Financial Statement I : Income Statement
Tujuan utama pelaporan keuangan
adalah untuk menyediakan informasi tentang kinerja perusahaan melalui ukuran
pendapatan. Income Statement (Laporan Laba Rugi) merupakan sesuatu
yang utama bagi perusahaan terkait ukuran pendapatan. Income
statement memiliki nilai prediktif sesuai karakteristik kualitatif yang
didefinisikan dalam SFAC Nomor 2. Income statement memiliki
nilai sebagai ukuran arus kas masa depan, yakni sebagai ukuran dari efisiensi
manajemen dan panduan dalam pencapaian tujuan manajerial.
Di sisi yang lain, investor
merupakan fokus utama dalam lingkungan pelaporan keuangan. Sumber daya
investor (current resources) yang digunakan perusahaan untuk
memperoleh keuntungan mengandung sifat ketidakpastian atas arus kas masa depan
(future-uncertain resources). Sebagai konsekuensinya, investor
dalam kondisi seperti ini memerlukan informasi yang yang dapat membantu mereka
untuk menilai arus kas di masa yang akan datang.
Seperti kita ketahui bersama,
pelaporan keuangan memiliki beberapa konsekuensi ekonomis (economic
consequences of financial reporting) yakni:
1. Informasi
keuangan dapat mempengaruhi distribusi kekayaan diantara investor. Investor
yang memperoleh informasi lebih banyak (mempekerjakan analis sekuritas) mungkin
mampu meningkatkan kekayaan mereka daripada investor yang kurang informasi.
2. Informasi
keuangan dapat mempengaruhi tingkatan risiko yang diterima perusahaan.
Fokus pada jangka pendek, memiliki risiko lebih kecil, tetapi mungkin
mengandung efek-efek jangka panjang yang merugikan (long-term detrimental
effects).
3. Informasi
keuangan dapat mempengaruhi tingkat formasi modal dalam ekonomi dan
menghasilkan realokasi kekayaan antara konsumsi dan investasi dalam ekonomi.
4. Informasi
keuangan dapat mempengaruhi bagaimana investasi dialokasikan dalam perusahaan.
INCOME STATEMENT
ELEMENTS
Penekanan fungsi income
statement sebagai sarana komunikasi untuk menyampaikan penilaian kinerja
kepada investor menyebabkan pembahasan berkelanjutan diantara para akuntan
tentang identifikasi yang tepat atas elemen-elemen yang dikandungnya, yakni
pendapatan, keuntungan, beban, dan kerugian.
FASB menerbitkan SFAC no.6 yang
mendefinisikan elemen-elemen income statement sebagai berikut :
1. Pendapatan,
merupakan arus masuk atau peningkatan aset lainnya dari suatu entitas atau
pengurangan kewajiban selama periode tertentu, yang diperoleh dari penjualan
barang, penyediaan jasa atau aktifitas lain yang merupakan operasi utama
perusahaan.
2. Keuntungan,
merupakan peningkatan aset bersih yang berasal dari transaksi peripheral atau
insidental suatu entitas dan dari transaksi lainnya, kegiatan lainnya, dan
keadaan-keadaan yang mempengaruhi entitas tersebut selama satu periode kecuali
yang berasal dari pendapatan atau investasi dari pemilik.
3. Beban, arus
keluar atau penggunaan aset lainnya atau timbulnya kewajiban (atau kombinasi
keduanya) selama satu periode mulai dari penyerahan atau produksi barang,
pemberian jasa atau aktifitas lain yang merupakan operasi utama perusahaan.
4. Kerugian,
penurunan nilai aset bersih yang berasal dari transaksi yang bersifa peripheral atau
insidental dari suatu entitas dan dari semua transaksi lain serta dari
peristiwa lain dan keadaan-keadaan yang mempengaruhi entitas tersebut selama
satu periode kecuali yang termasuk beban atau distribusi kepada pemilik.
Income Statement Format
Pertanyaan yang kemudian timbul
adalah: format income statement seperti apakah yang diinginkan oleh
berbagai pengguna laporan keuangan? Dua pendapat yang kemudian
mendominasi diskusi ini adalah current operating performance concept dan all-inclusive concept.
APB Opinion No. 9
Salah satu masalah yang pertama
kali dipelajari APB adalah apa yang termasuk dalam laba bersih. Kurangnya
batasan formal mengenai penyesuaian laba ditahan ternyata menghasilkan banyak
ketidakseragaman dalam praktik bisnis.
Dalam salah satu hasil studinya
tentang penyalahgunaan laporan dan peninjauan umum secara menyeluruh dari
pendapatan, APB kemudian menerbitkan APB No.9 tentang “Reporting The Result
of The Operation“. APB No.9 mencoba untuk mengambil jalan tengah
antara current operating performance concept dan all-inclusive
concept.
Secara umum, APB No.9 memberi
ketentuan bahwa semua item dianggap normal dan berulang kecuali jika memenuhi
persyaratan yang ditetapkan untuk pengklasifikasian baik sebagai extraordinary
item maupun penyesuain periode sebelumnya. APB No. 9
mewajibkan penyusun laporan keuangan untuk menentukan apakah pendapatan, beban,
keuntungan, dan kerugian secara tepat diklasifikasikan sebagai :
1. hal normal yang
berulang-ulang,
2. kejadian luar biasa (extraordinary
item),
3. penyesuaian terhadap
periode sebelumnya sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan .
Maka laba bersih seharusnya
menggambarkan seluruh pos keuntungan dan kerugian yang diakui selama periode,
dengan pengecualian penyesuaian terhadap periode sebelumnya. Format laporan
yang ditentukan memuat dua bentuk laba, yakni laba bersih dari operasi dan laba
bersih operasi ditambah extraordinary item. Hal ini memberikan
kemampuan bagi pengguna laporan keuangan untuk melakukan evaluasi hasil operasi
normal atau total laba setelah extraordinary item sesuai dengan
kebutuhan mereka.
.
1. Income from
Continuing Operations
Jumlah yang diperlihatkan untuk
laba dari operasi berkelanjutan adalah pendapatan dan beban normal perusahaan
yang berulang-ulang. Angka laba menggambarkan jumlah yang dapat diperoleh
kembali di masa depan. Bahkan sering merujuk pada laba perusahaan yang
dapat dipertahankan sebagai titik awal bagi investor untuk memprediksi
pendapatan masa depan.
2. Income from
Nonrecurring Items
Ada tiga macam pendapatan tidak
biasa yang mungkin diperoleh oleh sebuah perusahaan yang harus diungkapkan,
yakni : operasi yang dihentikan, extraordinary item, dan
perubahan prinsip akuntansi.
.Extraordinary Items
APB No.9 mendefinisikan extraordinary
item sebagai kejadian dan transaksi yang mempunyai efek material yang
tidak diharapkan sering terjadi dan tidak dianggap sebagai faktor yang
berulang-ulang dalam setiap evaluasi proses bisnis yang wajar.
APB kemudian membuat review di
tahun 1973 tentang kegunaan definisi extraordinary item yang ternyata
mendapatkan kesimpulan bahwa pendapatan dan beban tidak dikelompokkan dengan
cara yang sama melalui spektrum bisnis perusahaan. Bisnis tidak
mengintepretasikan APB No. 9 dengan cara yang sama dan lebih banyak kriteria
spesifik yang dibutuhkan untuk menjamin intepretasi yang lebih seragam atas
ketetapannya.
Maka diterbitkanlah APB No. 30
tentang “Reporting The Result of Operations” yang mendefiniskan extraordinary
item sebagai kejadian dan transaksi yang dibedakan oleh sifat sebagai
berikut :
(1) Unusual nature, kejadian
atau transaksi harus memiliki tingkat ketidakwajaran yang tinggi dan tidak
berhubungan atau hanya secara kebetulan berhubungan dengan aktivitas biasa.
(2) Infrequency of occurance,
kejadian atau transaksi tersebut secara masuk akal diperkirakan tidak akan
terjadi lagi di masa yang akan datang.
Dalam APB No.9 pemisahan extraordinary
item dari item lainnya dalam laporan laba rugi tidak dipisahkan menurut
item yang berulang dan tidak berulang. Item yang jarang terjadi namun
bukan tidak biasa diklasifikasikan sebagai laba non operasi dalam kelompok
keuntungan dan kerugian lainnya dalam income statement. Penelitian
mengindikasikan persyaratan ini sebagai sebuah inkonsistensi kecuali FASB
mewajibkan catatan kaki pengungkapan atas efek kejadian tidak teratur pada laba
dan pendapatan per lembar saham (EPS).
Perubahan Prinsip
Akuntansi
Standar akuntansi atas
kekonsistenan menyatakan bahwa transaksi yang sama seharusnya dilaporkan dengan
cara yang sama setiap tahun. Namun manajemen seharusnya memilih perangkat
praktik akuntansi yang paling tepat menyajikan sumber daya dan kinerja unit
pelaporan dan terus menggunakan praktik tersebut setiap tahunnya.
Sehingga terkadang, perusahaan dapat menjumpai bahwa pelaporan berkembang oleh
perubahan metode atau perubahan prosedur mungkin diperintahkan oleh FASB atau
SEC.
Pertanyaan mendasar yang
kemudian muncul adalah : haruskah laporan keuangan yang telah
diterbitkan sebelumnya diubah untuk menggambarkan metode atau prosedur yang
baru?
Dalam APB no. 20 tentang “Accounting
Channges” mengindentifikasikan tiga jenis perubahan akuntansi dan
mendiskusikan penyiapan laporan keuangan. Bahkan dewan merekomendasikan
sebuah kelayakan penyajian retroaktif (bergaya membalik) atas ketiga macam
perubahan prinsip akuntansi dan error di bawah ini.
(i) Perubahan
dalam prinsip-prinsip akuntansi
Jenis perubahan ini terjadi jika
suatu entitas mengadopsi GAAP yang berbeda dari yang sebelumnya digunakan untuk
tujuan pelaporan. Contohnya perubahan penghitungan persediaan dari LIFO
ke FIFO.
Jika prinsip akuntansi diubah,
maka perusahaan menampilkan laporan keuangan tahun-tahun sebelum perubahan
dilakukan. Efek perubahan dikumulatifkan pada tahun perubahan dilakukan
dan ditampilkan diantara laba bersih dan extraordinary item.
SFAS No. 154 tentang “Accounting
Changes and Error Corrections” mensyaratkan aplikasi retrospective
ke periode sebelumnya.
1.
Aplikasi prinsip yang baru ke dalam periode akuntansi sebelumnya sebagaimana
jika perubahan prinsip diterapkan di periode-periode sebelumnya
2.
Penyesuaian laporan keuangan yang diterbitkan sebelumnya untuk menunjukkan
perubahan entitas pelaporan
3.
Revisi laporan keuangan yang diterbitkan sebelumnya untuk menunjukkan koreksi
atas kesalahan
(ii) Perubahan dalam
estimasi akuntansi
Penyajian laporan keuangan
mensyaratkan estimasi dari kejadian di masa depan dan estimasi seperti itu
adalah sasaran dilakukannya review berkala (akibat dari kebutuhan
penyajian periodok). Contohnya perubahan perkiraan umur aktiva yang dapat
didepresiasi atau estimasi kolektabilitas piutang.
Perubahan ini tidak membutuhkan
penyesuaian terhadap laporan keuangan tahun-tahun sebelumnya yang telah
diterbitkan. Perubahan yang terjadi hanya berpengaruh pada tahun
terjadinya perubahan dan tahun-tahun berikutnya.
(iii) Perubahan
entitas pelaporan
Perubahan jenis ini disebabkan
oleh perubahan unit pelaporan yang mungkin disebabkan oleh penggabungan usaha,
perubahan spesifik anak perusahaan, atau perubahan konsolidasi.
Perubahan dalam pelaporan harus
diungkapkan secara retroaktif dengan menyatakan kembali laporan keuangan
tahun-tahun sebelumnya dengan asumsi unit pelaporan baru telah diterapkan di
laporan keuangan tahun-tahun sebelumnya. Penerbitan kembali laporan
laporan keuangan tahun sebelumnya bertujuan untuk membandingkan hasil dari
perubahan pelaporan keuangan yang baru dan yang lama. Selain itu, efek
perubahan pelaporan terhadap pendapatan operasi, laba bersih, dan laba per
saham terkait harus diungkapkan sebagai perbandingan.
(iv) Error
Kesalahan tidak dipandang
sebagai suatu perubahan akuntansi, namun hasil dari kesalahan perhitungan
matematis dan penggunaan metode akuntansi yang salah. Error didefinisikan
sebagai prior period adjustment. Contoh error adalah :
1.
Perubahan praktek akuntansi yang awalnya tidak diterima menjadi diterima.
2.
Kesalahan matematis, klerikal.
3.
Kelalaian menambahkan atau menangguhkan pendapatan dan biaya di akhir periode
akuntansi.
4.
Salah pengklasifikasian biaya dan beban.
Dalam SFAS No. 16, periode
dimana error ditemukan, jenis kesalahan dan efeknya terhadap
pendapatan operasi, laba bersih dan laba per saham terkait harus
diungkapkan. Persyaratan ini merupakan perluasan logis dari perbaikan
secara retroaktif yang diperlukan untuk perubahan-perubahan akuntansi.
Dengan menyediakan perbaikan retroaktif, pengguna bisa mempredikasi dengan
lebih baik prestasi perusahaan seiring berjalannya waktu dengan tepat.
Terdapat error yang
bersifat counterbalanced apabila error tidak ditemukan dalam dua
tahun. Error ini tidak memerlukan penyesuaian apabila ditemukan
setelah dua tahun. Apabila error tidak bersifat counterbalanced,
maka penyesuaian harus diungkapkan.
Earning Per Share
Basic EPS
EPS (earning
per share) dikenal sebagai summary indicator yaitu item
tunggal yang dapat mengkomunikasikan berbagai informasi mengenai
kinerja atau posisi keuangan perusahaan. Total pendapatan perusahaan
dikurangi bagian pendapatan senior security (sekuritas hutang dan saham preferen)
merupakan bagian pendapatan yang tersedia untuk pemegang saham biasa yang
digunakan untuk penghitungan basic EPS.
Basic EPS (earning per
share) merupakan alat yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan
pada periode tertentu dari sudut pandang pemegang saham biasa. Namun,
perhitungan basic EPS dirasa tidak memenuhi kebutuhan investor karena
pengaruh dari banyaknya jenis saham yang diterbitkan oleh perusahaan. Options, stock warrant,
dan convertible
securities yang dapat dikonversi menjadi common stock mengurangi
(mendilusi) pendapatan pemegang saham sebelumnya.
Diluted EPS
Tujuan dari diluted EPS
adalah mengukur kinerja pro forma suatu perusahaan selama periode tertentu dari
sudut pandang pemegang saham biasa apabila pengkonversian sekuritas yang
dilutif benar-benar terjadi. Penyajian ini konsisten dengan tujuan
kerangka konseptual dalam penyediaan informasi keuangan perusahaan yang
berfungsi untuk menilai prospek dari perusahaan.
Bersama dengan Basic EPS, dua
angka ini akan menggambarkan proyeksi informasi historis ke masa mendatang dan
menyesuaikan proyeksi dengan efek dilutif dari suatu sekuritas.
Efek dilutif dari opsi saham dan warrants dihitung dengan menggunakan treasury stock method.
Dan efek dilutif dari convertible security dihitung
menggunakan as
if-converted method.
Sekuritas yang bersifat
antidilutif tidak dimasukkan dalam penghitungan diluted EPS. Diluted EPS seharusnya
melaporkan potensi dilusi maksimal. Ketika terdapat lebih dari satu
sekuritas yang bersifat dilutif, maka sekuritas dengan efek dilutif paling
besar yang dimasukkan ke perhitungan diluted EPS terlebih dahulu, diikuti
sekuritas dengan efek dilutif makin kecil dibawahnya, sesuai urutan. Cara
mengetahui efek dilutif adalah dengan menghitung pendapatan dari kenaikan satu
lembar saham.
a.
Call Option and Warrant
Opsi saham dan warrant
membolehkan pemegangnya membeli saham biasa dengan harga yang telah ditentukan,
sehingga pemegang akan menggunakan haknya ketika harga pasar saham lebih tinggi
dibandingkan harga yang telah ditetapkan sebelumnya.
FASB mengharuskan penggunaan treasury stock method
untuk menghitung efek dilutif terhadap EPS. Dengan metode ini, saham
biasa untuk memenuhi penukaran hak opsi dan warrant didapatkan dengan membeli
kembali saham biasa perusahaan yang beredar sesuai harga pasarnya, dengan uang
yang diperolehnya dari hasil penukaran. Selisih kekurangan lembar
diperoleh dengan menerbitkan saham biasa baru, inilah yang disebut incremental shares. Incremental shares ini ditambahkan
dengan jumlah rata-rata tertimbang lembar saham untuk penghitungan diluted EPS.
b.
Written Put Option
Written put options dan forward purchase
mensyaratkan entitas pelapor untuk membeli kembali sahamnya sendiri pada harga
yang telah ditentukan sebelumnya. Sekuritas ini dilutif ketika exercise price di
atas harga rata-rata pasar. Efek dilutif dari written put options dan forward purchase
dihitung menggunakan reverse treasury stock method, kebalikan dari treasury stock method pada hak opsi
saham dan warrant.
Dengan metode ini, diasumsikan
perusahaan akan menerbitkan saham biasa baru sesuai harga pasar untuk
mendapatkan uang untuk menutup kontrak. Uang hasil penerbitan saham baru
digunakan untuk membeli kembali saham sesuai kontrak. Selisih lembar
saham yang diterbitkan dan yang diperoleh kembali ditambahkan ke penyebut pada
penghitungan diluted EPS.
c.
Convertible Securities
Ialah sekuritas (obligasi atau
saham preferen) yang dapat ditukar dengan sekuritas lain (saham biasa) pada
harga yang telah ditentukan sebelumnya. Guna menentukan apakah sekuritas
bersifat dilutif, memerlukan perhitungan EPS seolah-olah penukaran telah
terjadi. Bentuk “as-if-converted” kemudian dibandingkan dengan
EPS tanpa penukaran.
Jika penukaran dapat menyebabkan
EPS menurun, sekuritas menjadi dilutif. Jika tidak, sekuritas akan dinggap
antidilutif dan pengaruh proforma penukarannya tidak akan termasuk di dalam
terdilusi.
Dengan metode ini “as-if-converted”
ini maka :
1. Apabila perusahaan
memiliki saham preferen konvertibel, dividen saham preferen konvertibel tidak
dikurangkan dari net income sebagai pembilang EPS. Jika saham
preferen tersebut dikonversi, lembar preferen tersebut tidak lagi beredar dan
dividen preferen tidak akan dibayarkan. Oleh karena itu, tidak akan ada
bagian laba bersih untuk pemegang saham preferen konvertibel.
2. Apabila perusahanan
memiliki obligasi konvertibel, beban bunga atas sekuritas tersebut setelah
pajak ditambahkan ke pembilang. Jika obligasi tersebut dikonversikan,
bunga tersebut tidak akan dibayarkan kepada kreditor, sehingga tidak akan ada penghematan
pajak. Akibatnya, laba bersih akan meningkat sebesar beban bunga
dikurangi besarnya pajak.
3. Jumlah lembar yang
diterbitkan pada pengkonversian sekuritas ditambahkan sebagai penyebut EPS.
d.
Contingently Issuable Shares
Ialah jumlah lembar yang penerbitannya
bergantung pada kondisi tertentu, seperti mencapai tingkat pendapatan atau
harga pasar tertentu di masa mendatang. Jika kondisi-kondisi tersebut
tidak terjadi sampai akhir periode pelaporan, SFAS No.128 mengharuskan contingently issuable shares
dimasukkan dalam penghitungan diluted EPS sesuai dengan jumlah lembar yang akan
dimasukkan apabila akhir periode pelaporan sama dengan periode kontinjensi.
Usefulness of EPS
Tujuan dari EPS adalah untuk
memberikan investor sebuah indikator atas (1) nilai perusahaan dan (2) harapan
dividen di masa mendatang. Masalah teori yang terbesar yang mengelilingi
presentasi EPS adalah apakah informasi ini harus berdasarkan pada sejarah atau
ramalan informasi. Badan akuntansi yang berwenang telah menetapkan bahwa
EPS didasarkan pada data historis, bukan data ramalan. Pandangan ini
dituangkan dalam opini APB No. 15 dan baru-baru ini oleh SFAS No. 128 yang
konsisten dengan gejala ini.
EPS merupakan indikator
keseluruhan, yaitu nilai tunggal yang memberikan informasi tentang kinerja atau
posisi keuangan perusahaan. EPS sangat populer karena diperkirakan EPS
mengandung informasi yang bermanfaat dalam membuat prediksi mengenai dividen
dan harga saham di masa mendatang, serta sebagai ukuran keefisienan suatu
perusahaan.
Namun, beberapa akuntan
menentang penggunaan laba indikator keseluruhan seperti EPS. Mereka
menyatakan bahwa untuk memahami kinerja perusahaan membutuhkan analisis yang
mendalam, tidak hanya dengan rasio tunggal. Investor akan lebih puas dengan
mendapatkan prediksi atas arus kas di masa mendatang.
PENDAPATAN
KOMPREHENSIF
Pendapatan pendapatan komprehensif merupakan pengembangan utama dalam evolusi terbaru dari standar akuntansi dan gagasan sentral dalam kerangka konseptual IFRS. Ini adalah fitur baru yang mencerminkan semua pendapatan, biaya, keuntungan dan kerugian yang harus diakui sesuai dengan standar akuntansi selama periode, dan dirangkum dalam laporan keuangan yang terpisah bernama Laporan Laba Rugi Komprehensif. Hal ini terbentuk dari dua komponen. Yang pertama sesuai dengan bottom line (laba atau rugi) dari laporan laba rugi seperti yang biasa diukur, menggabungkan keuntungan dan kerugian atas transaksi dengan pihak luar dan sejumlah keuntungan dan kerugian yang belum direalisasi pada item diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi. Komponen kedua dari laporan laba rugi komprehensif berkaitan dengan keuntungan dan kerugian yang belum direalisasi yang disebabkan terutama oleh penyesuaian nilai wajar. Komponen ini dirancang untuk memotong laporan laba rugi. Untuk melakukan itu, sebuah kategori baru penyesuaian akuntansi telah diperkenalkan - pendapatan komprehensif lainnya (OCI), yang disajikan langsung dalam ekuitas. OCI dapat dilihat sebagai penyangga yang memungkinkan penggunaan akuntansi nilai wajar tanpa dampak langsung terhadap laporan laba rugi. Gambar A menunjukkan hubungan antara neraca, laporan laba rugi dan laporan laba rugi komprehensif. Keuntungan terakumulasi dalam saldo laba, variasi tahunan OCI terakumulasi langsung dalam ekuitas, sedangkan jumlah laba tahunan dan variasi tahunan OCI membentuk pendapatan komprehensif
PRIOR PERIOD ADJUSTMENT
PSAK
No 154 tidak membuat perubahan besar baik No.20 Opini APB atau PSAK No.16 untuk
penyesuaian periode sebelumnya. Akuntansi (dan layar) sebelum penyesuaian cukup
mudah. Jumlah penyesuaian periode sebelumnya dibebankan atau dikreditkan untuk
menyeimbangkan awal saldo laba. Mereka yang dipamerkan dikurangi pajak dalam
laporan laba ditahan dan demikian dikecualikan dari penentuan laba bersih untuk
periode berjalan.
Opini
APB No.9 adalah yang pertama untuk menangani penyesuaian periode sebelumnya dan
cukup ketat. Harus diklasifikasikan sebagai penyesuaian periode sebelumnya di
bawah APB Opini No.9, suatu peristiwa transaksi harus
(a) mengidentifikasi secara khusus dengan periode
sebelumnya tertentu, bukan disebabkan peristiwa-peristiwa ekonomi yang terjadi
setelah periode sebelumnya,
(b) terutama ditentukan oleh selain manajemen, dan
(c) tidak rentan terhadap estimasi sebelum
penentuan orang.
Kriteria
dengan demikian cukup definitif. Namun, Securities and Exchange Commission
(SEC) staf semakin mulai mempertanyakan penerapan Opini APB No.9. Dalam
interpretasi SEC staf administrasi dari APB Opini No.9 dan kemudian di Buletin
Akuntansi Staf No.8. itu dikecualikan biaya atau kredit yang dihasilkan dari
litigasi dari yang diperlakukan sebagai penyesuaian periode sebelumnya,
meskipun item ini digambarkan dalam APB Opini No.9 sebagai contoh spesifik dari
sebuah penyesuaian periode sebelumnya. Sebagai hasil dari masalah ini dan
lainnya, FASB mempertimbangkan kembali konsep penyesuaian periode sebelumnya.
PSAK No.16 adalah hasil dari peninjauan kembali FASB itu. Ini membatasi periode
sebelum penyesuaian sebagai berikut:
• Koreksi kesalahan dalam laporan keuangan
periode sebelumnya.
• Hasil dari realisasi atas manfaat pajak
penghasilan dari kerugian operasional carryforwards preacquisition anak
perusahaan yang dibeli.
PSAK
No.16 tidak mempengaruhi cara pelaporan perubahan akuntansi tertentu yang diperlakukan,
untuk tujuan akuntansi penyesuaian periode sebelumnya. Ini perawatan diperlukan
untuk perubahan sedikit tertentu dari LIFO ke metode lain persediaan, perubahan
dalam akuntansi untuk kontrak jangka panjang konstruksi, dan perubahan atau
dari metode biaya penuh yang digunakan dalam industri minyak dan gas. Seperti
disebutkan sebelumnya, sering FASB memerlukan atau izin perubahan dalam prinsip
akuntansi yang dihasilkan dari adaptasi dari PSAK baru yang akan diperlakukan
seperti penyesuaian periode sebelumnya. Contoh ini termasuk PSAK No.2, biaya
penelitian dan pengembangan; PSAK No.4, awal pelunasan hutang; PSAK No.5 dan
11, kontinjensi, PSAK No.7, tahap pengembangan usaha; PSAK No.12, surat
berharga; PSAK No.19, minyak dan gas; PSAK No.35, pelaporan oleh rencana
pensiun manfaat pasti, PSAK No.43, absen kompensasi; PSAK No.45, waralaba
pendapatan fee; PSAK No.48, pengakuan pendapatan ketika hak kembali ada ; PSAK
No.50, catatan dan musik; PSAK No.52, mata uang asing; PSAK No.53, gerak
gambar; PSAK No.60, asuransi; PSAK No.61, penyiar, dan PSAK No.65, hipotek
kegiatan perbankan.
Laporan Laba Rugi Komprehensif
Entitas menyajikan seluruh komponen pendapatan
komprehensif (penghasilan dan beban) yang diakui dalam satu periode:
1) Dalam bentuk satu laporan laba rugi
komprehensif, di mana semua penghasilan dan beban yang diakui dalam satu periode (pendekatan satu laporan –
the single statement approach); atau
2) Dalam bentuk dua laporan (pendekatan
dua laporan – the two statement approach):
·
Laporan
yang menunjukkan komponen laba rugi (laporan laba rugi terpisah)
·
Laporan
yang dimulai dengan laba rugi dan menunjukkan komponen pendapatan komprehensif
lain (dalam laporan laba rugi komprehensif).
Total
laba rugi komprehensif (total comprehensive
income) yang dilaporkan dalam
laporan laba rugi komprehensif adalah total semua penghasilan dan beban
yang diakui selama satu periode (termasuk komponen laba atau rugi dan
pendapatan komprehensif lain).
Laporan laba rugi komprehensif minimal
mencakup penyajian jumlah hal-hal berikut untuk periode:
1)
Pendapatan;
2)
Biaya
keuangan;
3)
Bagian
laba atau rugi dari entitas asosiasi dan ventura bersama yang dicatat dengan
menggunakan metode ekuitas;
4)
Beban
pajak;
5)
Operasi
yang dihentikan yang mencakup suatu total dari:
a. Laba atau rugi setelah pajak dari
operasi yang dihentikan; dan
b. Keuntungan atau kerugian setelah
pajak yang diakui dengan pengukuran nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual
atau dari pelepasan aset atau kelompok yang dilepaskan dalam rangka operasi
yang dihentikan.
6)
Laba
atau rugi;
7)
Setiap
komponen dari pendapatan komprehensif lain yang diklasifikasikan sesuai dengan
sifat (selain angka 8 di bawah);
8)
pendapatan
komprehensif lain dari entitas asosiasi dan ventura bersama yang dicatat dengan
metode ekuitas; dan
9)
Total
laba rugi komprehensif
Dengan demikian, total
laba rugi komprehensif adalah perubahan ekuitas selama satu periode yang
dihasilkan dari transaksi dan peristiwa lainnya, selain perubahan yang
dihasilkan dari transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik.
Total laba rugi komprehensif terdiri dari komponen “laba rugi” dan “pendapatan
komprehensif lain.” Sedangkan laba rugi (profit
or loss) atau laba bersih (net income)
adalah total pendapatan (income) dan
beban (expenses), tidak termasuk
komponen-komponen pendapatan komprehensif lain.
Di samping itu, entitas
mengungkapkan hal-hal berikut dalam laporan laba rugi komprehensif sebagai
alokasi laba rugi untuk periode:
1)
Laba atau rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada:
a)
Kepentingan nonpengendali: dan
b) Pemilik entitas
induk.
2)
Total laba rugi komprehensif periode berjalan yang dapat didistribusikan
kepada:
a)
Kepentingan nonpengendali; dan
b) Pemilik entitas
induk.
NILAI PENDAPATAN PERUSAHAAN
Laporan laba rugi memungkinkan pengguna untuk mengevaluasi kinerja perusahaan
saat ini, memperkirakan kinerja masa depan, dan memprediksi arus kas masa depan. untuk tujuan analitis, dan untuk mengevaluasi kualitas laba, penting bagi pengguna untuk
memahami dan mampu mengidentifikasi
pendapatan dan beban barang-barang yang
kemungkinan untuk dipakai
dimasa
depan (laba
berkelanjutan) dan yang tidak (komponen transitory).
Untuk alasan ini, perbedaan antara pendapatan usaha dan non-operasi, biaya, keuntungan, dan kerugian penting. Itu juga penting untuk memahami sifat dan jumlah barang-barang khusus, serta barang-barang modal yang tidak ada pada laporan laba rugi tapi masih muncul dalam pendapatan komprehensif.
Untuk alasan ini, perbedaan antara pendapatan usaha dan non-operasi, biaya, keuntungan, dan kerugian penting. Itu juga penting untuk memahami sifat dan jumlah barang-barang khusus, serta barang-barang modal yang tidak ada pada laporan laba rugi tapi masih muncul dalam pendapatan komprehensif.
SUMBER
PENDAPATAN
Banyak perusahaan terbesar yang
sangat beragam, yang
berarti bahwa mereka menjual berbagai produk. Masing-masing produk memiliki tingkat individu
profitabilitas, pola pertumbuhan yang diharapkan, dan tingkat risiko. salah satu ukuran tingkat risiko adalah ketergantungan
perusahaan pada custumers
utama. jika pendapatan
perusahaan dari pelanggan
tunggal adalah sama dengan atau lebih besar dari 10 persen dari total pendapatan, fakta yang harus diungkapkan. analisis keuangan perusahaan yang terdiversifikasi membutuhkan penelaahan terhadap dampak berbagai segmen usaha pada perusahaan secara keseluruhan.
PERSISTANCE REVENUE
Persistensi/kegigihan pendapatan perusahaan dapat dinilai
dengan menganalisis tren pendapatan dari waktu ke waktu, dan dengan meninjau diskusi
manajemen dan analisis.
Manajemen Diskusi dan Analisis
Manajemen
diskusi dan analisis memberikan sebuah gambaran tentang pengoperasian sebuah
perusahaan dan bagaimana perusahaan tersebut berjalan dalam jangka waktu
tertentu. Manajemen biasanya juga akan berpengaruh pada tahun yang akan datang,
menguraikan tujuan masa depan dan melakukan pendekatan untuk proyek-proyek
baru. Manajemen Diskusi dan Analisis adalah bagian yang sangat penting dari
laporan tahunan, terutama bagi mereka yang menganalisis hal-hal penting atau
fundamental, yang meliputi manajemen dan gaya manajemen. Meskipun bagian ini
berisi informasi yang berguna, investor harus diingatkan bahwa bagian tersebut
tidak diaudit. Bagian ini berisi deskripsi tahun berlalu dan beberapa faktor
kunci yang mempengaruhi bisnis perusahaan pada tahun tersebut, serta gambaran
yang adil dan tidak biasa tentang masa lalu, masa sekarang, dan masa depan
perusahaan tersebut. Sebuah laporan dari manajemen kepada para pemegang saham
yang menyertai laporan keuangan perusahaan dalam laporan tahunan. Ini
menjelaskan hasil keuangan periode dan memungkinkan manajemen untuk membahas
topik yang mungkin tidak terlihat dalam laporan keuangan dalam laporan tahunan.
ANALISIS LABA KOTOR
analisis laba
kotor perusahaan berfokus pada menjelaskan variasi dalam penjualan, harga pokok
penjualan, dan laba effecton kotor mereka. analisis ini dapat ditingkatkan
dengan memisahkannya ke dalam lini produk. perubahan tahunan laba kotor
disebabkan oleh:
1. perubahan volume penjualan
2. perubahan harga jual satuan
3. perubahan dalam biaya satuan
persentase laba bruto perusahaan dapat dihitung sebagai berikut:
1. perubahan volume penjualan
2. perubahan harga jual satuan
3. perubahan dalam biaya satuan
persentase laba bruto perusahaan dapat dihitung sebagai berikut:
ANALISIS LABA BERSIH
Persentase
laba bersih sebuah perusahaan merupakan suatu indikator dari keefektifan
performa atau kinerja suatu perusahaan.
STANDAR AKUNTANSI INTERNASIONAL
Sejalan dengan era globalisasi dan
perkembangan dunia usaha serta semakin terintegrasinya pergerakan dan pasar
keuangan dunia, maka dirasakan sangat perlu adanya suatu standar global.
Standar tersebut memperoleh bentuknya setelah adanya dukungan dari IASB
(International Accounting Standars Board) terhadap standar akuntansi
internasional. Pengaruh standar akuntansi ini telah meningkat secara signifikan
dan menjadikannya sebagai norma global menuju terciptanya harmonisasi dalam
standar akuntansi dunia.
Saat ini, ada dua standar akuntansi keuangan yang diterima untuk digunakan secara internasional, yaitu GAAP Amerika dan Standar Pelaporan Keuangan Internasional International Financial Report Standars (IFRS). IFRS ini diterbitkan oleh IASB (yang berdiri tahun 1973). Perusahaan Amerika yang terdaftar di bursa saham negara lain masih diperbolehkan menggunakan GAAP Amerika. Sebaliknya, perusahaan asing yang terdaftar di bursa saham Amerika diwajibkan untuk menyesuaikan laporan keuangannya dengan GAAP Amerika. Dewasa ini, Uni Eropa mewajibkan semua perusahaan yang terdaftar di pasar modal Eropa untuk menggunakan IFRS.
FASB dan IASB bekerja bersama-sama untuk mengembangkan sebuah standar akuntansi keuangan yang sama. Mereka telah mengidentifikasi ada beberapa standar akuntansi yang dapat dipadukan secara bersama-sama tanpa mengalami banyak kesulitan, di antaranya meliputi akuntansi untuk harga perolehan beberapa jenis persediaan, akuntansi untuk pertukaran aktiva non moneter, pelaporan perubahan akuntansi, dan perhitungan laba per saham.
Financial Statement II
: The Balance Sheet and the Statement of Cash Flows
Laporan
keuangan dapat dibagi atas dua kategori. kategori pertama mengungkapkan hasil
dari aliran sumber daya dari waktu ke waktu dan termasuk laporan laba rugi,
laporan laba ditahan, dan laporan arus kas. kategori kedua meringkas status
sumber daya pada suatu titik waktu tertentu.
1. Laporan Posisi Keuangan
Laporan posisi keuangan merupakan
salah satu laporan keuangan yang terpenting bagi
perusahaan. Oleh karena itu, setiap perusahaan diharuskan untuk
menyajikan laporan keuangan dalam bentuk laporan posisi keuangan.
Elemen laporan keuangan :
a. Asset
Aktiva adalah sumber
kekayaan atau sumber ekonomi perusahaan yang dapat berwujud barang, uang dan
hak-hak yang mendapat jaminan oleh undang-undang maupun pihak-pihak tertentu
yang diperoleh dari transaksi atau peristiwa masa lalu.
b. Liabilitas
Liabilitas adalah
kewajiban sekarang yang timbul dari masa lalu yang dapat diselesaikan dengan
menyerahkan sumber daya yang memiliki manfaat ekonomi.
c. Ekuitas
Ekuitas adalah hak
residual atas asset entitas setelah dikurangi semua kewajiban. Ekuitas juga
dapat diartikan juga sebagai modal atau kekayaan entitas (perusahaan), yang
terdiri dari selisih jumlah aktiva (asset) dikurangi dengan pasiva
(kewajiban). Ekuitas mungkin
disubklasifikan dalam neraca. Sehingga Ekuitas (Equity) dapat juga disebut
sebagai kekayaan sendiri atau modal sendiri.
v Assets
Asset Lancar
Definisi aset lancar ialah aset cair
atau likuid yang di dalam berjalannya bisnis dicairkan menjadi kas paling lama
satu tahun. Aset lancar misalnya adalah kas, piutang dagang, barang dagang, dan
sebagainya. Piutang dagang adalah aset lancar karena dalam praktik bisnis yang
wajar dilunasi kurang dari 1 tahun. Barang dagang dimaksudkan untuk dijual guna
menghasilkan kas. Barang dagang dengan demikian adalah aset lancar atau likuid.
Aset lancar diperlukan sebagai aset operasi yang berguna untuk mengerakkan
usaha. Ia berperan sebagai modal kerja sebuah usaha. Aset jenis ini siap
digunakan kapan saja. Bila aset lancar habis, kegiatan sehari-hari sebuah
perusahaan bisa terhambat. Bahan baku bisa tidak terbeli karena tiadanya uang
tunai untuk mendapatkannya.
Aset tidak Lancar
Aset tidak lancer adalah aset yang umur ekonomisnya lebih dari satu tahun.
Contoh aset tak lancar ialah tanah, bangunan mesin dan sejenisnya. Usia
kegunaan ekonomis aset tak lancar biasanya melampaui jangka satu tahun dan
tidak dimaksudkan untuk dijual. Aset
tak lancar memiliki kekuatan ekonomi yang lebih baik untuk tidak hanya sekarang
tetapi juga masa datang, sehingga perusahaan bisa bertahan lebih baik. Wujud
aset tak lancar biasanya adalah pabrik, bangunan, produk properti, dan
sebagainya. Aset ini tidak mudah dijual tetapi nilainya sangat tinggi, bila
dibandingkan dengan aset lancar.
Aktiva lain –
lain adalah aktiva yang memiliki umur relative tetap tetapi tidak digunakan
untuk operasional perusahaan sehari – hari. Contohnya : Bangunan dalam proses , uang jaminan dari
pelanggan.
v Liabilitas
Hutang Jangka Pendek
Hutang adalah kewajiban perusahaan yang timbul karena
tindakan atau transaksi - transaksi di
masa lampau untuk memperoleh aktiva atau jasa, yang pelunasannya baru akan
dilakukan di masa yang akan datang, baik dengan penyerahan uamg tunai,
aktiva-aktiva tertentu lainnya, jasa maupun dengan menciptakan hutang baru.
Hutang dapat menimbulkan kewajiban keuangan ataupun kewajiban pelaksanaan.
Sebagai contoh, kewajiban keuangan misalnya hutang usaha, hutang pajak, hutang
deviden, hutang bunga dan sebagainya, sedangkan kewajiban pelaksanaan, misalnya
sewa yang diterima di muka, beban yang diterima di muka, uang garansi
pembelian dari para pembeli.
Di tinjau
dari jangka waktu pelunasan atau alat pelunasannya, hutang dapat dibagi menjadi
dua kelompok:
1.
Kelompok hutang jangka pendek (hutang lancar)
2.
Kelompok hutang jangka panjang (hutang tidak lancar).
Hutang
Jangka Pendek (Hutang Lancar), yaitu:
Hutang yang harus dilunasi dalam jangka waktu pendek, paling
lama satu tahun sesudah tanggal neraca, atau harus dilunasi dalam jangka waktu
satu siklus operasi normal perusahaan yang bersangkutan (tergantung mana yang
lebih panjang). Yang dimaksud dengan satu siklus operasi normal adalah waktu
yang diperlukan agar uang kontan dapat diubah menjadi persediaan barang,
persediaan barang diubah menjadi piutang usaha dan akhirnya piutang usaha
diubah menjadi uang kontan kembali.
Siklus operasi normal dari masing-masing perusahaan
memerlukan jangka waktu yang berbeda-beda, mulai dari kurang dari satu
tahun, satu tahun, tetapi ada juga yang
lebih dari satu tahun. Perbedaan ini menyebabkan batasan hutang lancar seperti
tersebut di atas dianggap kurang tepat oleh banyak perusahaan, sehingga muncul
pendapat yang menyatakan penyelesaian satu hutang jangka pendek (hutang lancar)
biasanya memerlukan pemakaian harta lancar. Perbandingan antara harta lancar
terhadap hutang jangka pendek (hutang lancar) dikenal sebagai “rasio lancar”
atau “current ratio“. Rasio ini merupakan suatu ukuran yang berguna bagi para
pengusaha untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang-hutang
jangka pendek. Perusahaan yang memiliki hutang lancar lebih besar dari harta
lancar berada dalam posisi yang mengkhawatirkan karena terdapat kemungkinan
bahwa utang tersebut tidak akan dapat dilunasi. Menurut Standar Akuntansi
Keuangan hutang lancar adalah:
Hutang yang pelunasannya dengn menggunakan
sumber–sumber aktiva lancar atau dengan menciptakan hutang lancar baru.
Pengertian
tersebut menunjukkan bahwa kewajiban atau hutang memiliki karakteristik sebagai
berikut:
1. Ada
peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa sebelumnya, yang dapat menimbulkan
adanya utang saat sekarang.
2.
Kewajiban yang ditanggung berupa kewajiban untuk menyerahkan uang, barang atau
jasa.
3. Nilai
kewajiban dinyatakan dalam bentuk kesatuan uang.
4. Kewajiban
ditentukan oleh kedua pihak (yang berutang dan yang berpiutang).
Hutang Jangka Panjang
Hutang jangka panjang adalah kewajiban kepada pihak tertentu
yang harus dilunasi dalam jangka waktu lebih dari satu perioda akuntansi (1 th)
dihitung dari tanggal pembuatan neraca per 31 Desember. Pembayaran dilakukan
dengan kas namun dapat diganti dengan asset tertentu. Dalam operasional
normal perusahaan, rekening hutang jangka panjang tidak pernah dikenai oleh
transaksi pengeluaran kas. Pada akhir perioda akuntansi bagian tertentu dari
hutang jangka panjang berubah menjadi hutang jangka pendek. Untuk itu harus
dilakukan penyesuaian untuk memindahkan bagian hutang jangka panjang yang jatuh
tempo menjadi hutang jangka pendek.
Timbulnya Hutang Jangka Panjang
Saat skala operasional perusahaan berkembang atau dalam
membangun suatu perusahaan dibutuhkan sejumlah dana. Dana yang diperlukan
untuk Investasi dalam aktiva tetap yang akan memberikan manfa’at dalam
jangka panjang sebaiknya diperoleh dari hutang jangka panjang atau dengan
menambah modal. Dalam hal ini perusahaan memiliki dua pilihan yaitu menarik
hutang jangka panjang misalnya obligasi atau menambah modal sendiri dengan
mengeluarkan saham.
Ada beberapa kelebihan menarik hutang jangka panjang melalui
obligasi dibanding menambah modal sendiri dengan mengeluarkan saham.
- Keuntungan menarik obligasi
Pemegang obligasi tidak mempunyai hak suara dalam
kebijakan perusahaan sehingga tidak mempengaruhi manajemen.
- Bunga obligasi mungkin
lebih rendah dibanding deviden yang harus dibayarkan kepada pemegang
saham.
- Bunga merupakan biaya yang
dibebankan pada perusahaan yang dapat mengurangi kewajiban pajak sedangkan
deviden adalah pembagian laba yang tidak dapat dibebankan sebagai biaya.
Sebaliknya juga terdapat hal yang kurang menguntungkan antara
lain :
- Bunga obligasi adalah beban
tetap baik dalam keadaan perusahaan mendapat laba atau mengalami kerugian
- Jika perusahaan tidak mampu
membayar obligasi yang jatuh tempo, pemegang obligasi tetap mempunyai hak
untuk menuntut pengembalian obligasi sedangkan pemegang saham tidak
mempunyai hak demikian karena pemegang saham adalah pemilik perusahaan
yang turut bertanggung jawab menanggung resiko kerugian perusagaan.
Jenis Hutang Jangka Panjang
Secara garis besar hutang jangka panjang digolongkan
pada dua golongan yaitu :
- Hutang Hipotik : Hutang yang
timbul berkaitan dengan perolehan dana dari pinjaman yang dijaminkan
dengan harta tetap. Dalam penjanjian disebutkan harta peminjam yang
dijadikan jaminan berupa tanah atau gedung. Jika peminjam tidak
melunasi pada waktunya, pemberi pinjaman dapat menjual jaminan tersebut
yang kemudian diperhitungkan dengan hutang.
- Hutang Obligasi : Hutang yang
timbul berkaitan dengan dana yang diperoleh melalui pengeluaran surat-surat
obligasi. Pembeli obligasi disebut pemegang obligasi. Dalam surat obligasi
dicantumkan nilai nominal obligasi, bunga pertahun, tanggal
pelunasan obligasi dan ketentuan lain sesuai jenis obligasi tersebut.
v Ekuitas
Istilah ekuitas berasal dari kata equity atau equity of
ownership yang berarti kekayaan bersih perusahaan. Secara sederhana, ia
diformulasikan sebagai total aktiva dikurangi total pasiva. Dalam sebuah
perusahaan komponen ekuitas terdiri dari saham, laba ditahan dan agio saham
yang semuanya merupakan milik perusahaan itu sendiri. Dalam beberapa hal atau
dalam kaitannya dengan kebutuhan modal untuk ekspansi, ekuitas sering juga
diartikan sebagai modal kepemilikan (equity of capital). Artinya jika
perusahaan membutuhkan dana untuk pengembangan usaha maka salah satu alternatif
sumbernya bisa berasal dari modal sendiri. Dalam hal ini perusahaan bisa
menerbitkan saham baru dan menjualnya kepada pihak lain, atau pemegang saham
yang ada. Pihak lain disini bisa investor perorangan ataupun investor lembaga seperti bank investasi (invesment
banking).
Jika saham baru dijual secara terbatas pada satu pihak
tertentu sering disebut dengan istilah private placement. Tapi jika saham baru
ditawarkan kepada masyarakat luas berarti perusahaan mengarah menjadi perusahaan
terbuka lewat proses penawaran umum saham (go public). Persoalannya pilihan mana yang lebih disukai oleh perusahaan? Ini
semua tergantung kepada pemegang saham pendiri yang biasanya juga sebagai
pemegang saham mayoritas. Jika private placement yang menjadi pilihan, maka
alternatifnya penambahan modal bisa berasal dari pemegang saham atau pihak lain
yang diundang sebagai investor baru.
Proses private placement relatif lebih sederhana dibandingkan
dengan penawaran umum (go public). Sebab, sumber dana berasal dari pemegang
saham pendiri atau satu pihak yang bersedia menjadi pemegang saham baru.
Praktis, proses private placement relatif tidak berbelit-belit sehingga lebih
cepat. Untuk kebutuhan investasi yang bersifat mendesak biasanya perusahaan lebih
suka memilih menambah modal melalui private placement.
Kelemahan private placement terletak pada keterbatasan dana
yang bisa disediakan mengingat investor baru yang diundang sebagai pemegang
saham baru sifatnya terbatas. Karena itu kemampuan dananya juga terbatas.
Alternatif lain yang bisa dilakukan perusahaan untuk menambah
modal atau ekuitas adalah melakukan penawaran umum saham (initial public
offering/IPO) atau go public. Perusahaan
bisa menerbitkan saham baru dari portepel dan menjualnya ke masyarakat luas. Go
public berarti mengundang publik menjadi pemegang saham perusahaan. Praktis,
nantinya setelah go public, komposisi pemegang saham akan mengalami perubahan
dimana akan ada sebagian saham perusahaan yang dimiliki oleh publik. Kelebihan go public adalah tersedianya
dana yang tidak terbatas untuk kebutuhan investasi perusahaan. Dana milik
masyarakat tidak terhitung jumlahnya, apalagi masyarakat itu tidak hanya
terbatas masyarakat lokal atau domestik tetapi juga masyarakat internasional.
Berapapun yang dibutuhkan perusahaan bisa dipenuhi melalui go public.
Meski jumlah dana yang tersedia di publik tidak terbatas,
bukan berarti perusahaan dengan mudah bisa memperolehnya dari publik. Ada
sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi agar masyarakat bersedia membeli saham
yang ditawarkan, agar masyarakat yang membeli sahamnya merasa tidak dirugikan.
Syarat itu antara lain yang prinsip adalah bersikap terbuka atau transparan. Karena setelah go public, ada
masyarakat sebagai pemegang saham maka perusahaan harus bersedia melaporkan
setiap kejadian penting kepada masyarakat pemegang saham. Perusahaan harus
dikelola secara profesional, akuntable, dan selalu berusaha mendapatkan
keuntungan yang optimal agar masyarakat sebagai pemegang saham bisa menikmati
investasinya baik berupa dividen maupun capital gain.
Dengan go public, perusahaan tidak hanya mendapatkan suntikan
modal baru sesuai dengan nilai nominal saham yang ditawarkan, tetapi sekaligus
juga memperoleh agio saham yang bisa dijadikan modal ekspansi. Agio adalah
selisih nilai nominal saham dengan nilai penawaran saat IPO. Misalnya, nilai
nominal saham Rp500 dan saham ditawarkan pada harga Rp900. Maka agio sahamnya adalah Rp400 per saham. Agio ini oleh
perusahaan bisa dijadikan sebagai tambahan modal. Kelak nilai agio ini juga
bisa dikonversi menjadi saham bonus yang dibagikan secara proporsional kepada
seluruh pemegang saham.
Saham Biasa
Saham biasa (common stock) adalah surat berharga dalam bentuk piagam atau sertifikat yang memberikan
pemegangnya bukti atas hak-hak dan kewajiban menyangkut andil kepemilikan dalam
suatu perusahaan. Saham biasa mempunyai sifat kebalikan dari Saham Preferen (Prefered
Stock) dalam hal pengambilan suara, pembagian deviden dan hak-hak yang
lain.
Pemegang saham biasa dapat memengaruhi kebijakan korporasi
melalui proses pengambilan suara (voting) dalam pembuatan tujuan dan
kebijakan, stock split dan memilih dewan direksi perusahaan.
Pemegang saham biasa mempunyai keuntungan dalam bentuk Deviden dan capital gain.
Dalam suatu perusahaan kita mengenal adanya dua jenis saham
yaitu saham biasa dan saham preferen.
Kedua saham tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. Berikut ini yang dibahas adalah mengenai
saham biasa.
Kelebihan saham biasa adalah sebagai berikut :
1. Tidak
ada kewajiban tetap untuk membayar dividen kepada pemegang saham biasa.
2. Saham
biasa tidak memiliki jatuh tempo.
3. Saham
biasa kurang beresiko bagi perusahaan apabila dibandingkan sumber pembiayaan
lainnya baik saham preferen maupun hutang jangka panjang. Dari segi investor
saham biasa memiliki tingkat resiko yang lebih tinggi karena sangat tergantung
pada besarnya keuntungan sehingga investor akan meminta tingkat keuntungan yang
lebih besar daripada tingkat keuntungan obligasi maupun saham preferen yang
relatif kecil.
4.
Memungkinkan untuk diversifikasi usaha, meningkatkan likuiditas, mendapat
tambahan kas dan lebih mudah dalam mengukur nilai perusahaan.
5.
Perusahaan semakin transparan dan semakin banyak pihak yang ikut mengamati kegiatan
perusahaan karena dengan menjual sahamnya ke publik berarti perusahaan tersebut
menjadi milik publik.
Sedangkan kelemahan saham biasa adalah sebagai berikut :
1. Dengan
menjual saham biasa akan mengancam kendali yang dipegang pemegang saham
mayoritas.
2.
Menurunnya laba per lembar saham sebagai akibat bertambahnya jumlah lembar
saham yang beredar.
3.
Timbulnya Agency Problem yang meningkatkan Agency Costs karena adanya konflik
antar kelompok seperti pemilik perusahaan, manajer atau pengelola usaha, dan
karyawan.
Saham
Preferen
Saham
preferen (Preferred stock) adalah bagian saham yang
memiliki tambahan hak melebihi saham biasa. Ada beberapa jenis saham preferen, antara lain:
- Saham preferen partisipasi;
saham preferen yang membagikan dividen kepada pemegangnya; pemilik saham
ini setelah menerima deviden tetap mempunyai hak untuk membagi keuntungan
yang dinyatakan sebagai dividen kepada pemegang saham biasa (participating
preference shares).
- Saham preferen nonkumulatif;
saham preferen yang tidak mempunyai hak untuk memdapatkan dividen yang
belum dibayarkan pada tahun-tahun yang lalu secara kumulatif (noncummulative
preferred stock).
Perbedaan utama dari saham biasa dan saham preferen adalah
hak dan kewajibannya. Biasanya saham preferen diterbitkan secara terbatas. Jadi
dapat disimpulkan perbedaan antara saham preferen dengan saham biasa:
1. Pada
saham biasa mendapatkan hak untuk memilih direksi dan kebijakan tertentu,
sedangkan preferen tidak.
2. Deviden
pada saham biasa tergantung kinerja perusahaan, kalau baik mereka akan
medapatkan keuntungan setimpal, bigitupun sebaliknya. Tapi untuk saham preferen
sudah ditetapkan devidennya.
3. Jika
perusahaan gulung tikar atau dilikuidasi, dalam hal pengembalian investasi,
pemegang saham preferenlah yang diutamakan dibandingkan dengan pemegang saham
biasa.
4. Pada
pemegang saham biasa diberi hak untuk memesan kembali, sehingga dapat
memelihara proporsi kepemilikan perusahaan, kalau preferen tidak.
v Fair Value
(Nilai Wajar)
Sebelumnya, sistem akuntansi menggunakan dominasi konsep
Historical Cost. Konsep tersebut menggunakan pendekatan biaya perolehan
menghasilkan nilai buku. Untuk berbagai kepentingan, laporan nilai buku itulah
yang selama ini lazim dijadikan acuan untuk menilai sebuah perusahaan. Dengan
kondisi pasar yang semakin dinamis dan berkembang sangat cepat, akhirnya konsep
historical cost dianggap tidak lagi relevan dalam mengukur realitas ekonomi.
Hal tersebut terjadi karena historical cost hanya mengukur transaksi yang telah
selesai, tidak bisa mengakui perubahan nilai riil yang terjadi.
Sebagai gantinya ditawarkanlah konsep Fair Value yang
diberlakukan dalam IFRS untuk semua standar yang dikeluarkan. Apa dan bagaimana
sesungguhnya konsep fair value itu? Dalam PSAK Nomor 10 dijelaskan bahwa nilai
wajar (fair value) adalah suatu jumlah yang dapat digunakan sebagai dasar
pertukaran aktiva atau penyelesaian kewajiban antara pihak yang paham
(knowlwdgeable) dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar (arm’s length
transaction). Sedangkan pengertian-pengertian yang populer adalah sebagai
berikut:
“Fair value is defined in
terms of a price agreed by a willing buyer and a willing seller in an arm’s
length transaction. (IAS).“The fair value of an asset is the amount at which
that asset could be bought or sold in a current transaction between willing
parties, other than in a liquidation. On the other side of the balance sheet,
the fair value of a liability is the amount at which that liability could be
incurred or settled in a current transaction between willing parties, other
than in a liquidation. If available, a quoted market price in an active market
is the best evidence of fair value and should be used as the basis for the
measurement. If a quoted market price is not available, prepares should make an
estimate of fair value using the best information available in the
circumstances. In many circumstances, quoted market prices are unavailable. As
a result, difficulties occur when making estimates of fair value”. (GAAP).
Menurut IAI dalam Buletin Teknis No. 3 menyatakan bahwa dasar
dari definisi fair value adalah asumsi bahwa entitas merupakan unit yang akan
beroperasi selamanya tanpa adanya intense atau keinginan untuk melikuidasi,
untuk membatasi secara material skala operasinya atau transaksi dengan
persyaratan yang merugikan. Dengan demikian, fair value bukanlah nilai yang
akan diterima atau dibayarkan entitas dalam suatu transasksi yang dipaksakan,
likuidasi yang dipaksakan, atau penjualan akibat kesulitan keuangan. Fair value
menyampaikan informasi tentang nilai kekayaan dan kepengurusan manajemen dengan
menyatakan semua aset dan kewajiban pada neraca sebagai nilai kepada pemegang
saham.
Kelemahan Fair Value
Meskipun fair value dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan
dari historical cost, namun masih terdapat kelemahan dari penerapan fair value.
Menurut Krumwiede (2008) terdapat beberapa kritik terhadap fair value :
1. Meskipun bermaksud baik, namun perkiraan manajemen
dengan fair value bisa menjadi salah dan meluas pada prediksi dan estimasi yang
salah.
2. Oportunistik dan ketidakjujuran manajemen dapat
menyebabkan aksi pemanfaatan dari proses penilaian dan estimasi yang rentan untuk
dimanipulasi.
Sedangkan menurut Warsidi (2010), terdapat beberapa keburukan
dari fair value, antara lain :
(i) Fair
value berusaha menyediakan informasi yang transparan dengan menilai aset pada
tingkat harga yang dihasilkan jika segera dilikuidasi, sehingga sangat
sensitive terhadap pasar. (ii) Akuntansi fair value bekerja melalui akuntansi
mark-to-market, yaitu aset dicantumkan dengan harga pasar mereka jika
diperdagangkan secara terbuka. Akibatnya, terjadi perubahan terus-menerus pada
laporan keuangan perusahaan ketika nilai aset mengalami kenaikan dan penurunan
yang berdampak pada laba dan rugi yang dicatat. Hal ini membuat semakin sulit
untuk memastikan apakah laba dan rugi diakibatkan oleh keputusan bisnis oleh
manajemen ataukah terjadi karena perubahan yang terjadi pada pasar.
(iii)
Banyak pihak, utamanya lembaga-lembaga keuangan
mengkhawatirkan akuntansi yang berdasarkan harga pasar akan menyebabkan
Volatility kinerja lembaga karena semakin mudahnya berfluktuatif nilai
item-item aktiva maupun liabilitas.
Laporan Arus kas
·
Latar
Belakang laporan arus kas
Sebelum
tahun 1971, laporan laba rugi dan laporan posisi keuangan yang hanya memenuhi
syarat GAAP ( generally accepted accounting principles). Namun, banyak
perusahaan yang ingin tambahan laporan keuangan untuk mengungkapkan informasi
yang relevan yang dibutuhkan untuk membuat keputusan ekonomi. Pengungkapan ini
ditujukan kepada investor, kreditor, dan lainnya yang berhak menerima informasi
tentang keuangan dan aktivitas bisnis dari organisasi tersebut. Beberapa
perusahaan merespon dengan mengeluarkan laporan dana.
Secara umum, konsep keuangan dapat
dikategorikan sebagai dana, modal kerja, dan semua sumber keuangan. laporan
menggunakan konsep kas dana meringkas semua perubahan material dalam saldo kas.
Pada dasarnya, laporan penerimaan dan pengeluaran kas pada organisasi tersebut.
Pada modal kerja, semua transaksi yang mempengaruhi hasil dari modal kerja yang
dilaporkan. Pada konsep ini, keuangan didefenisikan sebagai meningkat atau
menurunnya jumlah pada cash, piutang
usaha, persediaan, utang usaha, dan item lancar lainnya. Dan yang terakhir,
semua sumber keuangan yang digunakan, entitas laporan tentang pengaruh dari
seluruh transaksi dengan pihak luar.
Laporan arus kas (Inggris: cash flow statement
atau statement of cash flows) adalah bagian dari laporan keuangan suatu
perusahaan yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menunjukkan aliran
masuk dan keluar uang (kas) perusahaan. Informasi ini penyajiannya
diklasifikasikan menurut jenis kegiatan yang menyebabkan terjadinya arus kas
masuk dan kas keluar tersebut. Kegiatan perusahaan umumnya terdiri dari tiga jenis
yaitu, kegiatan operasional, kegiatan investasi serta kegiatan keuangan.
Laporan arus kas merupakan penerimaan kas dan
pembayaran kas (pengeluaran kas). Laporan arus kas melaporkan penerimaan kas
dan pengeluaran kas yang digolongkan sesuai dengan kegiatan utama entitas :
operasi,investasi, dan pembelanjaan. Laporan tersebut melaporkan arus masuk kas
bersih atau keluar kas bersih dari setiap kegiatan dan untuk semua kegiatan
usaha.
Arus kas adalah kas aktual yang keluar masuk
dari dan ke dalam suatu perusahaan (Weston dan righam, 1990 : 55). Arus kas
masuk (cash inflows) merupakan penerimaan kas yang berasal dari kegiatan rutin
perusahaan, misalnya penjualan tunai, penerimaan piutang maupun penerimaan kas
yang bersifat tidak rutin misalnya penyertaan modal, penjualan saham, penjualan
aktiva perusahaan. Arus kas keluar (cash out flows) adalah pengeluaran yang
bersifat kontinyu, seperti pembayaran bunga, dividen dan pembayaran pajak. Arus
kas berlangsung terus menerus selama perusahaan menjalankan kegiatannya. Agar
kas ini mudah dibaca dan dipahami, maka informasi arus kas tersebut dibuat
dalam bentuk laporan yang disebut Laporan Arus Kas (statement of cash flows),
sehingga dapat memenuhi kebutuhan informasi para investor dan kreditur dalam menganalisa
arus kas.
Aktivitas yang membagi laporan arus kas adalah
kegiatan operasi, kegiatan investasi, dan kegiatan pendanaan. Ketiga aktivitas
ini memberikan informasi yang memungkinkan para pengguna laporan untuk menilai
pengaruh aktivitas tersebut terhadap keuangan perusahaan serta terhadap jumlah
kas. Manfaat utama laporan arus kas adalah untuk menyediakan informasi yang
relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan selama satu periode,
serta untuk membantu investor, kreditur dan pihak lain yang berkepentingan
dalam menganalisa kas (Kieso dan Wey Grandt, 1995 : 247).
·
TUJUAN DAN KEGUNAAN
Sebagai dasar untuk
menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas, dan menilai
kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus kas tersebut.
Laporan arus kas disusun dengan tujuan utama
untuk memberikan informasi tentang aktivitas operasi, investasi dan pendanaan
dengan basis kas (cash basis) selama periode akuntansi tertentu.
Menurut Financial
Accounting Standard Board, informasi yang diberikan dalam suatu laporan kas,
jika digunakan dengan pengungkapan yang berkaitan dan laporan keuangan lainnya,
harus membantu investor, kreditor dan pihak lainnya untuk:
1.
Menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
arus kas bersih masa depan.
2.
Menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajibannya, kemampuan membayar dividen, dan kebutuhan untuk pendanaan
eksternal.
3.
Menilai alasan perbedaan antara laba bersih
dibanding penerimaan serta pengeluaran kas yang berkaitan.
4.
Menilai pengaruh transaksi investasi dan
pendanaan baik kas maupun non kas terhadap posisi keuangan suatu perusahaan
selama satu periode tertentu.
Jadi informasi yang
disajikan dalam laporan arus kas berguna bagi para pemakai laporan keuangan,
baik bagi pihak manajemen, investor, kreditor maupun pihak-pihak yang
berkepentingan lainnya, sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan untuk
menggunakan arus kas dan setara kas dan menilai kebutuhan perusahaan untuk
menggunakan arus kas tersebut.
BENTUK
DAN METODE LAPORAN ARUS KAS
1. Metode
Langsung
Terdapat dua bentuk penyajian laporan arus
kas, yang pertama metode langsung dan yang kedua metode tidak langsung.
Perbedaan antara kedua metode terletak pada penyajian arus kas berasal dari
kegiatan operasi. Dengan metode langsung, arus kas dari kegiatan operasional
dirinci menjadi arus kas masuk dan arus kas keluar. Arus kas masuk dan keluar
dirinci lebih lanjut dalam beberapa jenis penerimaan atau pengeluaran kas.
Sementara itu dengan metode tidak langsung,
arus kas dari opersional ditentukan dengan cara mengoreksi laba bersih yang
dilaporkan di laporan laba rugi dengan beberapa hal seperti biaya penyusutan,
kenaikan harta lancar dan hutang lancar serta laba/rugi karena pelepasan
investasi. Berikut ini diberikan contoh bentuk laporan arus kas dengan metode
langsung dan metode tidak langsung.
PT. SURAYA MANDIRI, Tbk
LAPORAN ARUS KAS
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2009
(Dalam Rupiah)
Arus kas yang berasal dari kegiatan operasi :
Kas yang diterima dari pelanggan 951.000,-
Dikurangi :
Kas untuk membeli
persediaan 555.200,-
Kas untuk membayar
biaya operasi 259.800,-
Kas untuk membayar
biaya bunga 14.000,-
Kas untuk membayar
pajak 29.000,-
858.000,-
Aliran kas bersih dari kegiatan operasi 93.000,-
Aliran kas yang berasal dari kegiatan
investasi :
Kas masuk yang berasal dari penjualan
investasi 75.000,-
Kas keluar untuk membeli peralatan (157.000,-)
Aliran kas bersih untuk kegiatan investasi (82.000,-)
Aliran kas dari kegiatan keuangan :
Kas yang diterima dari penjualan saham 160.000,-
Dikurangi :
Kas untuk membayar
dividen 23.000,-
Kas untuk membayar
hutang obligasi 125.000,-
148.000,-
Aliran kas masuk neto dari kegiatan keuangan 12.000,-
Kenaikan kas 23.000,-
Saldo kas pada awal tahun 26.000,-
Saldo kas pada akhir tahun 49.000,-
Dari laporan terlihat bahwa arus kas yang
berasal dari kegiatan operasional dirinci menjadi penerimaan dari berbagai
sumber yang merupakan kegiatan operasional dan pengeluaran kas untuk berbagai
kegiatan operasional. Arus kas dari kegiatan investasi dan keuangan juga
dirinci menurut jenis-jenis kegiatan yang mengakibatkan timbulnya penerimaan
dan pengeluara kas.
Sementara jika kita lihat contoh di bawah ini
arus kas dari kegiatan operasional tidak dirinci menurut sumber dan jenis
penggunaannya, melainkan net income dikoreksi sehingga net income tersebut
berubah menjadi net cashflows dari operasi.
2.
Metode Tidak Langsung
Dengan metode ini laba atau rugi bersih
disesuaikan dengan mengoreksi pengaruh dari transaksi bukan kas, penangguhan
atau akrual dari penerimaan atau pembayaran kas untuk operasi dari masa lalu
dan masa depan, dan unsure penghasilan atau beban yang berkaitan dengan arus
kas investasi atau pendanaan.
Jadi pada dasarnya
metode tidak langsung ini merupakan rekonsiliasi laba bersih yang diperoleh
perusahaan. Metode ini memberikan suatu rangkaian hubungan antara laporan arus
kas dengan laporan laba rugi dan neraca. Dalam metode tidak langsung arus kas
bersih diperoleh dari aktifitas operasi ditentukan dengan menyesuaikan laba
atau rugi bersih dari pengaruh :
a.
Perubahan persediaan dan piutang usaha serta
hutang usaha selama periode berjalan.
b.
Pos bukan kas seperti penyusutan, penyisihan,
pajak ditangguhkan, keuntungan dan kerugian, valuta asing yang belum
direalisasi, laba perusahaan asosiasi yang belum dibagikan dan hak minoritas
dalam laba/rugi konsolidasi.
c.
Semua pos lain yang berkaitan dengan arus kas
investasi dan pendanaan.
PT. SURYA MANDIRI, Tbk
LAPORAN ARUS KAS
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2009
(Dalam Rupiah)
Arus kas yang berasal dari kegiatan operasi :
Laba bersih menurut laporan laba rugi 90.500,-
Ditambah :
Biaya depresiasi 18.000,-
Penurunan persediaan
kantor 8.000,-
Kenaikan hutang
jangka pendek 16.800,-
Kenaikan hutang
biaya 1.200,-
44.000,-
Dikurangi :
Kenaikan biaya
dibayar dimuka 1.000,-
Kenaikan piutang
usaha 9.000,-
Penurunan hutang
pajak 1.500,-
Laba penjualan
aktiva tetap 30.000,-
41.500,-
Aliran kas bersih dari kegiatan operasi 93.000,-
Aliran kas yang berasal dari kegiatan
investasi :
Kas masuk yang berasal dari penjualan
investasi 75.000,-
Kas keluar untuk membeli peralatan (157.000,-)
Aliran kas keluar bersih untuk kegiatan
investasi
(82.000,-)
Aliran kas dari kegiatan keuangan :
Kas yang diterima dari penjualan saham 160.000,-
Dikurangi :
Kas untuk membayar
dividen 23.000,-
Kas untuk membayar
hutang obligasi 125.000,-
148.000,-
Aliran kas masuk neto dari kegiatan keuangan 12.000,-
Kenaikan kas 23.000,-
Saldo kas pada awal tahun 26.000,-
Saldo kas pada akhir tahun 49.000,-
·
PENYAJIAN LAPORAN ARUS KAS
1. Klasifikasi
Arus Kas
Laporan arus kas mengklasifikasikan penerimaan
kas berdasarkan kegiatan operasi, investasi, dan pembiayaan. Karakteristik
transaksi dan peristiwa lainnya dari setiap jenis kegiatan adalah :
1.
Kegiatan operasi melibatkan
pengaruh kas dari transaksi yang dilibatkan dalam penentuan laba bersih,
seperti penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa, serta pembayaran kas
kepada pemasok dan karyawan untuk memperoleh persediaan serta membayar beban.
2.
Kegiatan investasi umumnya
melibatkan aktiva jangka panjang dan mencakup (a) pemberian serta penagihan
pinjaman, dan (b) perolehan serta pelepasan investasi dan aktiva produktif
jangka panjang.
3.
Kegiatan pembiayaan melibatkan
pos-pos kewajiban dan ekuitas pemegang saham serta mencakup (a) perolehan kas
dari kreditor dan pembayaran kembali pinjaman, serta (b) perolehan modal dari
pemilik dan pemberian tingkat pengembalian atas, dan pengembalian dari
investasinya.
PENYUSUNAN LAPORAN ARUS KAS
Menurut Smith dan
Skousen (1992:191), penyusunan laporan arus kas terdiri dari sumber-sumber data
diatas meliputi empat langkah pokok :
1. Menentukan
perubahan dalam kas.
2. Menentukan
arus kas bersih dari aktifitas operasi
3. Menentukan
arus kas dari aktifitas investasi dan pendanaan.
4. Menyiapkan suatu laporan
arus kas formal.
Format Arus Kas
Kelompok arus kas dari kegiatan operasi selalu
dicantumkan pertama kali, disusul oleh kegiatan investasi dan pembiayaan.
Masing-masing arus masuk dan arus keluar dari kegiatan investasi serta
pembiayaan dilaporkan secara terpisah, yaitu dilaporkan dalam jumlah kotor,
bukan sebagai selisih akhir dari berbagai arus masuk dan arus keluar.
Jadi, arus kas keluar dari pembelian properti
dilaporkan terpisah dari arus kas masuk atas penjualan properti. Demikian juga,
arus kas masuk dari penerbitan sekuritas hutang dilaporkan terpisah dari arus
kas keluar atas pelunasannya. Kenaikan atau penurunan bersih kas selama suatu
periode harus merekonsiliasi saldo awal dan akhir kas yang dilaporkan dalam
neraca komparatif.
Referensi
Schroeder, G. Richard. Financial
Accounting Theory and Analysis. Hermitage Publishing Services.
2001 : New York.
No comments:
Post a Comment