arus kas (Inggris: cash flow statement atau statement of cash flows) adalah bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menunjukkan aliran masuk dan keluar uang (kas) perusahaan. Informasi ini penyajiannya diklasifikasikan menurut jenis kegiatan yang menyebabkan terjadinya arus kas masuk dan kas keluar tersebut. Kegiatan perusahaan umumnya terdiri dari tiga jenis yaitu, kegiatan operasional, kegiatan investasi serta kegiatan keuangan.
Laporan arus kas merupakan penerimaan kas dan pembayaran kas (pengeluaran kas). Laporan arus kas melaporkan penerimaan kas dan pengeluaran kas yang digolongkan sesuai dengan kegiatan utama entitas : operasi,investasi, dan pembelanjaan. Laporan tersebut melaporkan arus masuk kas bersih atau keluar kas bersih dari setiap kegiatan dan untuk semua kegiatan usaha.
Arus kas adalah kas aktual yang keluar masuk dari dan ke dalam suatu perusahaan (Weston dan righam, 1990 : 55). Arus kas masuk (cash inflows) merupakan penerimaan kas yang berasal dari kegiatan rutin perusahaan, misalnya penjualan tunai, penerimaan piutang maupun penerimaan kas yang bersifat tidak rutin misalnya penyertaan modal, penjualan saham, penjualan aktiva perusahaan. Arus kas keluar (cash out flows) adalah pengeluaran yang bersifat kontinyu, seperti pembayaran bunga, dividen dan pembayaran pajak. Arus kas berlangsung terus menerus selama perusahaan menjalankan kegiatannya. Agar kas ini mudah dibaca dan dipahami, maka informasi arus kas tersebut dibuat dalam bentuk laporan yang disebut Laporan Arus Kas (statement of cash flows), sehingga dapat memenuhi kebutuhan informasi para investor dan kreditur dalam menganalisa arus kas.
Aktivitas yang membagi laporan arus kas adalah kegiatan operasi, kegiatan investasi, dan kegiatan pendanaan. Ketiga aktivitas ini memberikan informasi yang memungkinkan para pengguna laporan untuk menilai pengaruh aktivitas tersebut terhadap keuangan perusahaan serta terhadap jumlah kas. Manfaat utama laporan arus kas adalah untuk menyediakan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan selama satu periode, serta untuk membantu investor, kreditur dan pihak lain yang berkepentingan dalam menganalisa kas (Kieso dan Wey Grandt, 1995 : 247).






·         TUJUAN DAN KEGUNAAN
Sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas, dan menilai kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus kas tersebut.
Laporan arus kas disusun dengan tujuan utama untuk memberikan informasi tentang aktivitas operasi, investasi dan pendanaan dengan basis kas (cash basis) selama periode akuntansi tertentu.
Menurut Financial Accounting Standard Board, informasi yang diberikan dalam suatu laporan kas, jika digunakan dengan pengungkapan yang berkaitan dan laporan keuangan lainnya, harus membantu investor, kreditor dan pihak lainnya untuk:
1.        Menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan arus kas bersih masa depan.
2.        Menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya, kemampuan membayar dividen, dan kebutuhan untuk pendanaan eksternal.
3.        Menilai alasan perbedaan antara laba bersih dibanding penerimaan serta pengeluaran kas yang berkaitan.
4.        Menilai pengaruh transaksi investasi dan pendanaan baik kas maupun non kas terhadap posisi keuangan suatu perusahaan selama satu periode tertentu.
Jadi informasi yang disajikan dalam laporan arus kas berguna bagi para pemakai laporan keuangan, baik bagi pihak manajemen, investor, kreditor maupun pihak-pihak yang berkepentingan lainnya, sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan untuk menggunakan arus kas dan setara kas dan menilai kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus kas tersebut.





BENTUK DAN METODE LAPORAN ARUS KAS
1.    Metode Langsung
Terdapat dua bentuk penyajian laporan arus kas, yang pertama metode langsung dan yang kedua metode tidak langsung. Perbedaan antara kedua metode terletak pada penyajian arus kas berasal dari kegiatan operasi. Dengan metode langsung, arus kas dari kegiatan operasional dirinci menjadi arus kas masuk dan arus kas keluar. Arus kas masuk dan keluar dirinci lebih lanjut dalam beberapa jenis penerimaan atau pengeluaran kas.
Sementara itu dengan metode tidak langsung, arus kas dari opersional ditentukan dengan cara mengoreksi laba bersih yang dilaporkan di laporan laba rugi dengan beberapa hal seperti biaya penyusutan, kenaikan harta lancar dan hutang lancar serta laba/rugi karena pelepasan investasi. Berikut ini diberikan contoh bentuk laporan arus kas dengan metode langsung dan metode tidak langsung.

PT. SURAYA MANDIRI, Tbk
LAPORAN ARUS KAS
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2009
(Dalam Rupiah)

Arus kas yang berasal dari kegiatan operasi :
Kas yang diterima dari pelanggan                                                      951.000,-
Dikurangi :
Kas untuk membeli persediaan             555.200,-
Kas untuk membayar biaya operasi     259.800,-
Kas untuk membayar biaya bunga         14.000,-
Kas untuk membayar pajak                    29.000,-
858.000,-
Aliran kas bersih dari kegiatan operasi                                               93.000,-

Aliran kas yang berasal dari kegiatan investasi :
Kas masuk yang berasal dari penjualan investasi                                75.000,-
Kas keluar untuk membeli peralatan                                                (157.000,-)
Aliran kas bersih untuk kegiatan investasi                                          (82.000,-)
Aliran kas dari kegiatan keuangan :
Kas yang diterima dari penjualan saham                                             160.000,-
Dikurangi :
Kas untuk membayar dividen                         23.000,-
Kas untuk membayar hutang obligasi          125.000,-
                                    148.000,-
Aliran kas masuk neto dari kegiatan keuangan                                       12.000,-
Kenaikan kas                                                                                           23.000,-
Saldo kas pada awal tahun                                                                     26.000,-
Saldo kas pada akhir tahun                                                                     49.000,-
Dari laporan terlihat bahwa arus kas yang berasal dari kegiatan operasional dirinci menjadi penerimaan dari berbagai sumber yang merupakan kegiatan operasional dan pengeluaran kas untuk berbagai kegiatan operasional. Arus kas dari kegiatan investasi dan keuangan juga dirinci menurut jenis-jenis kegiatan yang mengakibatkan timbulnya penerimaan dan pengeluara kas.
Sementara jika kita lihat contoh di bawah ini arus kas dari kegiatan operasional tidak dirinci menurut sumber dan jenis penggunaannya, melainkan net income dikoreksi sehingga net income tersebut berubah menjadi net cashflows dari operasi.

2.        Metode Tidak Langsung
Dengan metode ini laba atau rugi bersih disesuaikan dengan mengoreksi pengaruh dari transaksi bukan kas, penangguhan atau akrual dari penerimaan atau pembayaran kas untuk operasi dari masa lalu dan masa depan, dan unsure penghasilan atau beban yang berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan.
Jadi pada dasarnya metode tidak langsung ini merupakan rekonsiliasi laba bersih yang diperoleh perusahaan. Metode ini memberikan suatu rangkaian hubungan antara laporan arus kas dengan laporan laba rugi dan neraca. Dalam metode tidak langsung arus kas bersih diperoleh dari aktifitas operasi ditentukan dengan menyesuaikan laba atau rugi bersih dari pengaruh :
a.         Perubahan persediaan dan piutang usaha serta hutang usaha selama periode berjalan.
b.        Pos bukan kas seperti penyusutan, penyisihan, pajak ditangguhkan, keuntungan dan kerugian, valuta asing yang belum direalisasi, laba perusahaan asosiasi yang belum dibagikan dan hak minoritas dalam laba/rugi konsolidasi.
c.         Semua pos lain yang berkaitan dengan arus kas investasi dan pendanaan.

PT. SURYA MANDIRI, Tbk
LAPORAN ARUS KAS
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2009
(Dalam Rupiah)

Arus kas yang berasal dari kegiatan operasi :
Laba bersih menurut laporan laba rugi                                                90.500,-
Ditambah :
Biaya depresiasi                                              18.000,-
Penurunan persediaan kantor                            8.000,-
Kenaikan hutang jangka pendek                     16.800,-
Kenaikan hutang biaya                                     1.200,-
44.000,-
Dikurangi :
Kenaikan biaya dibayar dimuka                     1.000,-
Kenaikan piutang usaha                                   9.000,-
Penurunan hutang pajak                                   1.500,-
Laba penjualan aktiva tetap                            30.000,-
41.500,-
Aliran kas bersih dari kegiatan operasi                                               93.000,-
Aliran kas yang berasal dari kegiatan investasi :
Kas masuk yang berasal dari penjualan investasi                               75.000,-
Kas keluar untuk membeli peralatan                                                (157.000,-)
Aliran kas keluar bersih untuk kegiatan investasi                               (82.000,-)
Aliran kas dari kegiatan keuangan :
Kas yang diterima dari penjualan saham                                           160.000,-
Dikurangi :
Kas untuk membayar dividen                       23.000,-
Kas untuk membayar hutang obligasi           125.000,-
148.000,-
Aliran kas masuk neto dari kegiatan keuangan                                   12.000,-
Kenaikan kas                                                                                        23.000,-
Saldo kas pada awal tahun                                                                  26.000,-
Saldo kas pada akhir tahun                                                                  49.000,-

·         PENYAJIAN LAPORAN ARUS KAS
1.    Klasifikasi Arus Kas
Laporan arus kas mengklasifikasikan penerimaan kas berdasarkan kegiatan operasi, investasi, dan pembiayaan. Karakteristik transaksi dan peristiwa lainnya dari setiap jenis kegiatan adalah :
1.        Kegiatan operasi melibatkan pengaruh kas dari transaksi yang dilibatkan dalam penentuan laba bersih, seperti penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa, serta pembayaran kas kepada pemasok dan karyawan untuk memperoleh persediaan serta membayar beban.
2.        Kegiatan investasi umumnya melibatkan aktiva jangka panjang dan mencakup (a) pemberian serta penagihan pinjaman, dan (b) perolehan serta pelepasan investasi dan aktiva produktif jangka panjang.
3.        Kegiatan pembiayaan melibatkan pos-pos kewajiban dan ekuitas pemegang saham serta mencakup (a) perolehan kas dari kreditor dan pembayaran kembali pinjaman, serta (b) perolehan modal dari pemilik dan pemberian tingkat pengembalian atas, dan pengembalian dari investasinya.

PENYUSUNAN LAPORAN ARUS KAS
Menurut Smith dan Skousen (1992:191), penyusunan laporan arus kas terdiri dari sumber-sumber data diatas meliputi empat langkah pokok :
1.    Menentukan perubahan dalam kas.
2.    Menentukan arus kas bersih dari aktifitas operasi
3.    Menentukan arus kas dari aktifitas investasi dan pendanaan.
4.    Menyiapkan suatu laporan arus kas formal.

Format Arus Kas
Kelompok arus kas dari kegiatan operasi selalu dicantumkan pertama kali, disusul oleh kegiatan investasi dan pembiayaan. Masing-masing arus masuk dan arus keluar dari kegiatan investasi serta pembiayaan dilaporkan secara terpisah, yaitu dilaporkan dalam jumlah kotor, bukan sebagai selisih akhir dari berbagai arus masuk dan arus keluar.
Jadi, arus kas keluar dari pembelian properti dilaporkan terpisah dari arus kas masuk atas penjualan properti. Demikian juga, arus kas masuk dari penerbitan sekuritas hutang dilaporkan terpisah dari arus kas keluar atas pelunasannya. Kenaikan atau penurunan bersih kas selama suatu periode harus merekonsiliasi saldo awal dan akhir kas yang dilaporkan dalam neraca komparatif.


Referensi
Schroeder, G. Richard.  Financial Accounting Theory and Analysis.  Hermitage Publishing Services.  2001  :  New York.




No comments:

Followers